KOMPAS.com – Padamnya listrik di Jakarta, Banten, dan sejumlah wilayah Jawa Barat secara serentak pada Minggu (5/8/2019) ternyata bukan yang pertama terjadi di Indonesia.
Sebelumnya, listrik padam besar-besaran atau blackout pernah melanda sebagian besar wilayah Jawa-Bali, 22 tahun yang lalu tepatnya pada Minggu, 13 April 1997.
Listrik tentu menjadi kebutuhan krusial pada saat itu, sama halnya dengan hari ini. Akan tetapi, 1997 kebutuhan masyarakat akan listrik belum lah sekompleks hari ini di mana orang-orang akan mudah kelimpungan ketika kehabisan daya ponsel atau gadget-nya.
Melansir pemberitaan Harian Kompas di tanggal 14 April 1997, pemadaman Jawa-Bali terjadi nyaris serentak dimulai sekitar pukul 10.15 WIB hingga tiga jam kemudian. Listrik kembali padam serentak untuk ke dua kalinya pada pukul 17.00 – 20.00 WIB.
Baca juga: Listrik Padam, PLN Siap Berikan Ganti Rugi untuk Warga
Blackout ini terjadi akibat adanya trip atau gangguan sistem pada saluran tegangan ekstra tinggi berdaya 500 kV di PLTU Suralaya yang menyebabkan pasokan listrik sebesar 1.250 MW atau sekitar 25 persen pemasok listrik Jawa-Bali, mandeg.
Berdasarkan keterangan Dirut PT PLN saat itu, Djiteng Marsudi, meskipun melanda sebagian besar Jawa-Bali, mati listrik tidak terjadi di beberapa wilayah Jakarta, Bogor, Cirebon, dan Jawa Tengah yang mendapat pasokan listrik dari pembangkit listrik yang tidak terkena trip.
Listrik padam ini menyebabkan lampu lalu lintas mati di jalanan sejumlah kota-kota besar, misalnya di Jakarta, Denpasar, Cirebon, dan Bandung.
Tidak berfungsinya lampu lalu lintas menyebabkan terjadi kemacetan panjang karena kendaraan dari berbagai arah berebut jalan untuk lebih dahulu melaju.
Tak hanya jalanan, listrik padam juga mempengaruhi aktivitas di pusat-pusat perbelanjaan.
Seperti diketahui, tempat-tempat semacam ini banyak mengandalkan listrik untuk menjalankan fasilitas-fasilitasnya.
Layanan yang juga terganggu akibat hal ini adalah Anjungan Tunai Mandiri (ATM) dan SPBU yang cara kerja mesinnya bekerja dengan mengandalkan aliran listrik.
Saat blackout terjadi, masyarakat banyak menghubungi redaksi Harian Kompas melalui telepon, menanyakan kapan listrik akan kembali normal.
Banyak juga masyarakat yang mengeluhkan tidak dapat menyaksikan siaran pertandingan sepakbola Pra-Piala Dunia 1998 Grup V Asia, antara kesebelasan Indonesia melawan kesebelasan Yaman di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, hari itu.
Baca juga: Listrik Mati, Ini Daftar Perjalanan KA Jarak Jauh yang Terganggu di Purwokerto
Saat listrik padam besar-besaran di tahun 1997 ini juga bertepatan dengan acara rapat panitia pernikahan Hutomo Mandala Putra atau Tommy Soeharto dengan Ray Ardhia Pramesti Regita Cahyani.
Rapat diadakan di Jalan Sekolah Duta VI, Jakarta Selatan. Tidak ada gangguan listrik di tempat ini.
Namun, salah satu petugas PLN Cabang Kebayoran yang mengikuti rapat, Ir Benny Marbun segera meninggalkan tempat rapat dan menuju ke PLN di Jalan Sisingamangaraja, Jakarta Selatan, sesaat setelah mengetahui terjadi blackout.
Meski hari Minggu dan bukan merupakan hari kerja, Benny Marbun tidak bisa berdiam diri dan membiarkan rekan-rekannya bekerja sendiri.
“Tapi saya tidak bisa membiarkan teman-teman bekerja tanpa induk. Banyak sekali telepon keluhan yang masuk dari berbagai tempat acara,” kata Benny dikutip dari berita yang sama.
Salah satu kelompok masyarakat yang begitu terdampak dari listrik yang padam adalah pelaku kegiatan rumah tangga.
Berbagai alat elektronik penunjang kerja mereka tidak dapat difungsikan, misalnya setrika, mesin cuci, dan lemari pendingin. Hal itu membuat mereka tidak dapat menyelesaikan pekerjaannya.
Tak hanya itu, aliran air juga mandeg karena pompa air mati tak teraliri listrik. Untuk itu, penggunaan air di dalam rumah begitu dibatasi menghindari kekurangan pasokan air bersih.
Misalnya seorang ibu rumah tangga di Jembatan Besi, Sri Mulyati yang mengeluhkan ia dan keluarga tidak bisa melakukan mandi sore lantaran pasokan air di rumahnya sudah habis.
Menjelang malam tiba, ibu-ibu rumah tangga berburu lilin di warung-warung untuk menggantikan kebutuhan penerangan yang biasa didapat dari lampu listrik.
Akibatnya banyak warung yang kehabisan stok dan masyarakat tidak mendapatkan lilin untuk menerangi rumahnya.
Kebutuhan lilin ini begitu besar di tengah masyarakat, karena mati lampu terjadi secara serentak di wilayah yang luas.
Opsi lain yang banyak diambil oleh masyarakat untuk mendapatkan cahaya adalah dengan menggunakan lampu minyak.
Baca juga: Listrik Masih Padam di Sebagian Wilayah Jakarta, Anies Imbau Warga Periksa Isi Kulkas
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.