Salin Artikel

Menjaga Opini Publik melalui Survei-survei Jelang Pemilu...

Dalam survei sejumlah lembaga, yang paling disoroti dan mendapatkan perhatian adalah survei elektabilitas dua pasangan calon presiden dan calon wakil presiden.

Terbaru, Minggu (10/302910), Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) merilis hasil survei terbaru mengenai elektabilitas para capres dan cawapres.

Hasilnya, 54,9 persen responden memilih pasangan calon nomor urut 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin.

Sementara, pemilih pasangan calon nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno sebesar 32,1 persen.

Dari survei itu, sebanyak 13,0 persen responden menyatakan tidak tahu atau merahasiakan pilihannya. Selisih elektabilitas keduanya terpaut 22,8 persen.

Sebelum itu, sejumlah lembaga juga telah merilis hasil surveinya. Salah satunya, LSI Denny JA yang menempatkan Jokowi-Ma'ruf lebih unggul dari Prabowo-Sandiaga, melalui simulasi surat suara.

Survei LSI Denny JA menyebutkan, 58,7 persen responden memilih Jokowi-Ma'ruf dan 30,9 persen responden memilih Prabowo-Sandiaga, dengan suara tidak sah 0,5 persen dan 9,9 persen menyatakan tidak tahu atau tidak menjawab.

Respons tim sukses

Bagi pasangan calon yang diunggulkan, pasti akan mengapresiasi survei-survei itu. Hal itu tergambar dari pernyataan Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf.

Salah satu juru bicara TKN, Ace Hasan Syadzily mengatakan, survei SMRC memperkuat hasil survei dari lembaga lain.

Namun, Ace tidak mau berpuas diri dengan hasil survei itu.

"Dengan hasil ini tentu tak membuat kami berpuas diri. Masih ada waktu yang tersisa untuk terus menggenjot target kemenangan di angka 70 persen," ujar Ace melalui keterangan tertulis, Senin (11/3/2019).

Respons berbeda disampaikan Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga.

Koordinator Juru Bicara BPN, Dahnil Anzar Simanjuntak mengatakan, saat ini masyarakat sudah tak lagi memercayai hasil survei elektabilitas terkait pilpres yang dirilis sejumlah lembaga.

"Publik sudah tidak percaya dengan model-model begitu. Publik kita literasi demokrasinya sudah sangat tinggi, termasuk literasi terkait dengan trik dan intrik lembaga survei dengan 'tugas-tugasnya'" ujar Dahnil.

Dahnil mengatakan, pihaknya berpegang pada survei internal yang hasilnya bertolak belakang dengan hasil survei sejumlah lembaga.

Ia menyebutkan, berdasarkan survei internal mereka, pasangan Prabowo-Sandiaga sudah mengungguli Jokowi-Ma'ruf.

"Hasil survei kami, justru saat ini sudah crossing, Prabowo-Sandi sudah di angka 54 persenan sedang Jokowi 40-an," ujar Dahnil.

Membaca fungsi survei

Sebenarnya, apa fungsi survei dan seberapa besar memberikan keuntungan untuk memengaruhi pemilih bagi pasangan calon yang bertarung?

Pengamat politik dari Universitas Paramadina yang juga founder survei KedaiKopi, Hendri Satrio, menjelaskan, ada dua fungsi survei.

Pertama, untuk internal tim sukses; dan kedua, untuk eksternal atau masyarakat.

"Kalau internal buat tim sukses, mereka melalui hasil survei akan melakukan perencanaan baru. Kalau yang sudah bagus, ya mempertahankan itu. Kalau masih kurang, ada strategi baru untuk menggenjot perolehan suara," ujar Hendri, saat dihubungi, Senin (10/3/2019).

Meski demikian, sebenarnya pengaruh angka elektabilitas dari publikasi hasil survei tidak menjadi tujuan utama.

"Kalau kemudian setelah menginformasikan ada outcome dari publik yang terpengaruh opininya terhadap hasil survei itu adalah outcome yang 'nice to have' saja," kata dia.

Jadi, menurut Hendri, fungsi utama survei justru untuk internal tim sukses sendiri.

Hendri mengatakan, sebetulnya masing-masing tim sukses pasti sudah memiliki data elektabilitas terbaru yang tidak dipublikasikan.

Hasil dari lembaga lain tidak akan membuat mereka terkejut, melainkan untuk perbandingan.

Tim sukses tahu bahwa tidak perlu "kebakaran jenggot" ketika merespons hasil survei.

Namun, ia mengingatkan, ada faktor eksternal yang tetap harus dijaga, yaitu opini publik.

Tim sukses harus menjaga opini publik tetap positif terhadap pasangan calon yang mereka usung, bagaimana pun hasil surveinya.

Misalnya, TKN Jokowi-Ma'ruf yang mengglorifikasi hasil survei hampir semua lembaga yang menempatkan paslon nomor urut 01 lebih unggul.

TKN bersikap seolah-olah Jokowi-Ma'ruf sudah pasti menang. Menurut Hendri, ada opini publik yang sedang dijaga dengan keluarnya survei-survei itu.

"Soalnya orang Indonesia ini males pilih yang kalah, pasti yang dipilih adalah yang menang," kata Hendri.

Sementara, BPN Prabowo-Sandiaga menyatakan bahwa survei dari berbagai lembaga seringkali tidak tepat. Mereka juga mengklaim masyarakat tidak percaya lagi terhadap hasil survei lembaga, dan mempertanyakan pendanaan survei tersebut.

BPN lebih berpegang pada survei internal yang menunjukkan hasil sebaliknya.

"Supaya apa? Supaya opini publiknya tidak terlalu terpuruk," kata dia.

Menurut Hendri, opini publik yang dijaga BPN adalah menawarkan sesuatu yang baru kepada masyarakat.

"Dan orang Indonesia malas pilih yang omdo atau cedera janji, makanya sering dicari yang baru," ujar Hendri.

https://nasional.kompas.com/read/2019/03/12/07012681/menjaga-opini-publik-melalui-survei-survei-jelang-pemilu

Terkini Lainnya

Spesifikasi 2 Kapal Patroli Cepat Terbaru Milik TNI AL

Spesifikasi 2 Kapal Patroli Cepat Terbaru Milik TNI AL

Nasional
Jokowi Panen Ikan Nila Salin di Tambak Air Payau di Karawang

Jokowi Panen Ikan Nila Salin di Tambak Air Payau di Karawang

Nasional
Momen Hakim MK Tegur Kuasa Hukum Caleg yang Mendebatnya

Momen Hakim MK Tegur Kuasa Hukum Caleg yang Mendebatnya

Nasional
Kejar Pemerataan Dokter Spesialis, Kemenkes Luncurkan Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis RS Pendidikan

Kejar Pemerataan Dokter Spesialis, Kemenkes Luncurkan Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis RS Pendidikan

Nasional
Jokowi Bakal Bisiki Prabowo Anggarkan Program Budi Daya Nila Salin jika Menjanjikan

Jokowi Bakal Bisiki Prabowo Anggarkan Program Budi Daya Nila Salin jika Menjanjikan

Nasional
Ma'ruf Amin: 34 Kementerian Sudah Cukup, tetapi Bisa Lebih kalau Perlu

Ma'ruf Amin: 34 Kementerian Sudah Cukup, tetapi Bisa Lebih kalau Perlu

Nasional
Ada Gugatan Perdata dan Pidana, KPK Mengaku Harus Benar-benar Kaji Perkara Eddy Hiariej

Ada Gugatan Perdata dan Pidana, KPK Mengaku Harus Benar-benar Kaji Perkara Eddy Hiariej

Nasional
Jokowi Resmikan Modeling Budi Daya Ikan Nila Salin di Karawang

Jokowi Resmikan Modeling Budi Daya Ikan Nila Salin di Karawang

Nasional
Jokowi Naik Heli ke Karawang, Resmikan Tambak Ikan Nila dan Cek Harga Pangan

Jokowi Naik Heli ke Karawang, Resmikan Tambak Ikan Nila dan Cek Harga Pangan

Nasional
Sidang SYL, KPK Hadirkan Direktur Pembenihan Perkebunan Jadi Saksi

Sidang SYL, KPK Hadirkan Direktur Pembenihan Perkebunan Jadi Saksi

Nasional
Proyek Jet Tempur KF-21 Boramae dengan Korsel yang Belum Capai Titik Temu…

Proyek Jet Tempur KF-21 Boramae dengan Korsel yang Belum Capai Titik Temu…

Nasional
Indonesia Kecam Serangan Israel ke Rafah, Minta PBB Bertindak

Indonesia Kecam Serangan Israel ke Rafah, Minta PBB Bertindak

Nasional
Ganjar dan Anies Pilih Oposisi, Akankah PDI-P Menyusul?

Ganjar dan Anies Pilih Oposisi, Akankah PDI-P Menyusul?

Nasional
Kata Gibran soal Urgensi Adanya Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis

Kata Gibran soal Urgensi Adanya Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis

Nasional
Riwayat Gus Muhdlor: Hilang Saat OTT, Beralih Dukung Prabowo, Akhirnya Tetap Ditahan KPK

Riwayat Gus Muhdlor: Hilang Saat OTT, Beralih Dukung Prabowo, Akhirnya Tetap Ditahan KPK

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke