Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah di Balik Sajak di Saku Kantong Prajurit yang Dibacakan Prabowo

Kompas.com - 15/01/2019, 12:18 WIB
Mela Arnani,
Bayu Galih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pidato kebangsaan yang disampaikan oleh Prabowo Subianto di Jakarta Convention Center, Senayan, Jakarta dibuka dengan pembacaan sajak di saku prajurit yang gugur di Banten.

Disebutkan, sajak tersebut dikutip calon presiden nomor urut 02 dari sajak yang ditemukan di kantong baju perwira muda yang gugur dalam sebuah pertempuran di Banten pada tahun 1946.

Berikut kutipan yang dibacakan Prabowo:

"Kita tidak sendirian, beribu-ribu orang bergantung kepada kita. Rakyat yang tak pernah kita kenal, rakyat yang mungkin tak akan pernah kita kenal. Tetapi apa yang kita lakukan sekarang, akan menentukan apa yang terjadi kepada mereka"

Dilihat dari sisi sejarah, sajak tersebut merupakan penggalan sajak yang ditemukan di saku Letnan Satu Soebianto Djojohadikoesoemo, yang gugur dalam pertempuran Lengkong.

Dalam pemberitaan Harian Kompas, 30 Januari 1997, diketahui bahwa Letnan Satu Soebianto merupakan paman dari Prabowo Soebianto.

Baca juga: Pidato Kebangsaan, Prabowo Kutip Pernyataan Menhan Ryamizard soal Krisis Keamanan

Pertempuran Lengkong

Letnan Satu Soebianto Djojohadikoesoemo saat itu tidak sendirian. Ia gugur bersama dua perwira Polisi Tentara Resimen IV Tangerang dan 33 taruna lainnya dari Akademi Militer (AM) Tangerang. Salah satunya juga adik Soebianto, Soejono.

Tepatnya pada 25 Januari 1946, selepas shalat Jumat, dipimpin oleh Mayor Daan Mogot, para taruna muda sangat antusias menjalankan tugas pelucutan senjata kepada tentara Jepang, dengan menemui Kapten Abe, pemimpin tentara Jepang di Lengkong, Serpong.

Berdasarkan pemberitaan Harian Kompas, sebenarnya misi pelucutan senjata tersebut akan dilaksanakan secara damai.

Sekitar pukul 16.00 WIB, pasukan tiba di markas Jepang yang berada di tengah kebun karet di Desa Lenkong Wetan, Kecamatan Serpong, Tangerang.

Disebutkan, Mayor Daan Mogot, Mayor Wibowo, dan Taruna Alex Sajoeti bersama beberapa tentara memasuki kantor Kapten Abe.

Kala itu, di dalam markas, Daan Mogot menyampaikan maksud kedatangannya. Sementara taruna lainnya di bawah pimpinan Soebianto dan Soetopo yang berada di luar ruang perundingan mulai melucuti senjata Jepang.

Truk-truk pengangkut senjata memasuki kompleks, tak disangka, tiba-tiba suara letusan terdengar.

Baca juga: Peristiwa Lengkong, Semangat Pemuda yang Tak Pernah Mati

Pemberitaan Harian Kompas 25 Januari 1992 menyebutkan, menurut satu sumber, salah seorang serdadu India sebelumnya mengambil sebuah senjata dari tumpukan di lapangan. Dikatakan, dia belum pernah melihat jenis senjata yang dipakai tentara Jepang, sehingga terheran-heran mengamatinya sambil mengutak-utik senjata tersebut.

Namun, entah karena apa, senjata tersebut meletus. Situasi menjadi panik. Pihak Jepang menduga mereka terjebak, kemudian dengan sigap mulai menembaki para taruna AM Tangerang.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER NASIONAL] Eks Anak Buah SYL Beri Uang Tip untuk Paspampres | Ayah Gus Muhdlor Disebut dalam Sidang Korupsi

[POPULER NASIONAL] Eks Anak Buah SYL Beri Uang Tip untuk Paspampres | Ayah Gus Muhdlor Disebut dalam Sidang Korupsi

Nasional
Ganjar: Saya Anggota Partai, Tak Akan Berhenti Berpolitik

Ganjar: Saya Anggota Partai, Tak Akan Berhenti Berpolitik

Nasional
Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Nasional
Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Nasional
Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Nasional
Ganjar Bubarkan TPN

Ganjar Bubarkan TPN

Nasional
BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

Nasional
TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

Nasional
Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong 'Presidential Club'

Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong "Presidential Club"

Nasional
Ide 'Presidential Club' Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Ide "Presidential Club" Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Nasional
Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Nasional
Pro-Kontra 'Presidential Club', Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Pro-Kontra "Presidential Club", Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Nasional
Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com