Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mahfud: Covid-19 Tak Pilih Agama atau Partai Politik

Kompas.com - 04/10/2020, 16:36 WIB
Fitria Chusna Farisa,
Icha Rastika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD menyebut, virus corona bisa menyerang siapa pun tanpa memandang agama.

"Ada yang bilang enggaklah, itu kan (Covid-19) dari Allah, kalau sering ke masjid, sering apa, enggak kena," kata Mahfud saat menghadiri sarasehan yang digelar Pondok Pesantren Annuqayah, Sumenep, Jawa Timur, disiarkan melalui YouTube Kemenko Polhukam, Minggu (4/10/2020).

Mahfud mencontohkan, di Aceh, pernah beredar kabar bahwa tak ada kasus Covid-19 karena masyarakatnya rajin ke masjid. Namun, kini, banyak warga Aceh yang terinfeksi virus corona.

Baca juga: Mahfud MD: Jangan Main-main sama Covid-19, Donald Trump Itu Dulu Enggak Percaya

Menurut Mahfud, hal ini membuktikan bahwa virus corona tak memandang agama. Baik orang yang beribadah ke masjid maupun ke gereja, sama-sama bisa terinfeksi virus tersebut.

"Di Aceh beredar (kabar) di Aceh nol (kasus Covid-19 karena orang rajin ke masjid, nah sekarang di Aceh banyak sekali orang terkena. Jadi tidak milih orang ke masjid atau ke gereja kena (Covid-19)," ujar dia. 

Mahfud juga mencontohkan, di Iran, ribuan orang terkena Covid-19 di masjid.

Virus menular dari orang yang sujud dan meninggalkan virus ke karpet masjid, kemudian virus tersebut dihirup oleh orang yang silih berganti datang ke masjid.

Selain agama, menurut Mahfud, Covid-19 juga tak mengenal pilihan partai politik. Pendukung partai politik manapun bisa saja terkena virus tersebut.

"PKS juga kena, Golkar juga kena, PKB juga kena, PPP juga kena, meninggal, enggak ada partainya dia (Covid-19)," ucap dia.

Baca juga: UPDATE 4 Oktober: 3.488.141 Spesimen Diperiksa Terkait Covid-19

Untuk mencegah meluasnya penularan Covid-19, Mahfud meminta masyarakat berikhtiar fisik maupun batin.

Ikhtiar fisik, masyarakat diminta menerapkan protokol kesehatan dasar yakni memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak. Kemudian, jika sakit segera pergi ke dokter, berobat atau mengisolasi diri.

Sementara itu, dalam berikhtiar batin, masyarakat diminta untuk terus berdoa.

Mahfud mengingatkan, hingga saat ini vaksin Covid-19 belum ditemukan.

Oleh karena itu, masyarakat diminta untuk tetap patuh pada protokol kesehatan untuk menekan laju virus tersebut.

"Sebelum ada vaksin yang nyata disuntikkan, maka ada pencegah penyakit corona ini yaitu protokol kesehatan," kata dia.

Angka penularan virus corona di Indonesia hingga saat ini belum memperlihatkan tanda-tanda penurunan setelah pandemi berjalan sekitar 7 bulan.

Pemerintah menyatakan bahwa masih terjadi penularan yang menyebabkan kasus Covid-19 terus bertambah hingga Minggu (4/10/2020).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

BPSDMP Kemenhub Bentuk Tim Investigasi Usut Kasus Tewasnya Taruna STIP

BPSDMP Kemenhub Bentuk Tim Investigasi Usut Kasus Tewasnya Taruna STIP

Nasional
Status Taruna STIP yang Aniaya Junior Bakal Dicopot

Status Taruna STIP yang Aniaya Junior Bakal Dicopot

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

Nasional
Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk 'Presidential Club'...

Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk "Presidential Club"...

Nasional
Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Nasional
“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

Nasional
Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

Nasional
Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com