Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jokowi: Yang Saya Tunggu-tunggu Demo Besar-besaran di Depan Istana...

Kompas.com - 10/12/2018, 20:17 WIB
Fabian Januarius Kuwado,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Calon Presiden nomor urut 01 Joko Widodo menyinggung demonstrasi besar-besaran yang dilangsungkan di depan Istana Presiden Jakarta.

Saat acara temu relawan Bravo-5 di Putri Duyung Ancol, Jakarta Utara, Senin (10/12/2018) malam, Jokowi awalnya menyinggung isu antek asing yang menerpa dirinya di tahun politik ini.

Menurut dia, isu itu tidak mendasar. Sebab di bawah kepemimpinannya, Indonesia justru berhasil menasionalisasi aset tambang. Antara lain, Blok Mahakam, Blok Rokan dan divestasi 51 persen saham PT Freeport Indonesia.

Baca juga: Jonan Janji Finalisasi Divestasi Saham Freeport Rampung Akhir 2018

Jokowi pun menyinggung soal minimnya dukungan terhadap pemerintah atas prestasi nasionalisasi aset tambang tersebut.

“Yang saya tunggu-tunggu itu demo besar-besaran di depan Istana untuk mendukung Presidennya,” ujar Jokowi yang disambut tepuk tangan relawan yang hadir.

“Tapi sampai sekarang enggak ada tuh,” lanjut dia.

Baca juga: Presiden Jokowi: Kita Butuh Kritik Berbasis Data, Bukan Pembodohan

Padahal, proses menuju nasionalisasi aset tambang tersebut terbilang sulit. Bahkan ia mengakui, penuh dengan tekanan. 

“Padahal tekanan politik dari itu bukan barang mudah. Tekanan dari kiri, kanan, depan, belakang,” ujar Jokowi.

Hanya saja, Jokowi tidak mengungkapkan secara lugas tekanan semacam apa yang dimaksud.

Baca juga: Saat Jokowi Bacakan Puisi Chairil Anwar dalam Kongres Kebudayaan Indonesia

Menghadapi tekanan-tekanan tersebut pun diakui butuh kenekatan tersendiri.

“Tapi ya saya maju terus. Enggak dengarin kiri kanan. Engak ada rasa takut satu persen pun mengadapi ini,” lanjut dia.

Kompas TV Gaya ucapan dan komunikasi calon Presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto dinilai meniru Presiden Amerika Serikat Donald Trump, mengutamakan emosional dan mencibir media tidak sesuai dengan budaya Indonesia. Bahkan pernyataan Prabowo dinilai blunder dan diprediksi dapat menurunkan elektabilitasnya sendiri. Benarkah gaya komunikasi dan kampanye Prabowo meniru Donald Trump? Sapa Indonesia Pagi akan membahasnya bersama Analis komunikasi politik Universitas Paramadina Hendri Satrio, Direktur relawan tim kampanye nasional Jokowi-Ma’ruf Maman Imanulhaq, dan Anggota badan komunikasi DPP Partai Gerindra Andre Rosiade.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com