Bahaya penularan virus corona baru ini dalam pertemuan di berbagai level di masyarakat hendaknya mulai dijelaskan secara proporsional dan mudah dimengerti.
Baca juga: Luhut Tak Menduga, Banyak Masyarakat yang Sudah Mudik
Di masyarakat yang lebih tradisional di luar Jawa, kepala suku dan kepala adat tentu menjadi penting perannya dalam upaya penerangan perlunya menjaga jarak.
Bulan-bulan ke depan ada banyak hajatan, dan itu melibatkan perkumpulan karena melibatkan undangan tamu hingga ratusan. Ada satu dua kasus pesta pernikahan di Jawa Tengah yang telah dihentikan aparat, namun kampanye berulang-ulang masih perlu digalakkan.
Jika penyebaran virus di desa-desa yang minim fasilitas kesehatan terjadi, bisa dibayangkan betapa sulitnya mendeteksi dan mengobati.
Di level kota kabupaten pun sudah mengalami kekurangan sumber daya ahli medis, apalagi level kecamatan dan kelurahan terpelosok. Mereka juga kekurangan alat pelindung diri (APD).
Masyarakat agamis
Dalam menghadapi arus globalisasi, masyarakat komunal Indonesia ternyata tidak memegangi identitas lokal kesukuan. Dalam konteks nasional, agama menjadi pilihan dalam penampilan dan jati diri.
Kenyataannya, agama menyatukan banyak kelompok yang berbeda dan sekaligus wahana solidaritas global. Agama menjadi identitas dan sangat kental dalam sektor politik dan ekonomi akhir-akhir ini.
Era keterbukaan Reformasi justru ditandai dengan naiknya pamor sentimen keagamaan di ruang publik.
Di lapangan nyata, baik partai nasionalis ataupun partai dengan sokongan kelompok keagamaan merapat ke sentimen itu. Secara sadar atau tidak, relasi agama dan politik telah diperkuat oleh para politisi dan tokoh masyarakat.
Melambungnya sentimen ketaatan simbolis di masyarakat kita bisa dilihat dari penampilan di depan khalayak, dan giatnya pembangunan tempat ibadah. Perbincangan publik selalu mengarah pada ketaatan.
Baca juga: Organda Dukung Wacana Larangan Mudik Lebaran 2020
Sejauh mata memandang terlihat pembangunan fisik tempat ibadah bermunculan di mana-mana, terlepas apakah sebenarnya dimanfaatkan untuk ibadah atau belum sempat digunakan.
Media elektronik dan media sosial dipenuhi dengan acara keagamaan, dari sinetron, drama, talk-show, pengajian, dan ceramah. Ini semua menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia menempatkan agama pada level tertinggi.
Perkumpulan keagamaan menjadi kebutuhan. Doa bersama dan ibadah massal sedang menuai musimnya.
Mitigasi pencegahan penyebaran virus corona hendaknya melihat faktor keagamaan, dan mungkin menjadikan para tokoh agama sebagai mitra dalam penyadaran masyarakat.