Verry juga mengaku banyak membuat APK kolektif. Dalam hal ini, biaya ditanggung secara proporsional sesuai kesepakatan.
Misalnya, caleg DPRD kabupaten kota menanggung 20 persen, caleg DPRD provinsi 30 persen, dan 50 persen ditanggung caleg DPR RI.
Meski sudah berkomitmen untuk tak mengeluarkan dana kampanye lebih dari Rp 250 juta, Verry mengatakan, tak jarang godaan muncul ketika ia melihat APK caleg-caleg lain yang lebih masif.
Baca juga: Cerita Caleg: Sarifuddin Sudding, dari Advokat Menuju ke Senayan
"Godaan itu selalu datang, ketika melihat baliho besar, temen-temen dari caleg lain, saudara-saudara kita yang kebetulan pendanaannya kuat, bisa sosialisasi sehari empat titik, itu kadang-kadang kami tergoda juga," ujar Verry.
"Ah masa dia bisa, saya enggak bisa, tapi bagi saya kembali ke masing-masing. Yang kedua saya optimistis saya sudah punya basis masa yang jelas, temen-temen yang saya bangun ketika saya dulu sering atau lebih hanyak berinteraksi di kegiatan sosial kemasyarakatan," katanya.
Baca juga: Cerita Caleg: Anggiasari, Penyandang Disabilitas yang Ingin Berjuang di Parlemen
Verry sendiri mengaku tidak ngoyo untuk menduduki kursi DPR.
Terpilih atau tak terpilih, Verry percaya hal itu sudah ditakdirkan oleh Tuhan. Bagi Verry, tugas utamanya adalah berikhtiar. Sementara hasilnya ia serahkan kepada Sang Kuasa.
Namun, sekalipun tak lolos ke Parlemen, Verry mengaku tidak kapok dan akan tetap bersama partainya.
"Kalau saya sudah berikhtiar hasilnya belum maksimal, enggak papa, ini berarti proses dari pembelajaran saya, toh saya juga baru setahun di politik," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.