Sebenarnya, apa fungsi survei dan seberapa besar memberikan keuntungan untuk memengaruhi pemilih bagi pasangan calon yang bertarung?
Pengamat politik dari Universitas Paramadina yang juga founder survei KedaiKopi, Hendri Satrio, menjelaskan, ada dua fungsi survei.
Baca juga: BPN Pertanyakan Sumber Dana Lembaga Survei yang Sebut Jokowi Unggul
Pertama, untuk internal tim sukses; dan kedua, untuk eksternal atau masyarakat.
"Kalau internal buat tim sukses, mereka melalui hasil survei akan melakukan perencanaan baru. Kalau yang sudah bagus, ya mempertahankan itu. Kalau masih kurang, ada strategi baru untuk menggenjot perolehan suara," ujar Hendri, saat dihubungi, Senin (10/3/2019).
Meski demikian, sebenarnya pengaruh angka elektabilitas dari publikasi hasil survei tidak menjadi tujuan utama.
"Kalau kemudian setelah menginformasikan ada outcome dari publik yang terpengaruh opininya terhadap hasil survei itu adalah outcome yang 'nice to have' saja," kata dia.
Baca juga: TKN: Survei Internal BPN Semau Dia Sendiri, Mau Menang atau Kalah...
Jadi, menurut Hendri, fungsi utama survei justru untuk internal tim sukses sendiri.
Hendri mengatakan, sebetulnya masing-masing tim sukses pasti sudah memiliki data elektabilitas terbaru yang tidak dipublikasikan.
Hasil dari lembaga lain tidak akan membuat mereka terkejut, melainkan untuk perbandingan.
Tim sukses tahu bahwa tidak perlu "kebakaran jenggot" ketika merespons hasil survei.
Namun, ia mengingatkan, ada faktor eksternal yang tetap harus dijaga, yaitu opini publik.
Tim sukses harus menjaga opini publik tetap positif terhadap pasangan calon yang mereka usung, bagaimana pun hasil surveinya.
Baca juga: Survei Internal BPN: Prabowo-Sandiaga 54 Persen, Jokowi-Maruf 40-an Persen
Misalnya, TKN Jokowi-Ma'ruf yang mengglorifikasi hasil survei hampir semua lembaga yang menempatkan paslon nomor urut 01 lebih unggul.
TKN bersikap seolah-olah Jokowi-Ma'ruf sudah pasti menang. Menurut Hendri, ada opini publik yang sedang dijaga dengan keluarnya survei-survei itu.
"Soalnya orang Indonesia ini males pilih yang kalah, pasti yang dipilih adalah yang menang," kata Hendri.
Sementara, BPN Prabowo-Sandiaga menyatakan bahwa survei dari berbagai lembaga seringkali tidak tepat. Mereka juga mengklaim masyarakat tidak percaya lagi terhadap hasil survei lembaga, dan mempertanyakan pendanaan survei tersebut.
BPN lebih berpegang pada survei internal yang menunjukkan hasil sebaliknya.
"Supaya apa? Supaya opini publiknya tidak terlalu terpuruk," kata dia.
Menurut Hendri, opini publik yang dijaga BPN adalah menawarkan sesuatu yang baru kepada masyarakat.
"Dan orang Indonesia malas pilih yang omdo atau cedera janji, makanya sering dicari yang baru," ujar Hendri.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.