Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Farhan Ungkap Beda Komunikasi Publik Saat Pandemi Covid-19 dan Wabah Flu Burung

Kompas.com - 10/07/2020, 14:13 WIB
Fitria Chusna Farisa,
Krisiandi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Komite Nasional Pengendalian Flu Burung Pandemi Influenza (Komnas FBPI) 2005-2009 Bayu Krisnamurthi mengatakan bahwa komunikasi publik sangat penting dalam penanggulangan wabah.

Komunikasi publik harus mendapat perhatian yang sama besar, atau bahkan lebih besar dari penanganan penyakit pada wabah sendiri. 

Langkah tersebut yang diterapkan pemerintah melalui Komnas FBPI untuk menanggulangi flu burung yang terjadi sekitar 2005 sampai 2009.

Baca juga: Ini Kondisi Covid-19 di Surabaya Setelah 2 Pekan Waktu yang Diberikan Jokowi Habis

"Jadi komunikasi publik ini luar biasa tempatnya di dalam penanganan flu burung pada waktu itu karena kita tahu dan sadar sepenuhnya tanpa kesadaran dari masyarakat enggak mungkin masyarakat menangani ini sendiri," kata Bayu di Graha BNPB, Jakarta Timur, Jumat (10/7/2020).

Bayu mengatakan, saat virus flu burung merebak, pihaknya melakukan komunikasi publik melalui seluruh media yang ada, yakni televisi, radio, dan media cetak.

Bahkan, informasi-informasi tentang virus ini pemerintah sampaikan melalui materi khotbah shalat Jumat. Komnas FBPI juga melakukan sosialisasi hingga ke murid sekolah dasar.

Baca juga: 84 Tenaga Medis dan Pegawai RSUD Jayapura Positif Covid-19, Diduga Terpapar dari Pasien

"Itu akhirnya membangun kesadaran, kesadaran yang dimaksud tidaklah membuat takut, tapi siaga. Itu tujuan kita," ujar Guru Besar Madya Departemen Agribisnis Institut Pertanian Bogor itu.

Pada kesempatan yang sama, Duta Tanggap Flu Burung 2006-2009 Muhammad Farhan menyebut bahwa ada perbedaan komunikasi publik yang signifikan antara pada masa virus flu burung dan pandemi Covid-19.

Saat flu burung merebak, media komunikasi yang mempengaruhi pola pikir dan persepsi masyarakat jauh lebih sederhana.

Sebab, tidak ada media sosial dan internet pun belum sangat canggih seperti sekarang.

Baca juga: Menolak Dirawat di Bantul, Pasien Covid-19 Pilih Pulang ke Madura

Saat itu, tingkat kepercayaan masyarakat terhadap media massa masih lebih tinggi sehingga hoaks pun lebih minim.

"Di 2020 ini masyarakat lebih percaya apa kata grup sebelah daripada apa kata media yang menayangkan, apalagi apa kata pemerintah," tutur Farhan.

"Tantangannya yang sekarang ini jauh lebih besar tidak hanya karena magnitude dari Covid-19 jauh lebih besar daripada flu burung, tapi terjadi perubahan persepsi publik terhadap informasi yang dilihat serta pilihan media yang digunakan," lanjut Anggota Komisi I DPR RI ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang 'Toxic' ke Pemerintahan

Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang "Toxic" ke Pemerintahan

Nasional
Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Nasional
Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Nasional
Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Nasional
Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Nasional
Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Nasional
Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Nasional
Tak Dianggap Kader PDI-P, Jokowi dan Keluarga Diprediksi Gabung Golkar

Tak Dianggap Kader PDI-P, Jokowi dan Keluarga Diprediksi Gabung Golkar

Nasional
Prabowo Harap Semua Pihak Rukun meski Beda Pilihan Politik

Prabowo Harap Semua Pihak Rukun meski Beda Pilihan Politik

Nasional
Jokowi Sebut Penyusunan Kabinet Mendatang Hak Prerogatif Prabowo

Jokowi Sebut Penyusunan Kabinet Mendatang Hak Prerogatif Prabowo

Nasional
Temui Warga Aceh Usai Pilpres, Cak Imin Janji Lanjutkan Perjuangan

Temui Warga Aceh Usai Pilpres, Cak Imin Janji Lanjutkan Perjuangan

Nasional
Timnas Akan Hadapi Guinea untuk Bisa Lolos ke Olimpiade, Jokowi: Optimistis Menang

Timnas Akan Hadapi Guinea untuk Bisa Lolos ke Olimpiade, Jokowi: Optimistis Menang

Nasional
KPK Sebut Penyidik Bisa Jemput Paksa Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor

KPK Sebut Penyidik Bisa Jemput Paksa Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor

Nasional
TNI AD Mulai Tanam Padi di Merauke, KSAD: Selama Ini Hasilnya Kurang Baik

TNI AD Mulai Tanam Padi di Merauke, KSAD: Selama Ini Hasilnya Kurang Baik

Nasional
KPK Mengaku Bisa Tangkap Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Kapan Saja

KPK Mengaku Bisa Tangkap Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Kapan Saja

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com