Hampir dua jam pemeriksaan berlangsung, sebelum akhirnya mereka diizinkan menuju lokasi sumur. Sekitar pukul 11.45 WIB, tim siap dengan peralatan lengkap berupa masker, aqualung, dan ICAM 48.
Proses pengangkatan pun cukup dramatis. Sebab, sebelumnya banyak prajurit yang pingsan karena menghirup gas beracun yang berasal dari dalam sumur.
Sehingga, dilakukan proses orientasi untuk mengetahui metode yang paling tepat guna mengangkat seluruh jenazah.
Baca juga: Film Pengkhianatan G30S/PKI, Karya Seni yang Dianggap Meneror Satu Generasi
Semula, ada tiga opsi yang muncul, yaitu mengangkat langsung, tetapi sangat sulit karena lubang sumur terlalu sempit; menggali atau memperlebar sumur yang akan memakan waktu dan tenaga; atau menggunakan tali untuk mengikat dan menarik jenazah.
Atas keputusan Kho Tjioe Liang dan Kapten Sumarno, dokter gigi yang masuk ke dalam Tim Kipam, akhirnya diputuskan untuk menggunakan opsi ketiga.
Sekitar pukul 12.05, seorang prajurit Parako atas nama Prada Anang masuk ke dalam sumur menggunakan aqualung dan berhasil mengikat tali pada jenazah pertama.
Jenazah itu kemudian berhasil diangkat dan diidentifikasi sebagai Lettu (Czi) Pierre Tendean, ajudan Jenderal AH Nasution.
Baca juga: Jokowi Usul Film G30S/PKI Kekinian, Ini Komentar Tommy Soeharto
Setelah itu giliran Sersan (Mar) Saparimin turun dan mengikatkan tali pada jenazah berikut sekitar pukul 12.15 WIB. Namun, jenazah itu tidak berhasil diangkat karena terjepit jenazah lainnya.
Kemudian pada pukul 12.30 WIB, Prajurit Satu (Mar) Subekti masuk ke sumur dan mengikat dua jenazah sekaligus, yakni Mayjen TNI S Parman dan Mayjen TNI Suprapto.