JAKARTA, KOMPAS.com - Sosiolog dari Universitas Indonesia (UI) Imam Prasodjo menyarankan masyarakat melakukan silaturahim Lebaran secara virtual.
Menurut dia, silaturahim Lebaran secara virtual bertujuan mencegah penularan Covid-19.
"Upaya memutus mata rantai penularan diupayakan dengan berbagai cara. Intinya, interaksi fisik dibatasi, termasuk larangan untuk mudik Lebaran," ujar Imam dalam keterangan tertulisnya, Kamis (30/4/2020).
Baca juga: Lebaran Pertama Tanpa Keluarga karena Pandemi Covid-19...
"Solusinya, pada tahun ini akan muncul cara baru ber-Lebaran. Namai saja 'Lebaran Virtual' atau 'Lebaran Digital'," lanjutnya.
Lewat cara tersebut, masing-masing keluarga bisa saling berinteraksi lewat layar ponsel atau komputer.
Melalui layar kaca, mereka bisa bermaaf-maafan dan berbincang jarak jauh.
Imam menuturkan, bagi masyarakat perkotaan yang sudah sering melakukan telekonferensi, ber-Lebaran virtual seperti ini pasti bukan hal sulit, baik secara teknologi maupun budaya.
"Namun, bagi kebanyakan orang, ini hal baru. Apalagi bagi 'generasi jadul' di desa yang sudah berumur 60 ke atas. Karena itu, rayakanlah pengalaman baru ini. Selamat datang kita ucapkan pada 'Lebaran Virtual' atau 'Lebaran Digital' di Indonesia yang akan dilakukan secara masif dan serentak," jelas Imam.
Dia menilai, Lebaran tahun ini bisa menjadi momen literasi digital secara serentak.
Baca juga: Imam Besar Masjid Istiqlal Imbau Umat Islam Tak Lakukan Mudik Lebaran
"Tanpa disadari, ini momen edukasi literasi digital serentak dan terbesar sepanjang masa. Belajar cara baru dengan langsung praktik," tutur Imam.
Imam menyarankan masyarakat sebaiknya segera menyiapkan aplikasi dan berlatih untuk berkomunikasi secara virtual.
Dia mencontohkan, untuk berkomunikasi dengan keluarga di desa, masyarakat bisa menggunakan webinar.
"Teknologi komunikasi yang memungkinkan kita untuk ngobrol secara online bersama seperti orang melakukan seminar, talkshow, diskusi, dan kegiatan lainnnya tanpa harus bertatap muka secara langsung sama sekali," tambah Imam.
Sementara itu, juru bicara pemerintah untuk penanganan virus corona Achmad Yurianto mengatakan, tidak bepergian dan tidak mudik merupakan langkah paling baik untuk mengendalikan penyebaran Covid-19.
Dengan tidak mudik, masyarakat melindungi keluarganya, kerabatnya, dan warga desa.
Baca juga: 2 Pegawai Pabrik Sampoerna Meninggal Positif Covid-19, Ratusan Karyawan Dikarantina
"Kita harus tetap melindungi mereka agar mereka tetap sehat. Agar mereka tetap produktif dan tetap bisa menjadi bagian perputaran roda ekonomi nasional kita," tutur Yuri dalam konferensi pers di Graha BNPB, Rabu (29/4/2020).
Sementara itu, hingga Rabu, pemerintah mencatat ada 9.771 kasus pasien positif tertular Covid-19. Jumlah tersebut merupakan akumulasi dari 34 provinsi.
Dari jumlah itu, sebanyak 1.391 pasien telah dinyatakan sembuh dari Covid-19 dan ada 784 pasien yang meninggal dunia setelah tertular penyakit tersebut.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.