Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pernyataan Jokowi soal Papua Dianggap Kurang Menggigit

Kompas.com - 20/08/2019, 17:22 WIB
Ardito Ramadhan,
Bayu Galih

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pernyataan Presiden Joko Widodo dalam menanggapi aksi unjuk rasa di Manokwari yang dipicu oleh tindakan rasis terhadap mahasiswa Papua di Jawa Timur dinilai kurang menggigit.

Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) Yati Andriyani mengatakan, Jokowi seharusnya meminta maaf atas aksi rasisme tersebut dan berjanji memproses hukum.

"Sebetulnya kami ingin Presiden menyatakan sebagai presiden, kepala negara meminta maaf terhadap rasisme dan diskriminasi terhadap masyarakat Papua," kata Yati kepada wartawan, Selasa (20/8/2019).

"Dan menyatakan bahwa siapa pun yang terlibat dengan tindakan-tindakan tersebut harus dihukum sesuai proses hukum yang ada," ucap Yati.

Baca juga: Konflik Papua adalah Rasisme dan Tanda Adanya Krisis Akulturasi Serius

Yati pun menyanyangkan pernyataan Jokowi yang justru meminta setiap pihak, termasuk warga Papua, untuk bersabar dan saling memaafkan.

Menurut Yati, hal tersebut tidak tepat karena warga Papua sedang berada dalam posisi sebagai korban rasisme.

Pernyataan serupa juga disampaikan Mutiara Eka Pratiwi dari Perempuan Mahardika.

Menurut Mutiara, pernyataan Jokowi tersebut harus dibarengi dengan komitmen pemerintah dalam menghapuskan diskriminasi rasial terhadap warga Papua.

"Kata maaf tentu adalah hal yang patut diapresiasi, saling memaafkan adalah hal yang baik. Tetapi, kata maaf saja tidak cukup, butuh komitmen yang kuat," ujar Mutiara.

Baca juga: Rapat Paripurna DPR Diwarnai Interupsi, Kecam Tindakan Rasisme ke Mahasiswa Papua

Senada dengan Mutiara, Khalisah Khalid dari Walhi menyebut, pemerintah harus menegakkan hukum dengan cara menindak para pelaku diskiriminasi rasial terhadap mahasiswa Papua.

"Ini dimaksudkan agar tidak berulang dan tentu saja dapat membangun rasa keadilan bagi masyarakat Papua," ujar Khalisah.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo meminta masyarakat Papua untuk memaafkan pihak-pihak yang telah membuat mereka tersinggung terkait insiden yang terjadi di Surabaya dan Malang.

"Jadi, saudara-saudaraku. Pace, Mace, Mama-mama di Papua, di Papua Barat, saya tahu ada ketersinggungan," kata Jokowi di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (19/8/2019).

"Oleh sebab itu, sebagai saudara sebangsa dan setanah air, yang paling baik adalah saling memaafkan," ucapnya.

Baca juga: Polri Buru Pelaku Rasisme terhadap Mahasiswa Papua

Hal itu disampaikan Jokowi menanggapi aksi unjuk rasa warga Papua di Manokwari yang dipicu oleh aksi rasisme terhadap mahasiswa asal Papua di Surabaya, Malang, dan Semarang.

Meski demikian, Jokowi juga dikabarkan akan kembali berkunjung ke provinsi paling timur di Indonesia itu dalam waktu dekat.

Menurut Staf Khusus Presiden untuk Papua, Lenis Kogoya, dalam kunjungan ke Papua nanti Presiden akan menampung aspirasi dan masukan dari masyarakat Papua dan Papua Barat.

Aspirasi itu tidak hanya yang berkaitan dengan dugaan rasisme dan persekusi mahasiswa Papua di Surabaya dan kerusuhan di Manokwari.

Kepala Negara juga akan mendengarkan aspirasi masyarakat Papua terkait pemerintahan periode 2019-2024.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Soal 'Presidential Club', Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Soal "Presidential Club", Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Nasional
Tanggapi Isu 'Presidential Club', PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Tanggapi Isu "Presidential Club", PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Nasional
Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Nasional
Golkar: 'Presidential Club' Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Golkar: "Presidential Club" Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Nasional
Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Nasional
Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Nasional
Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di 'Presidential Club'

Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di "Presidential Club"

Nasional
Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk 'Presidential Club', Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk "Presidential Club", Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Nasional
Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Nasional
Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Nasional
Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Nasional
'Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya'

"Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya"

Nasional
Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Nasional
Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Nasional
Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com