Di bawah Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI), Verry mencalonkan diri di Dapil Jawa Barat 5, Kabupaten Bogor, bersaing dengan sejumlah petahana seperti Fadli Zon dan Adian Napitupulu.
Verry memang baru setahun terjun di kancah politik. Namun, dirinya langsung dipercaya menjabat sebagai Sekretaris Jenderal (Sekjen) PKPI. Ia saat ini juga menjabat sebagai Wakil Sekretaris Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf.
Kepada Kompas.com, Verry buka-bukaan soal dana yang ia habiskan selama masa kampanye Pemilu 2019.
Nominal uang yang Verry keluarkan terbilang tidak terlalu besar dibanding pengeluaran caleg lain. Verry mengaku menghabiskan Rp 250 juta untuk kampanye.
"Terus terang saya anggarkan itu di angka Rp 250 juta. Itu sudah maksimal. Saya enggak mau lebih," kata Verry saat dihubungi, Kamis (11/4/2019).
Angka tersebut dianggarkan untuk mencetak logistik pemilu seperti spanduk dan bendera. Namun, alokasi yang lebih besar justru untuk sosialisasi ke warga.
Di luar itu, Verry juga menganggarkan untuk dana saksi.
"Yang paling banyak itu justru untuk kegiatan sosialisasi dengan warga, kan tidak satu kali dua kali, tapi lebih rutinlah ya. Kami ketemu dengan warga kemudian makan bareng-bareng," ujar Verry.
"Jadi roughly-nya mungkin di APK termasuk distribusi, pemasangan, pelepasan, itu sekitar Rp 75 (juta), Rp 125 (juta) untuk sosialisasi, Rp 50 (juta) untuk dukungan ke parpol untuk saksi," katanya.
Verry mengaku, seluruh dana kampanye itu berasal dari kantong pribadinya. Namun, tak jarang pula saudara dekatnya ikut menyokong dana konsumsi sosialisasi.
Ia dan caleg lain juga mendapat bantuan dari partai berupa alat peraga kampanye (APK).
Ia juga mengaku kerap kampanye bersama caleg-caleg PKPI yang lain, baik caleg DPR yang satu dapil maupun caleg DPRD provinsi dan caleg DPRD kabupaten/kota.
Bahkan, jika dikalkulasi, Verry lebih sering berkampanye secara kolektif dibanding kampanye mandiri.
"Saya lebih banyak yang (kampanye) tandem karena di PKPI lebih banyak mengedepankan untuk proses pileg itu adalah coblos lambang partai. Jadi misalnya di dapil saya ada tiga orang (caleg), kami tiga-tiganya kampanye untuk coblos lambang partai, jadi bukan coblos nomor urut 20, cari nomor 1 atau 2, kami tidak begitu. Sifatnya kami kolektif kolegial," kata dia.
Verry juga mengaku banyak membuat APK kolektif. Dalam hal ini, biaya ditanggung secara proporsional sesuai kesepakatan.
Misalnya, caleg DPRD kabupaten kota menanggung 20 persen, caleg DPRD provinsi 30 persen, dan 50 persen ditanggung caleg DPR RI.
Meski sudah berkomitmen untuk tak mengeluarkan dana kampanye lebih dari Rp 250 juta, Verry mengatakan, tak jarang godaan muncul ketika ia melihat APK caleg-caleg lain yang lebih masif.
"Godaan itu selalu datang, ketika melihat baliho besar, temen-temen dari caleg lain, saudara-saudara kita yang kebetulan pendanaannya kuat, bisa sosialisasi sehari empat titik, itu kadang-kadang kami tergoda juga," ujar Verry.
"Ah masa dia bisa, saya enggak bisa, tapi bagi saya kembali ke masing-masing. Yang kedua saya optimistis saya sudah punya basis masa yang jelas, temen-temen yang saya bangun ketika saya dulu sering atau lebih hanyak berinteraksi di kegiatan sosial kemasyarakatan," katanya.
Verry sendiri mengaku tidak ngoyo untuk menduduki kursi DPR.
Terpilih atau tak terpilih, Verry percaya hal itu sudah ditakdirkan oleh Tuhan. Bagi Verry, tugas utamanya adalah berikhtiar. Sementara hasilnya ia serahkan kepada Sang Kuasa.
Namun, sekalipun tak lolos ke Parlemen, Verry mengaku tidak kapok dan akan tetap bersama partainya.
"Kalau saya sudah berikhtiar hasilnya belum maksimal, enggak papa, ini berarti proses dari pembelajaran saya, toh saya juga baru setahun di politik," katanya.
https://nasional.kompas.com/read/2019/04/13/17000061/cerita-verry-surya-hendrawan-habiskan-rp-250-juta-untuk-kampanye