Pertanyaannya, mengapa bisa paling murah di antara negara-negara di Asia Tenggara?
Secara logis, tulis Kompasianer Arnold Adoe, PLN berusaha mempertahankan tarif listrik agar tidak naik kepada konsumen, dengan cara efisiensi, namun tidak sanggup menyiapkan langkah untuk mencegah dampak-dampak yang tidak diinginkan.
Jadi, apakah dengan menaikan tarif listrik bisa meningkatkan segala bentuk pemeliharaan juga antisipasi yang kelak bisa terjadi? (Baca selengkapnya)
3. Razia Buku, Vandalisme terhadap Monumen Peradaban Manusia
Alih-alih kita berusaha untuk meningkatkan angka kualitas literasi, tiba-tiba saja kembali terjadi razia buku. Kali ini bukan di lapak-lapak jalanan, melainkan toko buku.
Buku bukan sebatas rangkaian lembaran bertuliskan kata-kata. Tetapi, bagi Kompasianer Azwar Abidin, buku artefak dari peninggalan pengetahuan yang selama ini dihimpun dan dikembangkan umat manusia.
Singkatnya, buku itu tak ayal monumen peradaban manusia yang akan terus tumbuh dari satu masa ke masa lainnya.
Mengutip pujangga berkebangsaan Jerman Heinrich Heine, lanjutnya, bahwa mereka yang mulai membakar buku akan berakhir membakar sesamanya manusia. (Baca selengkapnya)
4. Dhania dan Janji Manis ISIS yang Menyesatkan
Kompasianer Farid Mamonto menceritakan bagaimana awal kisah bertemu dengan Dhania yang bergabung dengan ISIS dan hingga proses pelarian dari Syiria.
Dari apa yang dituliskan Kompasianer Farid Mamonto, ternyata Dhania semenjak Sekolah Menengah Pertama (SMP) sudah mulai melakukan yang namanya hijrah.
"Ia mulai membanding-bandingkan kehidupan di Indonesia jauh berbeda dengan masa nabi dan sahabat terdahulu perihal keadilan," lanjutnya.
Singkat cerita, setiba Dhania di Syiria, ternyata janji manis di berbagai artikel yang sering keluarga mereka baca perihal surga dunia dan akhirat itu tidak pernah ada. (Baca selengkapnya)
5. Fakta-fakta Unik Kecintaan Orang Rusia pada Budaya Indonesia
Ada 6 hal menarik yang ditulis oleh Kompasianer Syaripudin Zuhri ketika menghadiri Festival Indonesia Moskow (FIM) 2019 di Moskow, Rusia.
Sebenarnya, tujuan diselenggarakannya acara tersebut adalah memperkenal Indonesia dari berbagai daerah ke publik Rusia, khususnya para pengusaha yang mempunyai jaringan nasional maupun internasional.
Melihat begitu banyaknya kebudayaan hingga pernak-pernik yang dipamerkan pada gelaran tahun ini, orang-orang Rusia tertarik dengan kukusan, alat untuk menanak nasi tradisional.
"Kukusan bagi orang Rusia justru dijadikan alat untuk menghias taman di Krasnaya Presnya. Jadi di saat Anda melihat Festival Indonesia Moskow 2019 yang baru lalu, Anda akan melihat di berbagai sudut kukusan yang sudah dicat dan digantung," tulis Kompasianer Syaripudin Zuhri, melaporkan dari acara Festival Indonesia Moskow (FIM) 2019 di Moskow, Rusia. (Baca selengkapnya)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.