Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Periode Pertama, Jokowi Dinilai Dikelilingi Ekosistem yang Tak Prioritaskan HAM

Kompas.com - 18/10/2019, 19:49 WIB
Fitria Chusna Farisa,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - International NGO Forum on Indonesian Development (INFID) menilai, Presiden Joko Widodo tak mampu menyelesaikan kasus pelanggaran HAM masa lalu di periode pertama pemerintahannya.

Menurut INFID, hal ini lebih disebabkan karena lingkungan di sekitar presiden yang kurang mendukung.

Jokowi dalam pemerintahan pertamanya diduga dikelilingi oleh orang-orang yang tak punya prioritas dalam penegakan HAM.

"Terkait penyelesaian kasus-kasus pelanggaran HAM masa lalu termasuk penghilangan korban secara paksa yang tak bisa dilakukan dalam periode pertama karena tidak ada lingkungan yang mendukung dan ekosistem yang kondusif," kata Perancang Program Senior bidang HAM dan Demokrasi INFID Mugiyanto Sipin dalam konferensi pers di kantor Amensty Internasional Indonesia, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (18/10/2019).

Baca juga: Komnas HAM Minta Jokowi-Maruf Utamakan Penyelesaian Persoalan Papua

Mugiyanto mengatakan, kesimpulan ini diambil atas sejumlah fakta. Misalnya, dalam hal Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam), Jokowi menunjuk Wiranto yang merupakan terduga pelanggar HAM masa lalu.

Selain itu, kursi Kepala Jaksa Agung RI diberikan kepada politisi sehingga diduga banyak berkas penyelidikan yang tak dilanjutkan.

Terakhir, Menteri Hukum dan HAM diisi oleh Yasonna Laoly yang tidak lain adalah politisi PDI-Perjuangan.

Baca juga: Komnas HAM Minta Jokowi-Maruf Utamakan Penyelesaian Persoalan Papua

INFID menilai, Yasona dalam kerjanya lebih memprioritaskan agenda partai ketimbang kepentingan negara.

"Lingkungan yang mendukung, ekosistem yang mengarah pada HAM itu tidak ada di periode pertama," ujar Mugiyanto.

Oleh karenanya, jelang pengumuman kabinet kerja Jokowi periode kedua, INFID meminta kepala negara betul-betul selektif dalam memilih menteri.

Baca juga: Komnas HAM Menduga Ada Mobilisasi Massa dalam Kerusuhan Wamena

Posisi-posisi yang berkaitan langsung dengan pengungkapan kasus pelanggaran HAM masa lalu harus dipastikan independen, berdedikasi, berintegritas, dan punya rekam jejak yang baik dalam bidang HAM.

"Tanpa itu lima tahun terakhir ini akan terulang lagi dan itu kami harapkan dilakukan presiden Jokowi dan Kiai Ma'ruf Amin di periode 2019-2024 ini," kata Mugiyanto.

Kompas TV Jenazah datang dengan menggunakan ambulans milik Rumah Sakit Bhayangkara, Medan, Sumatera Utara.<br /> <br /> Pihak keluarga mendapat kabar dari pihak kepolisian yang meminta agar jenazah menjalani otopsi guna mengungkap penyebab meninggalnya almarhum Golfrid Siregar.<br /> <br /> Almarhum Golfrid Siregar ditemukan meninggal tidak sadarkan diri di fly over Simpang Pos Medan 3 Oktober lalu. Rekan-rekan Golfrid di Walhi Sumut menduga Golfrid telah menjadi korban kekerasan karena korban selama ini aktif sebagai pembela hak asasi manusia khususnya pada isu lingkungan. #Walhi #Aktivis #GolfridSiregar
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Ketum PGI: 17 Kali Jokowi ke Papua, tapi Hanya Bertemu Pihak Pro Jakarta

Ketum PGI: 17 Kali Jokowi ke Papua, tapi Hanya Bertemu Pihak Pro Jakarta

Nasional
Kasus Brigadir RAT, Beda Keterangan Keluarga dan Polisi, Atasan Harus Diperiksa

Kasus Brigadir RAT, Beda Keterangan Keluarga dan Polisi, Atasan Harus Diperiksa

Nasional
KPK Ancam Pidana Pihak yang Halangi Penyidikan Gus Muhdlor

KPK Ancam Pidana Pihak yang Halangi Penyidikan Gus Muhdlor

Nasional
195.917 Visa Jemaah Haji Indonesia Sudah Terbit

195.917 Visa Jemaah Haji Indonesia Sudah Terbit

Nasional
Sukseskan Perhelatan 10th World Water Forum, BNPT Adakan Asesmen dan Sosialisasi Perlindungan Objek Vital di Bali

Sukseskan Perhelatan 10th World Water Forum, BNPT Adakan Asesmen dan Sosialisasi Perlindungan Objek Vital di Bali

Nasional
Penyidik KPK Enggan Terima Surat Ketidakhadiran Gus Muhdlor

Penyidik KPK Enggan Terima Surat Ketidakhadiran Gus Muhdlor

Nasional
Di Puncak Hari Air Dunia Ke-32, Menteri Basuki Ajak Semua Pihak Tingkatkan Kemampuan Pengelolaan Air

Di Puncak Hari Air Dunia Ke-32, Menteri Basuki Ajak Semua Pihak Tingkatkan Kemampuan Pengelolaan Air

Nasional
Ketum PGI Tagih Janji SBY dan Jokowi untuk Selesaikan Masalah Papua

Ketum PGI Tagih Janji SBY dan Jokowi untuk Selesaikan Masalah Papua

Nasional
Gus Muhdlor Kirim Surat Absen Pemeriksaan KPK, tetapi Tak Ada Alasan Ketidakhadiran

Gus Muhdlor Kirim Surat Absen Pemeriksaan KPK, tetapi Tak Ada Alasan Ketidakhadiran

Nasional
PPP Minta MK Beri Kebijakan Khusus agar Masuk DPR meski Tak Lolos Ambang Batas 4 Persen

PPP Minta MK Beri Kebijakan Khusus agar Masuk DPR meski Tak Lolos Ambang Batas 4 Persen

Nasional
Sidang Sengketa Pileg Kalteng Berlangsung Kilat, Pemohon Dianggap Tak Serius

Sidang Sengketa Pileg Kalteng Berlangsung Kilat, Pemohon Dianggap Tak Serius

Nasional
Pemerintahan Baru dan Tantangan Transformasi Intelijen Negara

Pemerintahan Baru dan Tantangan Transformasi Intelijen Negara

Nasional
Tegur Pemohon Telat Datang Sidang, Hakim Saldi: Kalau Terlambat Terus, 'Push Up'

Tegur Pemohon Telat Datang Sidang, Hakim Saldi: Kalau Terlambat Terus, "Push Up"

Nasional
KPK Sebut Keluarga SYL Sangat Mungkin Jadi Tersangka TPPU Pasif

KPK Sebut Keluarga SYL Sangat Mungkin Jadi Tersangka TPPU Pasif

Nasional
Timnas Kalah Lawan Irak, Jokowi: Capaian hingga Semifinal Layak Diapresiasi

Timnas Kalah Lawan Irak, Jokowi: Capaian hingga Semifinal Layak Diapresiasi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com