JAKARTA, KOMPAS.com - Modal finansial tetap menjadi hal yang mutlak dibutuhkan dalam Pemilihan Legislatif 2019, meskipun bukan yang utama.
Para caleg yang tak melakukan politik uang pun membutuhkan logistik yang cukup untuk kebutuhan kampanye.
Kebutuhan itu di antaranya pembuatan alat peraga kampanye (APK). Berapa besar uang yang dikeluarkan?
Jumlahnya bisa berbeda antara satu caleg dengan caleg lainnya.
Baca juga: Cerita Caleg: Menangis Saat Minta Restu Keluarga hingga Datangi 712 Titik
Caleg DPR dari Daerah Pemilihan Jawa Tengah X, Arsul Sani, buka-bukaan mengenai apa saja yang dipersiapkannya untuk mendapatkan satu kursi di parlemen.
Dia juga menyebutkan besar uang yang dihabiskannya saat Pemilihan Legislatif 2014.
Seorang caleg biasanya langsung mengalkulasi uang yang dibutuhkan sebelum kampanye pemilu berlangsung.
Menurut Arsul, kalkulasi besaran biaya bisa langsung diperkirakan dengan melihat jumlah pemilih yang ada dapil.
Anggota Komisi III DPR ini sendiri menghabiskan uang Rp 2,5 miliar untuk mendapatkan kursi pada Pileg 2014.
Baca juga: Cerita Caleg: Soal Ongkos Politik, Arsul Sani Berutang kepada Sang Ayah
"Tahun 2014 itu, di luar kontribisi untuk saksi ya, sejak masa pencalonan sampai hari tenang sekitar Rp 2,5 miliar," ujar Arsul dalam wawancara khusus bersama Kompas.com, Rabu (27/3/2019).
Dia menggunakan uang pribadi untuk memenuhi kebutuhan finansial dalam Pileg 2014. Menurut Arsul, uang Rp 2,5 miliar itu termasuk kategori sedang jika dibandingkan caleg-caleg lainnya.
Arsul mengatakan, dia tidak perlu mengeluarkan ongkos lebih besar dari itu karena sudah punya modal sosial.
"Karena saya dibandingkan caleg yang bukan petahana yang modal sosialnya kecil, modal sosial saya kan sudah lumayan," ujar Arsul.
Sementara itu, pada Pileg 2019, Arsul belum mengalkulasi jumlah uang yang dia keluarkan karena kontestasi belum berakhir.
Baca juga: Cerita Caleg: Hoki Ace Hasan Melenggang ke Senayan dan Tantangan Politik Uang
Hingga akhir Maret lalu, dia mengaku telah menghabiskan sekitar Rp 2 miliar sampai Rp 2,5 miliar.
Dalam Pileg 2019, Arsul sendiri merasa mendapatkan keuntungan karena statusnya yang merupakan petahana.
"Saya kan juga dapat indirect support. Sebagai caleg petahana, saya ada program reses yang bermanfaat untuk mereka juga. Biasanya yang menjadi timses adalah yang pernah menikmati program reses saya," kata dia.
Arsul mengaku tidak pernah menerima sponsor uang untuk pemenangannya.
Biasanya, teman-temannya yang ingin membantu tidak memberikan bantuannya dalam bentuk uang.
"Teman-teman itu ada yang bikinin kaus sekian, cetakin bendera sekian, ada yang kasih cinderemata centong misalnya. Itu kan murah harganya Rp 2.500 atau Rp 3.000, bikin Rp 5.000 saja hanya Rp 12 juta-an," kata dia.