Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Presiden Jokowi Diharap Tunjukkan Keberpihakannya Terhadap Pemberantasan Korupsi

Kompas.com - 08/09/2019, 15:49 WIB
Dylan Aprialdo Rachman,
Jessi Carina

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Bagian Perancangan Peraturan dan Produk Hukum Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Rasamala Aritonang berharap Presiden Joko Widodo menunjukkan keberpihakannya terhadap pemberantasan korupsi.

Menurut dia, di tengah polemik seleksi calon pimpinan dan upaya revisi Undang-Undang tentang KPK yang bermasalah, Presiden Jokowi diharap bisa mengambil langkah yang bijak.

"Ini momennya Presiden menunjukkan bahwa memang punya keberpihakan dalam konteks pemberantasan korupsi. Saya yakin Presiden punya keberpihakan terhadap kita yang berdiri di garis pemberantasan korupsi," kata Rasamala dalam diskusi 'Darurat Pemberantasan Korupsi: Stop Pelemahan KPK' di Indonesia Corruption Watch, Jakarta, Minggu (8/9/2019).

Ia mengatakan, polemik seleksi capim dan revisi UU KPK saat ini bukan hanya menyangkut masa depan KPK, melainkan juga demi kepentingan masyarakat Indonesia.

Baca juga: Biro Hukum KPK Nilai Ada Upaya Pelemahan Pemberantasan Korupsi

Sebab, korupsi merupakan salah satu akar dari permasalahan yang dialami Indonesia saat ini.

"Kalau ditanya persoalan hari ini apa? Hampir semua akar persoalan kita adalah korupsi. Omongan kita dari lahir sampai mati itu ada persoalan korupsi. Ada rakyat Indonesia 250 juta yang mungkin kalau bicara kesejahteraan selama ini terambil karena korupsi," kata dia.

Ia menyatakan, jika KPK dipimpin oleh orang dan undang-undang yang bermasalah, bisa memicu kemunduran dalam pemberantasan korupsi. Kinerja KPK secara kelembagaan pun akan lumpuh.

"Mungkin KPK hanya sekadar bekerja rutin saja, mungkin tak ada penangkapan pelaku korupsi, sekadar pencegahan sosialisasi di sana sini. Pelaku korupsi tentu merasa ruang mereka lebih bebas, ke depan mereka bisa rampok uang negara lebih banyak tanpa ada tindakan tegas juga," kata dia.

Baca juga: Saut Situmorang: Siapa Pun Capim yang Akan Dipilih, Tidak Pernah Bisa Sesukanya di KPK

Jika dua hal itu terjadi, menurut dia bisa berdampak buruk bagi aspek kehidupan masyarakat luas.

"Karena korupsi persoalan akan muncul, demokrasi akan hilang, bicara ekonomi kita akan jadi rapuh. Kita bisa mundur ke belakang. Itu sudah pasti. Nah, sekarang momentumnya Presiden harus tegas dan berpihak kepada pemberantasan korupsi. Karena ini soal nasib 250 juta rakyat kita juga," pungkas Rasamala.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Nasional
Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Nasional
Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Nasional
Ganjar Bubarkan TPN

Ganjar Bubarkan TPN

Nasional
BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

Nasional
TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

Nasional
Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong 'Presidential Club'

Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong "Presidential Club"

Nasional
Ide 'Presidential Club' Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Ide "Presidential Club" Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Nasional
Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Nasional
Pro-Kontra 'Presidential Club', Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Pro-Kontra "Presidential Club", Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Nasional
Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Nasional
Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Nasional
SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com