Pertama, penerbangan perdana (first flight) N250 Gatotkaca.
"Penerbangan perdana N250 Gatot Kaca dihadiri oleh Presiden beserta Ibu Tien Soeharto dan Wakil Presiden berserta Ibu Tuti Try Sutrisno dengan sejumlah Menteri," tutur Fajar.
"Peristiwa ini merupakan hadiah ulang tahun emas (50 tahun) Republik Indonesia. Penerbangan tersebut merupakan ajang pembuktian bagi yang meragukan N250," kata dia.
Saat itu, penerbangan dilakukan oleh chief test pilot Erwin Danuwinata dan co-test pilot Sumarwoto serta flight test engineers Hindawan Haryo Wibowo dan Yuarez Riadi.
N250 Gatotkaca mendarat dengan sempurna di landasan pacu Bandara Husein Sastranegara Bandung setelah 56 menit mengudara.
"Kemudian, ini menjadi peristiwa penting kedua, yakni ditetapkannya 10 Agustus 1995 menjadi Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Harteknas)," ucap Fajar.
Selanjutnya, pada 22-30 Juni 1996, tepatnya dalam ajang Indonesia air show kedua yang diselenggarakan di Bandara Soekarno Hatta, N250 dan CN235 terbang dalam perhelatan besar tersebut.
Penerbagan ini menunjukkan bahwa bangsa Indonesia mampu bersaing dengan bangsa lain.
IPTN sempat membangun dan menerbangkan dua prototipe N250, yaitu Gatot Kaca (PA1) untuk 50 penumpang dan Krincing Wesi (PA2) untuk 70 penumpang.
Krincing Wesi terbang perdana pada 11 Desember 1996.
Kembali tampil di Paris Air Show
Pada 1997, N250 dan CN235 Pamer Kekuatan di Paris Air Show di Le Bourget Paris.
Menurut Fajar, N250 Gatotkaca diberangkatkan dari Bandung ke Paris sejauh 13.500 kilometer oleh Kolonel Penerbang (Purn) Chris Sukardjono dan LetKol Penerbang Sumarwoto Pada Selasa pagi 10 Juni 1997.
Dalam perjalanannya, N250 terbang bersama CN235 MPA.
Dua pesawat ini singgah di beberapa negara untuk mengisi bahan bakar dan promosi dengan rute Bandung – Batam – Bangkok (Thailand) – Kalkuta (India) – Bombay (India) – Muskat (Oman) – Riyadh (Arab Saudi) – Alexandria (Mesir) – Brindisi (Italia) - Le Bourget (Paris Perancis) yang ditempuh selama 30 jam.
Pada saat pulang, N250 diterbangkan melewati beberapa negara Eropa kemudian N250 diperagakan dan diterbangkan ke Turki, Mesir, Uni Emirat Arab, Pakistan, Thailand, Vietnam, Filipina dan Brunei Darussalam sebelum kembali ke Bandung.
Terdampak krisis moneter
Namun, nasib baik tidak selalu berpihak kepada N250.
Melansir pemberitaan Kompas.com, pada 1998 ketika Indonesia mengalami krisis moneter hebat, proyek N250 terpaksa dihentikan.
"Tahun 1998 proyek N250 berhenti ketika Indonesia menandatangani kerja sama dengan IMF," kata Irlan Budiman, Plt Sekretaris Perusahaan PT DI saat ditemui di hanggar Delivery Service PTDI, Kamis (12/9/2019).
Baca juga: Pesawat N250 Gatotkoco Karya BJ Habibie, Riwayatmu Kini...
Irlan mengatakan, penghentian proyek pengembangan N250 merupakan salah satu klausul kerja sama Indonesia dengan IMF.
"Dihentikannya mungkin karena faktor politis. Pada saat itu dalam perjanjian IMF dengan Indonesia ada klausul untuk penghentian pendanaan proyek N250," kata dia.