JAKARTA, KOMPAS.com - Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani mengatakan, Pemilihan Presiden 2019 merupakan pemilu terberat bagi calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto.
Pilpres 2019 merupakan kali ketiga Prabowo bertarung dalam kontestasi politik ini.
Muzani menyampaikan hal itu saat ditanya soal kejanggalan surat pemanggilan anggota Badan Pemenangan Nasional (BPN) pasangan Prabowo-Sandiaga, Amien Rais, yang diperiksa sebagai saksi dalam kasus penyebaran hoaks Ratna Sarumpaet di Polda Metro Jaya.
Ia juga ditanya mengenai pengaruh kasus hoaks Ratna terhadap elektabilitas Prabowo di Pilpres 2019.
Baca juga: Maruf Amin Gerilya di Kantong-Kantong Prabowo
"Dari tiga kali maju Pak Prabowo sebagai presiden, yang kebetulan saya tetap jadi sekjen partai yang mengusung Beliau, kami merasakan terus terang (Pilpres) ini adalah bobot terberat Beliau menjadi calon presiden," ujar Muzani, di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (10/10/2018).
Muzani membandingkan situasi jelang pilpres kali ini dengan pilpres yang diikuti Prabowo pada 2009 dan 2014.
Pada Pilpres 2009, kata Muzani, tidak ada pengerahan kepala daerah untuk mendukung pasangan calon presiden-wakil presiden petahana.
Menurut dia, pada pilpres kali ini banyak kepala daerah yang menyatakan dukungan terhadap pasangan calon nomor urut 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin.
"Bupati yang kami usung pun tidak memiliki keberanian untuk menyatakan dukungan kepada Pak Prabowo-Sandi," kata Muzani.
Baca juga: Ketua DPP Gerindra: Elektabilitas Prabowo Memang di Bawah Jokowi, tapi...
Kemudian, lanjut dia, beberapa lembaga survei juga enggan dimintai bantuan untuk membantu pasangan Prabowo-Sandiaga.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan