Perubahan memengaruhi (1) teknis, (2) lingkungan manajerial, internal, (3) eksternal, dan (4) yang mencakup organisasi dan pemberian layanan publik.
Mereka berhasil menghadapi situasi yang tidak biasa, mengambil keputusan disaat yang sulit dan tetap berpegang kepada norma dan nilai-nilai kemanusiaan
Covid-19 secara subtansial telah mengubah banyak hal kehidupan manusia dewasa ini, tidak terkecuali di dalam bidang kepemimpinan dan politik. Bahkan beberapa negara pemimpinnya telah menjadi rujukan alternatif dan menuai apresiasi atas keberhasilan menekan serta mengendalikan Covid-19.
Tersebutlah nama Perdana Menteri Jacinda Ardern, Presiden Taiwan Tsai Ing-wen, Presiden Jerman Angela Merkel dan beberapa negara di skandinavia seperti Denmark, Finlandia, dan Islandia yang berhasil menahan laju penyebaran virus di negara masing-masing.
Mereka ‘menumbangkan’ nama besar dan kontroversial seperti Donald Trump, Emmanuel Macron, Xi Jinping, Jair Bolsonaro dan Narendra Modi.
Mereka tampak kelimpungan dan salah tingkah dalam mencegah penyebaran Covid-19. Keberhasilan pemimpin-pemimpin alternatif tersebut secara prinsip memenuhi prasyarat tiga kompetensi dasar dalam pelayanan publik: teknis, kepemimpinan, dan etika.
Segitiga Kompetensi dan Covid-19
Di sisi kompetensi teknis para pemimpin alternatif mengambil kebijakan berdasarkan pertimbangan yang terukur, rigid, dan landasan ilmiah (scientific based). Simultan dieksekusi dengan sangat rapi dan cepat.
Indikator berbasis epidemi dan perhitungan matang, bukan sekadar batasan waktu. Tokoh terdepan dalam hal ini adalah Presiden Taiwan Tsai Ing-wen dan Angela Merkel.
Angela Merkel, Kanselir Jerman, berdiri paling depan dan dengan tenang menyampaikan bahwa ini adalah wabah serius yang akan menginfeksi hingga 70 persen populasi. Namun atas dasar itu pula, Jerman melalukan persiapan lebih dini dan mendapatkan manfaat dari apa yang diterapkannya.
Adapun Tsai Ing-Wen belajar dari pengalaman buruk saat SARS menerpa Taiwan pada tahun 2003. Dirinya langsung bertindak lebih dini, sejak Januari.
Di kala World Health Organization (WHO) menyangsikan Taiwan, Tsai Ing-Wen lebih baik fokus menyusun dan menerapkan sejumlah langkah strategis. Memperkenalkan 124 langkah untuk mencegah penyebaran Covid-19 tanpa harus melakukan lockdown.
Membagikan jutaan masker ke seluruh penjuru negeri, memastikan setiap yang berobat terbuka dan terlayani. Karena dirinya sejak awal paham dan sadar tidak mau menjadi pemimpin yang tercatat dalam lembar kegagalan.
Covid-19 juga menghendaki hadirnya kompetensi Leadership, di mana kepemimpinan adalah kemampuan memadukan sejumlah elemen potensial dan manajerial dalam situasi yang terbatas.
Disadari beberapa pemimpin mahir dalam menangani sistem, tetapi memiliki permasalahan yang serius dan kurang dalam soft skill komunikasi. Padahal sangat penting untuk membina hubungan interpersonal yang produktif dan partisipasi kooperatif dalam tujuan bersama.