Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

104 Dokter Gugur Selama Enam Bulan Pandemi Covid-19

Kompas.com - 03/09/2020, 08:06 WIB
Dian Erika Nugraheny,
Fabian Januarius Kuwado

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Tepat enam bulan pandemi Covid-19 melanda Indonesia, Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) menyampaikan data, ada sebanyak 104 dokter meninggal dunia akibat terpapar Covid-19.

Jumlah itu berdasarkan catatan IDI sejak kasus Covid-19 pertama diumumkan terjadi di Indonesia pada 2 Maret 2020 hingga 2 September 2020.

Untuk menghormati jasa para dokter yang gugur itu dan memberikan dukungan moril kepada dokter yang masih bertugas, IDI menggelar doa bersama secara virtual pada Rabu (2/9/2020) malam.

Acara ini diikuti sejumlah pimpinan kementerian dan lembaga, tokoh nasional, para dokter serta tenaga medis dari seluruh Indonesia.

Baca juga: Delapan Dokter di Jateng Meninggal Usai Berjuang Melawan Covid-19

Ketua Umum IDI Daeng M Fakih mengatakan, para dokter yang wafat merupakan pejuang kemanusiaan yang membantu masyarakat yang sakit akibat terpapar Covid-19.

"Mudah-mudahan apa yang sudah diperjuangkan oleh sejawat kita dan petugas medis, bisa menjadi teladan," ujar Daeng saat menyampaikan sambutan sebagaimana dikutip dari tayangan siaran langsung di saluran YouTube BNPB, Rabu malam.

"Khususnya teladan untuk para dokter agar terus bersemangat dan menjaga komitmen dalam membantu merawat masyarakat yang sakit Covid-19 sampai sembuh," lanjut dia.

Sebelumnya, pada 30 Agustus 2020, PB IDI melaporkan telah ada 100 dokter meninggal dunia akibat Covid-19.

Dengan demikian, selang tiga hari telah ada penambahan empat dokter meninggal dunia yang terkonfirmasi terpapar Covid-19.

Baca juga: Menko PMK: Dokter Jangan Segan Sampaikan Kebutuhan ke Pemerintah

Dilansir dari data 104 nama dokter yang wafat, para dokter tersebut berasal dari berbagai provinsi, yakni DKI Jakarta, Yogyakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Banten, Bali, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Kepulauan Riau, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Aceh, NTB dan Papua Barat.

"Mudah-mudahan acara ini menjadi titik balik agar kita semua bergotong-royong dan mencari solusi agar Indonesia bisa terbebas dari pandemi Covid-19," tambah Daeng.

Usut kematian dokter

Juru Bicara IDI Halik Malik mengungkapkan, terkait meninggalnya para dokter karena paparan Covid-19, Satgas Covid-19 PB IDI telah membentuk tim khusus.

Tim tersebut bertugas untuk mengaudit dan menginvestigasi persoalan dokter yang terpapar virus corona dan dokter yang meninggal dunia karena Covid-19.

"Ada juga yang secara khusus melakukan langkah pencegahan dan mitigasi," ujar Halik pada Senin (31/8/2020).

Baca juga: 104 Dokter Wafat Selama 6 Bulan Pandemi Covid-19, IDI Gelar Doa Bersama

Pembentukan tim investigasi seperti itu dinilai perlu juga dilakukan oleh pemerintah.

Ahli epidemiologi Universitas Indonesia (UI) Pandu Riono mengatakan, sangat penting bagi pemerintah membentuk tim serupa.

Selain menyelidiki penyebab kematian dokter, penelusuran oleh tim disebut mampu menelusuri faktor lain yang memicu banyaknya jumlah dokter yang terpapar Covid-19.

"Ini penting juga untuk evaluasi penanganan Covid-19. Banyaknya dokter yang meninggal itu menukkan pandemi sudah tak terkendali," kata Pandu kepada Kompas.com, Rabu (2/9/2020).

Dia pun mengkritisi sikap pemerintah yang hanya mementingkan pemberian santunan kematian.

Padahal, kata Pandu, yang diperlukan para dokter dan tenaga medis lain adalah rasa aman dan jaminan keselamatan saat bertugas menolong pasien Covid-19.

Baca juga: Menko PMK: Pemerintah Telah Berupaya Keras Lindungi Dokter

"Dokter dan tenaga medis juga perlu dilindungi negara," tutur dia.

Dokter rentan terpapar Covid-19

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan ( Menko PMK) Muhadjir Effendy menyampaikan belasungkawa atas gugurnya para pahlawan pejuang kesehatan tersebut

Menko PMK Muhadjir Effendy, saat meninjau infrastruktur teknologi informasi BPJS Kesehatan.DOK. BPJS Menko PMK Muhadjir Effendy, saat meninjau infrastruktur teknologi informasi BPJS Kesehatan.
Menurut Muhadjir, pemerintah sangat menyadari bahwa dokter dan tenaga medis lainnya merupakan kelompok rentan yang mendapat ancaman dari Covid-19.

Oleh karena itu, pemerintah pun berupaya memenuhi berbagai hal agar para dokter dan tenaga medis terlindungi dan terselamatkan.

Termasuk supaya para dokter dapat menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya.

Baca juga: Sempat Mengoperasi Pasien Corona, Dokter Imai Indra Meninggal karena Covid-19

"Kami memenuhi ketersediaan alat pelindung diri (APD) dan kebutuhan-kebutuhan lain, tapi semuanya akan berpulang kepada para dokter itu sendiri," kata Muhadjir saat memberikan sambutan dalam doa bersama IDI dan tenaga medis pada Rabu.

"Saya yakin mereka paham bagaimana supaya bisa bekerja dengan baik, tapi sekaligus bisa selamat, aman, terhindar dari ancaman Covid-19 yang selalu mengikutinya," lanjut dia.

Muhadjir pun meminta agar para dokter dan tenaga medis betul-betul mematuhi seluruh standar operasional prosedur (SOP).

Muhadjir pun meminta para dokter dan tenaga medis tidak segan-segan menyampaikan kebutuhannya dalam rangka melindungi diri dari tugas melawan Covid-19.

Muhadjir menyebut, dalam konteks penanganan Covid-19 dokter tidak bisa ditinggal sendirian.

Semua kebutuhan dokter harus dipenuhi agar bisa melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya.

Baca juga: Pertama di Aceh, Dokter Meninggal Setelah Terjangkit Covid-19

"Karena itu, jangan segan-segan kalau memang ada kebutuhan, keperluan yang memang harus dipenuhi untuk para dokter saya mohon melalui Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI) bisa disampaikan kepada pemerintah," lanjut Muhadjir.

IDI juga bisa menyampaikan kebutuhan-kebutuhan tersebut melalui Menko PMK ataupun Satuan Tugas Penanganan (Satgas) Covid-19.

Kelelahan dan stress turunkan imunitas dokter

Terkait banyaknya jumlah dokter yang meninggal dunia akibat Covid-19 ini, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD mengatakan, penyebabnya kelelahan dan stres menangani pasien Covid-19.

Menkopolhukam, ahfud MD dan  Ketua DPD RI, Nono Pramono, Selasa (21/7/2020) dalam kunjungannya ke Mataram, bersama Mendagri Tito Karnavian, Wakapolri, Komjen Gatot Eddy Pramono, Staf Khusus TNI Joni Supriyanto, dalam rangka penangaanan covid-19 dan pemulihaan perekonomiaan nasionalFITRI R Menkopolhukam, ahfud MD dan Ketua DPD RI, Nono Pramono, Selasa (21/7/2020) dalam kunjungannya ke Mataram, bersama Mendagri Tito Karnavian, Wakapolri, Komjen Gatot Eddy Pramono, Staf Khusus TNI Joni Supriyanto, dalam rangka penangaanan covid-19 dan pemulihaan perekonomiaan nasional
"Kita mencatat banyak dokter yang menjadi korban, dalam pengabdiannya itu. Mungkin karena lelah, stres juga," kata Mahfud dalam konferensi pers yang digelar secara daring, Sabtu (8/8/2020).

"Mungkin itu semua, lelah dan stres, lalu terkena Covid-19 sehingga meninggal," lanjut dia.

Sementara itu, Sekretaris Tim Audit dan Advokasi Kematian Dokter PB IDI Mahlil Ruby menilai ungkapan Mahfud MD yang mengatakan banyak dokter kelelahan dan stres menangani pasien Covid-19 hingga akhirnya meninggal, merupakan hubungan secara tidak langsung.

Baca juga: 100 Dokter Meninggal, Ketua MPR Minta Pemerintah Turun Tangan

Memang benar banyak dokter yang kelelahan karena harus menangani pasien Covid-19 yang cukup banyak sehingga dokter juga kurang istirahat.

Di sisi yang lain, para dokter juga bekerja dalam lingkungan risiko tinggi tertular Covid-19 sehingga dapat menimbulkan stres dalam bekerja.

"Kedua kondisi ini dapat menyebabkan turunnya imunitas tubuh dokter," kata Ruby kepada Kompas.com, Minggu (9/8/2020).

Ruby menambahkan, hal itu diperparah dengan masih banyak manajemen rumah sakit yang belum melakukan pengurangan jumlah pasien.

Selain itu, kata dia, jam pelayanan kepada pasien rawat jalan yang juga belum dikurangi turut menjadi beban tersendiri bagi para dokter.

"Belum dilakukannya pengurangan jam pelayanan yang harus dilayani di rawat jalan di rumah sakit, menambah lelah lagi. Plus meningkatkan penularan dari pasien-pasien yang positif tapi tanpa gejala," ungkap Ruby.

Baca juga: 100 Dokter Gugur, Satgas Covid-19 Singgung Jam Kerja dan Kualitas APD

Bahkan di beberapa rumah sakit tidak menyediakan alat pelindung diri (APD) bagi para dokter secara memadai.

"Jadi lelah dan stres salah satu pemicu dokter mudah terinfeksi Covid-19," kata Ruby.

Perlu perhatian pemerintah

Agar jumlah dokter yang meninggal karena Covid-19 tidak semakin bertambah, PB IDI mendorong rumah sakit untuk memperbaiki manajemen pengelolaan pasien di rumah sakit.

"Jangan memberi beban penanggung jawab pasien hanya satu dokter dalam penanganan Covid-19, tapi adalah tim sehingga dokter dapat diberi waktu dua hari atau minimal sehari istirahat setelah sehari memberikan pelayanan Covid-19," ujar Mahlil Ruby.

Kemudian, perlu dilakukan juga peningkatan pencegahan infeksi Covid-19 di rumah sakit berupa melengkapi para dokter dengan APD.

Apabila persedian di rumah sakit terbatas, pemerintah seharusnya berusaha bagaimana caranya agar persediaan APD dapat tercukupi.

Sementara itu, gugurnya para dokter juga menjadi sorotan salah satu inisiator platform informasi dan data terkini seputar Covid-19 di Indonesia, Pandemic Talks.

Salah satu inisiator Pandemic Talks Firdza Radiany mengungkapkan sejumlah penyebab meninggalnya para dokter itu disebut karena sistem dan kapasitas rumah sakit yang mulai penuh.

Baca juga: Saat Enam Bulan Pandemi Menelan 100 Nyawa Dokter...

"(Dokter-dokter tersebut meninggal) karena kapasitas RS mulai penuh, occupancy rate nasional mencapai 41 persen dan sudah 14 provinsi yang ada di atas rata-rata nasional. Malahan Papua dengan kondisi terburuk yakni overcapacity 107 persen," ujar Firdza saat dihubungi Kompas.com, Senin (31/8/2020).

Occupancy rate adalah ketersediaan tempat tidur rumah sakit untuk pasien Covid-19.

Selain itu, occupancy rate juga merupakan presentase jumlah pasien yang dirawat di rumah sakit dibagi jumlah tempat tidur RS yang disediakan.

Firdza menambahkan, dengan angka-angka occupancy rate itu menyebabkan penuhnya jam kerja tenaga kesehatan, termasuk para dokter.

"Load kerja penuh, mungkin perlu ditelaah lagi sistem kerja maksimal enam jam dan shifting time-nya," ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Nasional
Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Nasional
Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Nasional
Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Nasional
Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Nasional
Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

Nasional
Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Nasional
Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Nasional
Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com