Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Husein Mutahar, Kisah Penyelamatan Bendera, dan Pembentukan Pramuka...

Kompas.com - 12/08/2019, 16:57 WIB
Angga Setiawan,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Nama Husein Mutahar atau dikenal dengan H Mutahar ada dalam cerita sejarah perjalanan Indonesia.

H Mutahar, kelahiran Semarang, Jawa Tengah, 5 Agustus 1916 ini, dikenal sebagai komposer musik Indonesia, terutama kategori lagu kebangsaan dan lagu anak-anak.

Beberapa lagu karyanya di antaranya, Hymne Syukur, Hari Merdeka, dan Dirgahayu Indonesiaku.

Selain itu, namanya juga tercatat dalam sejumlah momentum penting kemerdekaan Indonesia, dan salah satu sosok di balik terbentuknya organisasi kepanduan, Pramuka.

Menyelamatkan Bendera 

H Mutahar pernah diperintahkan Presiden Soekarno untuk menyelamatkan bendera pusaka saat situasi Kota Yogyakarta, yang menjadi ibu kota Indonesia, dalam keadaan sulit.

Saat itu, pada 1948, tentara Belanda melancarkan serangan besar-besaran sebagai rangkaian dari agresi militer ke-2.

Aku tidak tahu apa yang akan terjadi pada diriku. Dengan ini, aku memberikan tugas kepadamu pribadi. Dalam keadaan apa pun, aku memerintahkan kepadamu untuk menjaga bendera ini dengan nyawamu," demikian Soekarno kepada Husein Mutahar dalam buku "Bung Karno: Penjambung Lidah Rakjat" karya Cindy Adams.

Pada agresi militer II, serangan yang dipimpin Van Mook itu melibatkan pesawat-pesawat terbang P-51 yang melintas rendah di atas Kota Yogyakarta.

Dalam waktu singkat, Yogyakarta diduduki. Pangkalan Udara Maguwo direbut dan markas komando militer kota juga dibom.

Bung Karno dan Bung Hatta ditawan oleh Belanda. Keduanya dibuang ke Berastagi, Sumatera Utara, sebelum dibuang ke Pulau Bangka.

Dikutip dari buku Berkibarlah Benderaku: Tradisi Pengibaran Bendera Pusaka yang ditulis oleh Bondan Winarno, Mutahar langsung menjalankan perintah Bung Karno.

Ia langsung menerima perintah Presiden di masa genting itu.

"Bendera ini tidak boleh jatuh ke tangan musuh," demikian kata Soekarno.

Mutahar lantas memikirkan cara membawa bendera pusaka tersebut.

Selanjutnya, disebutkan bahwa Mutahar dibantu oleh seseorang bernama Pernadinata, untuk membuka jahitan bendera menjadi dua.

Dengan demikian, bendera Merah Putih terlihat sebagai dua kain berwarna merah dan putih.

Pasca Agresi Militer II Belanda, 6 Juli 1949, Bung Karno dan Bung Hatta kembali ke Yogyakarta setelah diasingkan Belanda.

Sebulan kemudian, 17 Agustus 1949, bendera pusaka dikibarkan kembali di Gedung Agung Yogyakarta untuk memperingati hari ulang tahun ke-4 RI.

Atas jasanya menjaga bendera pusaka, Mutahar mendapatkan anugerah Bintang Mahaputera pada 1961.

Pembentukan organisasi kepanduan

Kontribusi H Mutahar tak berhenti di situ. Ia juga sosok di balik terbentuknya organisasi kepantuan, Pramuka atau Praja Muda Karana.

Dikutip dari buku Pandu Ibuku karya R. Darmanto Djojodibroto, disebutkan, suatu ketika ada penggagalan rencana pembentukan organisasi pemuda beraliran kiri (komunis).

Ada peran penting Husein Mutahar dalam menggagalkan rencana tersebut.

Peristiwa yang terjadi pada 1949 itu menjadi cikal bakal lahirnya Praja Muda Karana (Pramuka).

Pada 1949, organisasi kepanduan di Indonesia berjumlah 104 lembaga.

Banyaknya jumlah organisasi kepanduan mempersulit penentuan struktur pembiayaan setiap organisasi.

Oleh karena itu, Soekarno berencana menyatukan seluruh organisasi kepanduan dalam satu unit.

Saat itu, Profesor Prijono ditunjuk untuk mengurus penyatuan berbagai organisasi pemuda dalam satu wadah.

Kemudian, terbit Keppres Nomor 109 Tahun 1961 tertanggal 31 Maret 1961.

Keluarnya Keppres ini menimbulkan kontroversi.

Alasannya, Keppres itu mengusulkan agar semua organisasi kepanduan dibubarkan dan diganti dengan mencontoh gerakan pemuda yang ada di negara komunis.

Pembuatan Keppres itu juga dianggap tidak melibatkan Sultan Hamengku Buwono IX dan Azis Saleh selaku pemimpinIkatan Pandu Putra Indonesia (Ippindo).

Mengetahui hal tersebut, Mutahar segera melapor kepada istri Azis Saleh, yang kemudian segera menyampaikannya kepada Dr Azis Saleh yang tengah berada di Surabaya.

Setelah menerima informasi tersebut, Azis Saleh segera menemui Soekarno yang saat itu sedang memeriksa tempat latihan untuk Asian Games di Bandung.

Saat bertemu Soekarno, Azis Saleh menceritakan permasalahan Keppres yang sudah ditandatangani tersebut.

Mengetahui ada rencana buruk tersebut, Soekarno lalu memerintahkan agar Keppres tersebut tidak disiarkan.

Keppres tersebut akhirnya tidak diumumkan pada berita negara, dan segera diganti dengan Keppres baru, Nomor 238 Tahun 1961 tertanggal 20 Mei 1961.

Keppres baru inilah yang menjadi dasar terbentuknya organisasi Pramuka Indonesia. Husein Mutahar juga ditunjuk untuk menciptakan lagu "Hymne Pramuka".

Perjalanan karier Mutahar

Setelah tamat dari MULO B (1934) dan AMS A-I (1938), H Mutahar sempat mengenyam pendidikan selama satu tahun di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada (1946-1947).

Dikutip dari pemberitaan Harian Kompas, 10 Juni 2004, pada 1945, Mutahar bekerja sebagai Sekretaris Panglima Angkatan Laut RI di Yogyakarta.

Selanjutnya, pada 1947, ia menjadi pegawai tinggi Sekretariat Negara di Yogyakarta.

Terakhir, ia menjabat sebagai Penjabat Sekretaris Jenderal Departemen Luar Negeri (1974), setelah dipercaya sebagai Duta Besar RI di Vatikan (1969-1973).

Mutahar meninggal dunia pada 9 Juni 2004 dan dimakamkan di Pemakaman Jeruk Purut, Jakarta Selatan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

Nasional
Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Nasional
Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Nasional
Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Nasional
Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Nasional
Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Nasional
7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

Nasional
Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Nasional
Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Nasional
Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Nasional
BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

Nasional
Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Nasional
Prabowo Diminta Cari Solusi Problem Rakyat, Bukan Tambah Kementerian

Prabowo Diminta Cari Solusi Problem Rakyat, Bukan Tambah Kementerian

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com