Sementara itu, menurut Fajar, perjanjian dengan IMF dan Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 1998 juga mengakibatkan terhentinya program N250 dan N2130 serta batalnya beberapa proyek terkontrak, karena harga material melonjak tinggi.
"Dampak lanjutan dari krisis moneter tersebut adalah pendapatan IPTN yang merosot tajam dan sebagian karyawan IPTN kehilangan beban kerja," tutur Fajar.
Sementara itu, sebagian karyawan IPTN melakukan beberapa kali aksi demo.
Pada 2 Maret 2000, pemerintah mengeluarkan keputusan Presiden (Kepres) Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2000 tentang Pencabutan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 1 Tahun 1980 tentang Larangan Pemasukan dan Pemberian Izin Pengoperasian Pesawat Terbang.
Baca juga: Pesawat N250 Rancangan Habibie Masuk Museum Dirgantara Mandala Yogyakarta
Hal tersebut berdampak pada berakhirnya proteksi negara terhadap produk-produk IPTN.
Fajar menuturkan, pada 24 Agustus 2000 Presiden Republik Indonesia keempat KH Abdurachman Wahid meresmikan pergantian nama dan logo PT IPTN diubah menjadi PT Dirgantara Indonesia (PT DI).
Selain itu, pemerintah melakukan perombakan organisasi dengan membentuk unit-unit bisnis untuk mendongkrak pendapatan perusahaan.
"Pada tahun ini N250 PA1 dan PA2 di grounded sampai waktu yang tidak ditentukan," kata Fajar.
"Termasuk terhentinya produksi prototipe N250 ke-3 (PA3) Koco Negoro yang sudah seperempat jadi yang akan digunakan untuk uji sertifikasi ke FAA USA," ucap dia.
Ia juga mengatakan, N250 PA1 dan PA2 telah menempuh 850 jam dari 1700 jam uji terbang yang direncanakan untuk sertifikasi tipe (type certificate).
Dimuseumkan
Surat Keputusan Kepala Staf TNI Angkatan Udara (SKEP) Nomor 284/VIII/2020 tanggal 14 Agustus 2020 menyebutkan, penugasan penerimaan hibah Pesawat PA01 N250 milik PT DI untuk ditempatkan di Muspusdirla.
Fajar menyebut, N250 akan menjadi koleksi ke 60 yang dimiliki museum tersebut.
Baca juga: Pesawat N250 Gatotkaca, Bukti Cinta Habibie yang Tak Berumur Panjang
"Ini akan menjadi koleksi dari seluruh pesawat-pesawat yang ada di Indonesia. Lami sudah mengoleksi 59 pesawat dari berbagai negara. Ini menjadi koleksi yang ke 60 dan inilah yang buatan Indonesia," ujar Fajar.
Menurut Fajar, rencana membawa pesawat N-250 ke museum di Yogyakarta sebenarnya sudah digagas lama oleh Panglima TNI AU Marsekal Hadi Tjahjono semasa menjabat Kasau.
Salah satu tujuannya yakni memamerkan kepada masyarakat atas keberhasilan putra bangsa dalam dunia dirgantara.
"Kenapa dibawa ke museum ini? Ini karena gagasan dari Bapak Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto yang saat itu menjadi Kasau. Beliau ingin pesawat yang membanggakan ini bisa dilihat oleh seluruh masyarakat Indonesia," kata Fajar.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.