JAKARTA, KOMPAS.com - Satgas Tinombala mengidentifikasi pola pergerakan kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Ali Kalora di daerah Parigi Moutong, Sulawesi Tengah.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo mengatakan, kelompok tersebut bergerak dengan membawa bom lontong.
"Sama polanya, dia masih kemana-mana membawa bom lontong, kemudian ada beberapa amunisi pistol dan alat perlengkapan pribadi," ungkap Dedi di Gedung Humas Mabes Polri, Jakarta Selatan, Jumat (22/3/2019).
Bom lontong tersebut merupakan bom rakitan dari pipa paralon yang berisikan berbagai bahan berbahaya seperti potasium, paku, baut, dan pecahan kaca.
Baca juga: Satgas Tinombala Tembak Mati Tiga Anggota Kelompok Ali Kalora
Mereka juga diketahui masih memiliki tiga buah senjata api, baik laras panjang maupun laras pendek.
Namun yang paling dikhawatirkan adalah kepemilikan bom lontong. Kelompok Ali Kalora, kata Dedi, cukup ahli dalam membuat bom jenis tersebut.
Menurut Dedi, kelompok tersebut membuat bom dengan bahan sisa yang belum terpakai. Bahan-bahan itu terus dibawa saat mereka bergerak menghindari kejaran polisi atau menebar teror.
Baca juga: Satgas Tinombala Evakuasi 3 Jenazah Anggota Kelompok Ali Kalora dengan Helikopter
"Bahan-bahan yang lama dan kemana-mana memang itu dibawa. Sisa-sisa barang lama itu yang belum digunakan untuk melakukan aksinya itu dibawa terus," katanya.
Pada Kamis (21/3/2019) sore, terjadi baku tembak antara aparat dengan kelompok itu di Sausu, Parigi Moutong, Sulawesi Tengah.
Akibatnya, tiga anggota kelompok tersebut tewas, yang terdiri dari adalah Alhaji Kaliki alias Ibrohim, Jaka Ramadan alias Ikrima, dan Andi Muhammad alias Andi Abdulah alias Fadel.