Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pasangan Capres-Cawapres Didorong Mulai Berdebat Isu-isu Substantif

Kompas.com - 21/11/2018, 13:28 WIB
Reza Jurnaliston,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Analis politik Exposit Strategic Arif Susanto mengatakan, selama masa kampanye yang telah berjalan sekitar dua bulan ini, kandidat pasangan calon presiden dan wakil presiden tak menunjukkan pertukaran ide dan gagasan.

Arif menilai, yang terjadi saat ini justru saling serang, saling melemahkan, adu nyinyir, dan saling lapor ke polisi.

Menurut dia, kampanye yang sejatinya menampilkan pertautan komitmen politik antara pemilih dengan capres-cawapres, menjadi semakin jauh dari harapan.

“Kampanye yang dangkal dengan gagasan. Penyampaian tidak substansial, mengada-ngada, superartifisial,” kata Arif di D Hotel, Jakarta Pusat, Rabu (21/11/2018).

Arif menilai, masa kampanye hingga saat ini lebih banyak diisi olok-olok daripada menawarkan visi, misi, dan program kerja pasangan calon presiden dan wakil presiden.

Baca juga: Demi Kemenangan Prabowo, Relawan Rela Rogoh Kocek Pribadi untuk Kampanye

Pasangan capres dan cawapres, menurut dia, belum menawarkan program karena cenderung reaksioner.

“Kritik tidak berdasar, tanpa data akurat, sekedar untuk memukul lawan,” ujar Arif.

Arif mengemukakan, tim kampanye gagap menerjemahkan visi menjadi program yang lebih konkret.

Selain itu, para kandidat capres-cawapres juga minim terobosan bagi kampanye cerdas dan kreatif.

Politisasi suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA) dinilainya juga terus menjebak politik nasional dalam kubangan kebencian.

“Polarisasi politik sudah berlangsung 5 tahun Jokowi-Prabowo merembes ke masyarakat nyaris konflik horizontal antara pendukung A dan pendukung B,” ujar Arif.

Baca juga: Hasto: Kampanye Presiden Harus Diisi dengan Hal Positif

Menurut Arif, politisasi SARA hanya bagian dari potret lebih besar “politik olok-olok".

Hal itu, kata Arif, menunjukkan sempitnya pola pikir, intoleransi, dan instrumentalisme hukum untuk perebutan kekuasaan.

“Bagian mana kampanye yang meningkatkan kecerdasan masyarakat? Saya melihat sebaliknya asumsinya rasionalitas pemilih dikangkangi hasrat kekuasaan para elit yang membuat politik kita irasional,” kata Arif.

Arif mengatakan, dibutuhkan aturan main kampanye yang lebih memadai dari penyelenggara pemilu, apalagi otoritas yang dimiliki saat ini lebih kuat dibandingkan lima tahun lalu.

“Aturan main kampanye yang memadai itu PR (pekerjaan rumah) yang belum dikerjakan oleh KPU,” kata Arif.

Baca juga: Politisi Partai Berkarya Dilaporkan ke Bawaslu Terkait Kampanye Hitam

Arif meminta setiap pasangan calon maupun tim kampanye harus mengembangkan komunikasi politik yang lebih cerdas dan kreatif.

“Dengan tawaran program jelas dan berkontribusi bagi pencerdasan publik pemilih,” kata Arif.

Hal yang sama dikatakan Direktur Eksekutif Lingkar Madani (Lima) Ray Rangkuti.

Ia mengatakan, menjelang Pilpres 2019 justru lebih banyak permainan kata-kata, nyinyir, dan berebut ruang publik yang sensasional.

“Kedua belah pasangan ini situasi kampanye dalam 3 bulan terakhir kita lebih bersedih karena ternyata pelaksanaan pemilu 2019 ini kualitasnya menurun dibandingkan 2014 dalam aspek adu gagasan,” kata Ray.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Setelah Jokowi Tak Lagi Dianggap sebagai Kader PDI-P...

Setelah Jokowi Tak Lagi Dianggap sebagai Kader PDI-P...

Nasional
Pengertian Lembaga Sosial Desa dan Jenisnya

Pengertian Lembaga Sosial Desa dan Jenisnya

Nasional
Prediksi soal Kabinet Prabowo-Gibran: Menteri Triumvirat Tak Diberi ke Parpol

Prediksi soal Kabinet Prabowo-Gibran: Menteri Triumvirat Tak Diberi ke Parpol

Nasional
Jokowi Dianggap Jadi Tembok Tebal yang Halangi PDI-P ke Prabowo, Gerindra Bantah

Jokowi Dianggap Jadi Tembok Tebal yang Halangi PDI-P ke Prabowo, Gerindra Bantah

Nasional
Soal Kemungkinan Ajak Megawati Susun Kabinet, TKN: Pak Prabowo dan Mas Gibran Tahu yang Terbaik

Soal Kemungkinan Ajak Megawati Susun Kabinet, TKN: Pak Prabowo dan Mas Gibran Tahu yang Terbaik

Nasional
PKS Siap Gabung, Gerindra Tegaskan Prabowo Selalu Buka Pintu

PKS Siap Gabung, Gerindra Tegaskan Prabowo Selalu Buka Pintu

Nasional
PKB Jaring Bakal Calon Kepala Daerah untuk Pilkada 2024, Salah Satunya Edy Rahmayadi

PKB Jaring Bakal Calon Kepala Daerah untuk Pilkada 2024, Salah Satunya Edy Rahmayadi

Nasional
Saat Cak Imin Berkelakar soal Hanif Dhakiri Jadi Menteri di Kabinet Prabowo...

Saat Cak Imin Berkelakar soal Hanif Dhakiri Jadi Menteri di Kabinet Prabowo...

Nasional
Prabowo Ngaku Disiapkan Jadi Penerus, TKN Bantah Jokowi Cawe-cawe

Prabowo Ngaku Disiapkan Jadi Penerus, TKN Bantah Jokowi Cawe-cawe

Nasional
Orang Dekat Prabowo-Jokowi Diprediksi Isi Kabinet: Sjafrie Sjamsoeddin, Dasco, dan Maruarar Sirait

Orang Dekat Prabowo-Jokowi Diprediksi Isi Kabinet: Sjafrie Sjamsoeddin, Dasco, dan Maruarar Sirait

Nasional
Prabowo Diisukan Akan Nikahi Mertua Kaesang, Jubir Bilang 'Hoaks'

Prabowo Diisukan Akan Nikahi Mertua Kaesang, Jubir Bilang "Hoaks"

Nasional
Momen Jokowi dan Menteri Basuki Santap Mie Gacoan, Mentok 'Kepedasan' di Level 2

Momen Jokowi dan Menteri Basuki Santap Mie Gacoan, Mentok "Kepedasan" di Level 2

Nasional
Ditolak Partai Gelora Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Jangan Terprovokasi

Ditolak Partai Gelora Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Jangan Terprovokasi

Nasional
Kapolri Bentuk Unit Khusus Tindak Pidana Ketenagakerjaan, Tangani Masalah Sengketa Buruh

Kapolri Bentuk Unit Khusus Tindak Pidana Ketenagakerjaan, Tangani Masalah Sengketa Buruh

Nasional
Kapolri Buka Peluang Kasus Tewasnya Brigadir RAT Dibuka Kembali

Kapolri Buka Peluang Kasus Tewasnya Brigadir RAT Dibuka Kembali

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com