Kemampuan komunikasi ini bukan hanya didapuk oleh struktur tugas tertentu dengan pesona juru bicara (spokesperson), namun juga dirumuskan dalam sebuah grand design yang cermat hingga tingkat operasional dan mampu mengubah perilaku publik secara mendasar.
Menjalankan kebijakan relaksasi dan imbauan kehidupan new normal dengan tepat, agar tidak disalahpahami dengan ‘berbondong bondong’ euforia untuk berkumpul dan bercengkrama tanpa menaati protokol Covid-19.
Sanna Marin menjadi kepala negara termuda di dunia ketika terpilih Desember lalu di Finlandia. Seorang role model kepemimpinan milenial yang mampu memelopori penggunaan influencer media sosial sebagai agen utama dalam memerangi krisis Covid-19.
Menyadari bahwa tidak semua orang membaca media, mereka mengundang influencer dari segala usia untuk menyebarkan informasi berbasis fakta tentang pengelolaan pandemi.
Tugas influencer itu mengedukasi, bukan mensegregasi konflik dan menyebarluaskan disinformasi. Karena wabah bukan masalah berpihak kepada kompetisi politik, namun penyelesaian epidemi secara sistematik. Kolaborasi dan informasi yang bertanggung jawab menjadi penting.
Terakhir, perlu ada kompetensi Etika. Sebuah kompetensi moral yang mengacu pada nilai-nilai dan prinsip yang digunakan untuk memutuskan mana yang benar dan apa yang salah serta etis dengan merujuk kepada perilaku atau keputusan berdasarkan nilai-nilai dan prinsip-prinsip tersebut.
Perdana Menteri Norwegia Erna Solberg memiliki terobosan inovatif dengan menggunakan televisi untuk berbicara langsung dengan anak-anak.
Membangun ruang dialog yang sejuk dengan mengadakan konferensi pers khusus di mana tidak ada orang dewasa diizinkan.
Solberg menjawab setiap pertanyaan anak-anak dari seluruh negeri, meluangkan waktu untuk menjelaskan agar mereka tidak perlu takut namun tetap waspada. Langkah yang sangat adaptif nan humanis.
Dalam situasi wabah seperti saat ini sensitivitas kepemimpinan diperlukan, sehingga mampu mengisi ruang kepercayaan publik. Kegiatan dan kebijakan yang kontraproduktif ada baiknya disimpan dalam ‘saku celana’ tak perlu diumbar dengan serampangan ketengah publik.
Sayembara miskin empati, konser tanpa narasi, dan sejenisnya dicukupkan untuk sementara waktu. Karena sejatinya ada masih banyak ruang inovasi dan inspirasi yang bisa kita gunakan, tak harus dengan hingar bingar.
Pemimpin menempatkan nyawa bukan hanya sekadar angka-angka yang disampaikan setiap hari, hingga pada akhirnya publik menjadi mati rasa dan abai dalam perilaku kolektif.
Berkerja bukan sekadar mengejar popularitas untuk menaiki anak tangga kekuasaan, namun menghadirkan kemanfaatan untuk peradaban yang lebih besar.
Jika pada akhirnya penanganan Covid-19 di negeri berhasil, sesungguhnya kita ingin pastikan bahwa kerja kolektif dan kepemimpinan efektif telah menabuh asa bahwa masa depan akan lebih baik dari hari ini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.