JAKARTA, KOMPAS.com - Penangkapan terduga teroris berinisial N (39) di Kota Padang, Sumatera Barat, Kamis (18/7/2019) lalu, cukup memberikan titik terang bagi tim Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri tentang aktivitas jaringan terorisme dalam dan luar negeri.
Keterangan pria yang dikenal sebagai penjual garam itu menguak mastermind sekaligus penyalur dana kepada kelompok teroris di Indonesia, Jamaah Ansharut Daulah (JAD) berinisial S alias Daniel alias Chaniago.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen (Pol) Dedi Prasetyo menjelaskan bahwa S merupakan warga negara Indonesia yang saat ini diduga berada di Khurasan, Afghanistan bersama kombatan ISIS lainnya.
Polisi mendapatkan informasi bahwa S menerima aliran dana dari 12 orang di lima negara berbeda. Dana tersebut dikirim kepada S sejak Maret 2016 hingga September 2017 dengan total sebesar Rp 413,17 juta.
"Saudara S menerima beberapa aliran dana. Aliran dana dari Trinidad Tobago ada tujuh kali, dari Maldives ada satu kali, Venezuela satu kali, Jerman dua kali dan Malaysia sekali," ujar Dedi dalam konferensi pers di Gedung Humas Mabes Polri, Jakarta Selatan, Selasa (23/7/2019).
"Dari kedua belas aliran dana tersebut, mulai Maret 2016-September 2017 seluruhnya terkumpul Rp 413.169.857. Mereka menggunakan sistem aliran dana Western Union," lanjut dia.
Baca juga: Polri: Kelompok Teroris JAD dan MIT Berkomunikasi
Polri sudah memasukkan S di dalam Daftar Pencarian Orang (DPO).
Kepada N, S menginstruksikan memberikan sejumlah uang kepada kelompok teroris lain di Indonesia, Mujahidin Indonesia Timur (MIT).
Selain itu, S juga memerintahkan N memberikan uang sebesar Rp 16 juta kepada pimpinan JAD Bekasi bernama Bondan demi merakit bom.
"Mereka juga terkoneksi dengan Bondan. Ini JAD Bekasi yang memiliki kemampuan merakit bom TATP (triaceton triperoxide), high explosive sekaligus merekrut beberapa orang," ungkap Dedi.
Untungnya, tim Densus 88 telah menangkap Bondan terlebih dahulu di daerah Duren Sawit, Jakarta Timur, Rabu (8/5/2019) lalu.
Selain Bondan, S juga memerintahkan N menyerahkan uang kepada pimpinan JAD Bekasi lainnya bernama Abu Saedah untuk membuat bom.
"Satu lagi masih DPO di Indonesia terkoneksi dengan mastermind atas nama Abu Saedah," lanjut Dedi.
Sebagai salah seorang kepercayaan S, N juga merencanakan sejumlah aksi teror, khususnya di Padang.
Dedi melanjutkan, sebelum ditangkap, N telah merencanakan serangan ke aparat kepolisian di Padang, Sumatera Barat. Serangan dengan menggunakan bom itu direncanakan dilakukan tepat pada hari peringatan proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 2019.
Persiapan N sudah cukup matang. N sudah memetakan kondisi di beberapa kantor polisi di Padang.
"Polda sudah disurvei, Polresta Padang. Merencanakan jenis bom yang sedang dirakit untuk diledakkan. Sasarannya pada upacara 17 Agustus mendatang," ujar Dedi.
Baca juga: Terduga Teroris yang Ditangkap di Padang Punya Jaringan di Afghanistan
Bahkan, N sudah membuntuti beberapa personel Polri yang akan dijadikan target. Rencananya, ia akan menyerang personel Polri itu untuk menguasai senjata apinya.
S rupanya juga memiliki hubungan dengan aksi terorisme di luar negeri. Salah satunya adalah bom bunuh diri di gereja Katolik Pulau Jolo, Filipina pada 27 Januari 2019. Aksi itu, menurut polisi, dilakukan pasangan suami-istri warga negara Indonesia berinisial RRZ dan UHS.
Keduanya diketahui merupakan anggota JAD Makassar.
Menurut keterangan polisi, S mendanai RRZ dan UHS melakukan bom bunuh diri ke Filipina.
"Karena mengetahui rencana aksi tersebut dan sudah memberikan dana untuk dua tersangka ke Filipina dari Makassar," tutur Dedi.
Nantinya, Polri beserta polisi Filipina akan mencocokkan DNA RRZ dan UHS dengan sampel DNA dari keluarga untuk memastikan identitas keduanya.
S sendiri tidak langsung menyerahkan dana kepada RRZ dan UHS, melainkan melalui warga negara Indonesia berinisial AB dan Y.
AB merupakan WNI asal Makasar, yang diduga berada di Filipina Selatan. AB berperan untuk mengatur kepergian dua terduga pelaku.
Sementara, Y merupakan sebagai penghubung antara Indonesia dan Filipina. Y adalah anggota JAD Kalimantan Timur dan sudah diamankan di Malaysia pada awal Juni 2019.