Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

UI Kembangkan Ventilator Pasien Corona, Diklaim Lebih Murah dan Mudah

Kompas.com - 07/04/2020, 15:27 WIB
Deti Mega Purnamasari,
Fabian Januarius Kuwado

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Universitas Indonesia (UI) tengah mengembangkan alat bantu pernapasan atau ventilator untuk pasien di rumah sakit yang mengalami gejala klinis gangguan pernapasan.

Ketua Tim Ventilator UI Basari mengatakan, pengembangan ini merupakan bentuk sumbangsih UI untuk memenuhi kebutuhan ventilator di rumah sakit Indonesia di tengah pandemi virus corona (Covid-19).

"Sejak Maret 2020, jumlah pasien positif Covid-19 di Indonesia mengalami peningkatan secara signifikan. Rumah sakit rujukan dan rumah sakit darurat di Indonesia semakin banyak membutuhkan ventilator," ujar Basari, dikutip dari siaran pers, Selasa (7/4/2020).

Baca juga: Erick Thohir Akui Kebutuhan Ventilator di RS BUMN Masih Kurang

Basari yang juga menjabat Ketua Program Studi Teknik Biomedik Fakultas Teknik UI mengatakan, di Indonesia saat ini terdapat 231 jenis ventilator yang keseluruhannya merupakan impor melalui 70 distributor.

Namun, virus corona yang telah dinyatakan sebagai pandemi global menyebabkan stok ventilator di dunia mengalami keterbatasan.

Ia pun berharap ventilator hasil produksi UI dapat menambal kebutuhan ventilator di rumah sakit Indonesia.

Berdasarkan data Maret 2020, jumlah ventilator di Indonesia sebanyak 8.413. Jumlah itu tersebar di 2.867 rumah sakit.

Baca juga: Ventilator untuk Pasien Corona, Daihatsu Tunggu Cetak Biru Pemerintah

Jawa Barat merupakan provinsi paling banyak terdapat ventilator. Di provinsi itu, terdapat 1.215 unit yang tersebar di 364 rumah sakit.

DKI Jakarta terbanyak kedua dengan 1.071 unit ventilator yang tersebar di 190 rumah sakit.

Berdasarkan perhitungan tim, diperkirakan dalam bulan April ini dibutuhkan tambahan ventilator sebanyak 400hingga 500 unit.

Mudah Digunakan

Basari menambahkan, ventilator yang diproduksi UI ini disebut sebagai ventilator transport lokal rendah biaya berbasis sistem pneumatik (COVENT-20).

Baca juga: Wabah Covid-19, Pemerintah Kembangkan Ventilator Portabel

Keunggulan dari produk COVENT-20 ini adalah biaya produksi yang lebih hemat, mudah dibawa karena bentuknya ringkas dan sederhana, hemat energi karena menggunakan baterai lithium-ion, mudah dioperasikan dan telah dilengkapi dengan filter bakteri.

Segala kelebihannya itu membuat COVENT-20 aman digunakan bagi pasien berstatus pasien dalam pengawasan (PDP) maupun pasien positif Covid-19. Terutama pasien yang memerlukan ventilator saat perjalanan dari rumah ke fasilitas kesehatan.

"Ventilasi multimode yang digunakan pada ventilator ini adalah sistem Mode Continuous Positive Airway Pressure (CPAP) untuk pasien PDP yang biasanya masih sadar. Jadi hanya perlu dibantu diberikan oksigen ke paru-paru," papar Basari.

"Sedangkan mode Continuous Mandatory Ventilation (CMV) digunakan untuk pasien positif Covid-19 dengan gejala pneumonia berat yang tidak dapat mengatur pernafasannya, sehingga perlu dikontrol dengan mode CMV," lanjut dia.

Baca juga: Wamen BUMN: Saya Diberi Tugas Erick Thohir Cari Ventilator hingga ke Ujung Dunia

Meski demikian, Basari mengatakan, timnya belum dapat memproduksi masal ventilator ini. Tim saat ini sedang menyelesaikan proses kalibrasi awal di perusahaan kalibrasi, PT Medcalindo.

Tahapan selanjutnya adalah pengujian di Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK), uji klinis di RSUI.

Kemudian, akan dilanjutkan dengan pengurusan izin produksi sekaligus izin edar dari Kementerian Kesehatan dan produksi massal.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com