Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Aksi Penolakan Remisi terhadap Pembunuh Wartawan Digelar di Depan Istana

Kompas.com - 25/01/2019, 18:00 WIB
Christoforus Ristianto,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Massa yang diikuti Aliansi Jurnalis Independen (AJI), Lembaga Bantuan Hukum (LBH) pers, Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI), dan Forum Pers Mahasiswa Jakarta (FPMJ) menggelar aksi menolak pemberian remisi terhadap I Nyoman Susrama, otak dari dari pelaku pembunuhan berencana wartawan Radar Bali AA Narendra Prabangsa di Taman Aspirasi Monas, Jakarta Pusat, Jumat (25/1/2019).

Ketua AJI Abdul Manan mengungkapkan, pemberian remisi terhadap Susrama adalah preseden buruk terhadap kebebasan pers di Indonesia.

"Pembunuhan keji terhadap wartawan kok mendapatkan pengurangan hukuman. Kecendurungan kekerasan terjadap wartawan itu setiap tahun cenderung tidak menurun," ujar Abdul.

Baca juga: Kanwil Kemenkumham Bali Beri Penjelasan Proses Remisi Pembunuh Wartawan

Abdul menjelaskan, kasus ini menjadi contoh adanya pelestarian kultur impunitas dengan cara tidak menghukum para pelaku kekerasan terhadap wartawan.

"Pelaku tidak mendapatkan efek jera. Pemberian ini seolah-olah menyilakan orang untuk melalukan kekerasan terhadap wartawan," tegasnya.

Baca juga: Mengingat Lagi Kasus Pembunuhan Wartawan Radar Bali AA Narendra Prabangsa...

Sementara itu, Ketua bidang advokasi YLBHI Muhammad Isnur mengatakan, berita yang ditulis Prabangsa adalah sebuah keberhasilan jurnalis.

"Kita bersyukur ada teman-teman yang berhasil mengungkap dengan tulisan dan berita. Namun, di tahun ini, di tengah ancaman yang terus meningkat terhadap aktivis, Presiden Jokowi malah memberikan remisi Susrama," katanya.

Menurut Isnur, pemberian remisi tersebut telah merusak keadilan masyarakat di antara ancaman-ancaman terhadap aktivis lainnya, seperti aktivis buruh, petani, nelayan, dan sebagainya.

Baca juga: AJI Mataram: Remisi Pembunuh Wartawan Jadi Langkah Mundur Kebebasan Pers

Dia menduga remisi yang didapatkan membuat Sumsara hanya akan menjalani 10 atau 11 tahun penjara. Hal itu tentunya berakibat pada ancaman terhadap jurnalis di Indonesia.

"Maka itu, kami meminta Presiden untuk mengkaji dan mencabut remisi," tegasnya.

Adapun Direktur Eksekutif LBH Pers Ade Wahyudin menambahkan, pada tahun 2018, terdapat 71 kasus terkait kekerasan terhadap jurnalis. Apalagi, sampai saat ini, masih ada kasus-kasus yang mangkrak dari proses hukum.

"Kami meminta Presiden Jokowi juga menyelesaikan kasus-kasus pembunuhan lainnya, kasus perampasan alat kerja, dan sebagainya. Ditambah lagi, adanya remisi ini justru melanggar HAM," ucap Ade.

Baca juga: Pembunuh Wartawan Dapat Remisi, Yasonna Bantah karena Dia Orang PDI-P

Dia juga menyatakan pemberian remisi adalah kemunduran demokrasi di Indonesia. Hal itu mengingat informasi yang diterima masyarakat berasal dari kerja para jurnalis.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo menyetujui pemberian remisi untuk Susrama. Hal itu didasarkan pada masa hukumannya yang tidak pernah ada cacat hukum dan telah mengikuti program serta berkelakukan dengan baik.

Dengan remisi itu, Susrama yang awalnya divonis hukuman penjara seumur hidup pada 2010, kini hukumannya berubah menjadi 20 tahun penjara.

Kompas TV Calon presiden nomor urut 2, Prabowo Subianto, kembali mengkritik wartawan. Tudingan calon presiden nomor urut 2, Prabowo Subianto disampaikan saat konferensi nasional Partai Gerindra pada 17 Desember lalu.<br /> <br /> Prabowo kembali menyindir wartawan terkait pemberitakan jumlah peserta aksi reuni 212. Pernyataan Prabowo tersebut ditanggapi oleh dewan pers.<br /> <br /> Ketua Dewan Pers Yosep Stanley Adi Prasetyo meminta Prabowo tidak menghina jurnalis. Dia menegaskan jurnalis adalah pilar keempat demokrasi dan memiliki tanggung jawab melakukan konfirmasi ke narasumber saat melakukan reportase.<br /> <br /> Karena itu menurut Yosep Stanley, jika Prabowo merasa keberatan dengan pemberitaan media maka bisa melapor ke dewan pers.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Tanggal 11 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 11 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Demokrat Anggap Rencana Prabowo Tambah Kementerian Sah Saja, asal...

Demokrat Anggap Rencana Prabowo Tambah Kementerian Sah Saja, asal...

Nasional
Indonesia Digital Test House Diresmikan, Jokowi: Super Modern dan Sangat Bagus

Indonesia Digital Test House Diresmikan, Jokowi: Super Modern dan Sangat Bagus

Nasional
Menko Polhukam Harap Perpres 'Publisher Rights' Bisa Wujudkan Jurnalisme Berkualitas

Menko Polhukam Harap Perpres "Publisher Rights" Bisa Wujudkan Jurnalisme Berkualitas

Nasional
Saksi Sebut Kementan Beri Rp 5 Miliar ke Auditor BPK untuk Status WTP

Saksi Sebut Kementan Beri Rp 5 Miliar ke Auditor BPK untuk Status WTP

Nasional
Kasus Dugaan Asusila Ketua KPU Jadi Prioritas DKPP, Sidang Digelar Bulan Ini

Kasus Dugaan Asusila Ketua KPU Jadi Prioritas DKPP, Sidang Digelar Bulan Ini

Nasional
Gubernur Maluku Utara Nonaktif Diduga Cuci Uang Sampai Rp 100 Miliar Lebih

Gubernur Maluku Utara Nonaktif Diduga Cuci Uang Sampai Rp 100 Miliar Lebih

Nasional
Cycling de Jabar Segera Digelar di Rute Anyar 213 Km, Total Hadiah Capai Rp 240 Juta

Cycling de Jabar Segera Digelar di Rute Anyar 213 Km, Total Hadiah Capai Rp 240 Juta

Nasional
Hindari Konflik TNI-Polri, Sekjen Kemenhan Sarankan Kegiatan Integratif

Hindari Konflik TNI-Polri, Sekjen Kemenhan Sarankan Kegiatan Integratif

Nasional
KPK Tetapkan Gubernur Nonaktif Maluku Utara Tersangka TPPU

KPK Tetapkan Gubernur Nonaktif Maluku Utara Tersangka TPPU

Nasional
Soal Kemungkinan Duduki Jabatan di DPP PDI-P, Ganjar: Itu Urusan Ketua Umum

Soal Kemungkinan Duduki Jabatan di DPP PDI-P, Ganjar: Itu Urusan Ketua Umum

Nasional
Kapolda Jateng Disebut Maju Pilkada, Jokowi: Dikit-dikit Ditanyakan ke Saya ...

Kapolda Jateng Disebut Maju Pilkada, Jokowi: Dikit-dikit Ditanyakan ke Saya ...

Nasional
Jokowi dan Prabowo Rapat Bareng Bahas Operasi Khusus di Papua

Jokowi dan Prabowo Rapat Bareng Bahas Operasi Khusus di Papua

Nasional
Kemenhan Ungkap Anggaran Tambahan Penanganan Papua Belum Turun

Kemenhan Ungkap Anggaran Tambahan Penanganan Papua Belum Turun

Nasional
PAN Minta Demokrat Bangun Komunikasi jika Ingin Duetkan Lagi Khofifah dan Emil Dardak

PAN Minta Demokrat Bangun Komunikasi jika Ingin Duetkan Lagi Khofifah dan Emil Dardak

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com