KOMPAS.com - Langkah Perkumpulan Bulu Tangkis Djarum yang menghentikan Audisi Umum Djarum Beasiswa Bulu Tangkis untuk anak-anak menuai polemik.
Penghentian audisi ini merupakan tindak lanjut PB Djarum setelah menerima permintaan Komisi Perlindungan Anak Indonesia untuk mengganti nama audisi yang tidak terkait produk rokok.
Polemik antara KPAI dengan PB Djarum itu kemudian menjadi artikel terpopuler dan paling menarik perhatian pembaca Kompas.com pada Senin (9/9/2019).
Lalu bagaimana polemik itu bermula?
Awalnya, KPAI meminta penyelenggaraan audisi tidak menggunakan nama merek, logo, dan gambar produk tembakau. Ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012.
PB Djarum secara mengejutkan malah menghentikan audisi. Tidak ada lagi ajang pencarian bibit muda di ranah bulu tangkis mulai tahun depan.
KPAI kemudian menyatakan bahwa tidak ada niat agar PB Djarum menghentikan audisi secara keseluruhan. PB Djarum hanya diminta KPAI taat aturan.
Selengkapnya, baca: KPAI: Tak Ada Niat Hentikan Audisi Bulu Tangkis PB Djarum
Selain tentang polemik audisi PB Djarum, informasi tentang kerusuhan Papua dan Papua Barat masih menarik perhatian pembaca.
Kemarin, polisi menetapkan seorang tersangka berinisial FBK. Dia dituding polisi sebagai auktor intelektualis di lapangan terkait kerusuhan di dua provinsi itu.
FBK ditangkap di wilayah Papua saat akan berangkat menuju Wamena, pada Jumat (6/9/2019).
Menurut Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen (Pol) Dedi Prasetyo, FBK diduga menggerakkan massa hingga terjadi kerusuhan di Tanah Papua.
"Dia menggerakkan dari sisi akar rumput, kemudian menggerakkan dari aktor lapangan kerusuhan yang ada di Jayapura, maupun di beberapa wilayah di Papua," ungkap Dedi di Gedung Humas Mabes Polri, Jakarta Selatan, Senin (9/9/2019).
Dedi mengatakan bahwa FBK diduga menggerakkan massa secara langsung. Namun, polisi juga sedang mendalami dugaan keterlibatan FBK melalui media sosial.
Selengkapnya, baca: Ini Peran Auktor Intelektualis Lapangan Kerusuhan Papua dan Papua Barat
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.