Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menjaga Opini Publik melalui Survei-survei Jelang Pemilu...

Kompas.com - 12/03/2019, 07:01 WIB
Jessi Carina,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

Membaca fungsi survei

Sebenarnya, apa fungsi survei dan seberapa besar memberikan keuntungan untuk memengaruhi pemilih bagi pasangan calon yang bertarung?

Pengamat politik dari Universitas Paramadina yang juga founder survei KedaiKopi, Hendri Satrio, menjelaskan, ada dua fungsi survei.

Baca juga: BPN Pertanyakan Sumber Dana Lembaga Survei yang Sebut Jokowi Unggul

Pertama, untuk internal tim sukses; dan kedua, untuk eksternal atau masyarakat.

"Kalau internal buat tim sukses, mereka melalui hasil survei akan melakukan perencanaan baru. Kalau yang sudah bagus, ya mempertahankan itu. Kalau masih kurang, ada strategi baru untuk menggenjot perolehan suara," ujar Hendri, saat dihubungi, Senin (10/3/2019).

Pengamat politik dari Universitas Paramadina Hendri Satrio di Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (17/2/2018).KOMPAS.com/ABBA GABRILLIN Pengamat politik dari Universitas Paramadina Hendri Satrio di Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (17/2/2018).
Sementara, fungsi eksternalnya, menginformasikan kepada publik mengenai tingkat elektabilitas terbaru pasangan calon.

Meski demikian, sebenarnya pengaruh angka elektabilitas dari publikasi hasil survei tidak menjadi tujuan utama.

"Kalau kemudian setelah menginformasikan ada outcome dari publik yang terpengaruh opininya terhadap hasil survei itu adalah outcome yang 'nice to have' saja," kata dia.

Baca juga: TKN: Survei Internal BPN Semau Dia Sendiri, Mau Menang atau Kalah...

Jadi, menurut Hendri, fungsi utama survei justru untuk internal tim sukses sendiri.

Hendri mengatakan, sebetulnya masing-masing tim sukses pasti sudah memiliki data elektabilitas terbaru yang tidak dipublikasikan.

Hasil dari lembaga lain tidak akan membuat mereka terkejut, melainkan untuk perbandingan.

Tim sukses tahu bahwa tidak perlu "kebakaran jenggot" ketika merespons hasil survei.

Namun, ia mengingatkan, ada faktor eksternal yang tetap harus dijaga, yaitu opini publik.

Tim sukses harus menjaga opini publik tetap positif terhadap pasangan calon yang mereka usung, bagaimana pun hasil surveinya.

Baca juga: Survei Internal BPN: Prabowo-Sandiaga 54 Persen, Jokowi-Maruf 40-an Persen

Misalnya, TKN Jokowi-Ma'ruf yang mengglorifikasi hasil survei hampir semua lembaga yang menempatkan paslon nomor urut 01 lebih unggul.

TKN bersikap seolah-olah Jokowi-Ma'ruf sudah pasti menang. Menurut Hendri, ada opini publik yang sedang dijaga dengan keluarnya survei-survei itu.

"Soalnya orang Indonesia ini males pilih yang kalah, pasti yang dipilih adalah yang menang," kata Hendri.

Sementara, BPN Prabowo-Sandiaga menyatakan bahwa survei dari berbagai lembaga seringkali tidak tepat. Mereka juga mengklaim masyarakat tidak percaya lagi terhadap hasil survei lembaga, dan mempertanyakan pendanaan survei tersebut.

BPN lebih berpegang pada survei internal yang menunjukkan hasil sebaliknya.

"Supaya apa? Supaya opini publiknya tidak terlalu terpuruk," kata dia.

Menurut Hendri, opini publik yang dijaga BPN adalah menawarkan sesuatu yang baru kepada masyarakat.

"Dan orang Indonesia malas pilih yang omdo atau cedera janji, makanya sering dicari yang baru," ujar Hendri.

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Elektabilitas capres dan cawapres menurut 4 lembaga survei

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prabowo Diminta Hindari Kepentingan Bagi-bagi Kursi, Jika Tambah Jumlah Kementerian

Prabowo Diminta Hindari Kepentingan Bagi-bagi Kursi, Jika Tambah Jumlah Kementerian

Nasional
Ada Wacana Duet dengan Ahok di Pilkada DKI, Anies: Memutuskan Saja Belum

Ada Wacana Duet dengan Ahok di Pilkada DKI, Anies: Memutuskan Saja Belum

Nasional
Anies Ingin Memastikan Pilkada Berjalan Jujur dan Bebas Intervensi Sebelum Tentukan Langkah

Anies Ingin Memastikan Pilkada Berjalan Jujur dan Bebas Intervensi Sebelum Tentukan Langkah

Nasional
Kegiatan Ibadah Mahasiswa di Tangsel Dibubarkan Warga, Menko Polhukam Minta Saling Menghormati

Kegiatan Ibadah Mahasiswa di Tangsel Dibubarkan Warga, Menko Polhukam Minta Saling Menghormati

Nasional
JK: Pelanggar UU Lebih Tidak Boleh Masuk Pemerintahan Ketimbang Orang 'Toxic'

JK: Pelanggar UU Lebih Tidak Boleh Masuk Pemerintahan Ketimbang Orang "Toxic"

Nasional
Tanggapi Luhut soal Orang 'Toxic', Anies: Saya Hindari Diksi Merendahkan atas Perbedaan Pandangan

Tanggapi Luhut soal Orang "Toxic", Anies: Saya Hindari Diksi Merendahkan atas Perbedaan Pandangan

Nasional
Profil Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor, Dulu Antikorupsi, Kini Ditahan KPK

Profil Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor, Dulu Antikorupsi, Kini Ditahan KPK

Nasional
Buru WN Nigeria di Kasus Email Bisnis Palsu, Bareskrim Kirim 'Red Notice' ke Interpol

Buru WN Nigeria di Kasus Email Bisnis Palsu, Bareskrim Kirim "Red Notice" ke Interpol

Nasional
Sama Seperti Ganjar, Anies Berencana Berada di Luar Pemerintahan

Sama Seperti Ganjar, Anies Berencana Berada di Luar Pemerintahan

Nasional
Anggap 'Presidential Club' Prabowo Positif, Jusuf Kalla: di Seluruh Dunia Ada

Anggap "Presidential Club" Prabowo Positif, Jusuf Kalla: di Seluruh Dunia Ada

Nasional
Dituntut 1 Tahun Penjara Kasus Pencemaran Nama Ahmad Sahroni, Adam Deni Ajukan Keberatan

Dituntut 1 Tahun Penjara Kasus Pencemaran Nama Ahmad Sahroni, Adam Deni Ajukan Keberatan

Nasional
Anies Mengaku Belum Bicara Lebih Lanjut Terkait Pilkada DKI Jakarta dengan Surya Paloh

Anies Mengaku Belum Bicara Lebih Lanjut Terkait Pilkada DKI Jakarta dengan Surya Paloh

Nasional
KPK Tahan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor

KPK Tahan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor

Nasional
Prabowo Tak Perlu Paksakan Semua Presiden Terlibat 'Presidential Club'

Prabowo Tak Perlu Paksakan Semua Presiden Terlibat "Presidential Club"

Nasional
'Presidential Club' Prabowo Diprediksi Jadi Ajang Dialog dan Nostalgia

"Presidential Club" Prabowo Diprediksi Jadi Ajang Dialog dan Nostalgia

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com