JAKARTA, KOMPAS.com - Amnesty International Indonesia mendesak pemerintah menyelesaikan Tragedi Trisakti melalui jalur hukum.
Hal itu diungkapkan Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia Usman Hamid menyikapi peringatan 21 tahun Tragedi Trisakti yang terjadi pada 12 Mei 1998.
"Pertama, Amnesty mendesak kembali pertanggungjawaban negara untuk menyelesaikan tragedi penembakan mahasiswa di Universitas Trisakti, Universitas Atma Jaya, dan di kampus-kampus lain di Indonesia yang terjadi pada masa-masa awal Reformasi," kata Usman saat dihubungi Kompas.com, Minggu (12/5/2019).
Baca juga: Jokowi : Kita Tidak Ingin Peristiwa 1998 Terjadi Lagi...
Ia menekankan, korban beserta keluarganya berhak mendapatkan keadilan hukum. Hal itu dapat terwujud dengan membawa pelaku ke pengadilan.
Selain itu, kata Usman, korban juga berhak mendapatkan penjelasan perihal peristiwa tersebut beserta hak-hak lainnya.
"Korban berhak untuk memperoleh kembali sejauh mungkin kehidupannya yang telah rusak melalui kebijakan reparasi dari negara. Hak atas keadilan hukum, kebenaran, dan pemulihan adalah hak-hak terpenting dari para korban yang wajib dipenuhi oleh negara," ujar dia.
Amnesty juga mendesak agar penyelesaian tragedi tersebut masuk dalam agenda pemerintah beserta anggota DPR terpilih.
Baca juga: 21 Mei 1998, Saat Soeharto Dijatuhkan Gerakan Reformasi...
Tragedi tersebut mencerminkan pembatasan kebebasan akademik dan berpendapat dalam aspek sosial politik.
Oleh karena itu, tragedi tersebut penting untuk diperingati agar hal yang sama tak terulang kembali.
"Tragedi Trisakti adalah tragedi pemberangusan kebebasan akademik, termasuk kemerdekaan berpikir di dunia kampus maupun kemerdekaan untuk berpendapat dalam kehidupan sosial politik. Memperingati tragedi ini menjadi sangat penting agar negara dan pemerintah tidak mengulangi hal-hal tersebut," tutur Usman.
Baca juga: Di Balik Reformasi 1998, Catatan Pribadi Laksamana Sukardi dalam Buku
Pada 12 Mei 1998, empat mahasiswa tewas dalam penembakan terhadap peserta demonstrasi menentang pemerintahan Soeharto, di kampus Universitas Trisakti, Grogol, Jakarta Barat.
Empat mahasiswa tersebut, yaitu Elang Mulia Lesmana, Hafidin Royan, Heri Hartanto, dan Hendriawan Sie.
Sementara itu, dokumentasi Kontras menulis, korban luka mencapai 681 orang dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia.
Tragedi Trisakti menjadi simbol dan penanda perlawanan mahasiswa terhadap pemerintahan Orde Baru.
Setelah tragedi itu, perlawanan mahasiswa dalam menuntut reformasi semakin besar, hingga akhirnya memaksa Soeharto untuk mundur pada 21 Mei 1998.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.