"Sebagai orangtua di era digital, terus terang saya lebih mengkhawatirkan dampak konten digital daripada tayangan televisi," tulisnya.
Bila tidak suka dengan tayangan televisi, lanjutnya, kita bisa mengganti saluran atau mematikannya sekalian. (Baca selengkapnya)
3. Dosa Besar Pendidikan
Dalam esainya, Kompasianer Achmad Saifullah Syahid menggugat bagaimana pendidikan di Indonesia seperti jala di tempat.
Menurutnya, kita tidak lantas merasa puas atas tingginya minat baca.
"Tantangan di depan masih mengadang, lebih dari 55 persen murid Indonesia yang menamatkan sekolah hingga tingkat sekolah menengah pertama (SMP) mengalami buta huruf fungsional," tulis Kompasianer Achmad Saifullah.
Apalagi jika ditelaah lebih jauh, kegiatan siswa di sekolah diajarkan mata pelajaran, namun tidak dilatih menalar.
"Mata pelajaran Matematika misalnya, dipelajari untuk sekadar bisa menyelesaikan soal berhitung," lanjutnya. (Baca selengkapnya)
4. Namaku Plastik, Ini Kisah Kecilku
Begitu getir narasi yang dituliskan Kompasianer Ang Tek Khun mengenai plastik. Kita dibawa dari bagaimana plastik tersebut dibuat hingga akhirnya dibuang begitu saja.
"Setiap tahun, dalam rupa kantong plastik, aku digunakan tidak kurang dari 5 triliun banyaknya. Aku yang berwujud botol plastik, dibeli orang 1 juta banyaknya dalam 1 menit. Jumlahnya menakjubkan? Aku juga kaget loh!" tulisnya.
Pada artikelnya, tentu saja, Kompasianer Ang Tek Khun memberikan konteks penggunaan plastik di Indonesia.
Apalagi, sampah di Indonesia pada 2019 diperkirakan akan mencapai 68 juta ton dan total sampah plastik bisa mencapai 9,52 juta ton atau 14 persen dari total sampah yang ada. (Baca selengkapnya)
5. Razia Skincare di Sekolah, Yay or Nay?
Baru-baru ini ramai di media sosial mengenai razia di sebuah sekolah mengenai peralatan kosmetik atau skincare yang dibawa oleh siswa.
Kompasianer Corry Laura Junita berpendapat, tidak ada yang salah dengan barang-barang yang dianggap golongan terlarang itu.
"Apa salahnya sih membawa sisir ke sekolah? Atau membawa parfum atau deodoran. Hubungannya barang-barang tersebut pada prestasi akademik sebesar apa? Bukankah kerapian dan kebersihan merupakan sesuatu hal yang wajib di sekolah?" tulisnya.
Selain itu, lanjutnya, tidak ada korelasi antara rajin skincare-an dengan nilai di sekolah, kecuali selama guru menerangkan siswa justru sibuk oles-oles lotion dan pelembab. (Baca selengkapnya)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.