Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apakah Kebohongan Ratna Sarumpaet Berdampak bagi Prabowo?

Kompas.com - 05/10/2018, 21:24 WIB
Rakhmat Nur Hakim,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, Rully Akbar, menilai, kebohongan yang dilakukan Ratna Sarumpaet akan berdampak bagi elektabilitas capres nomor urut 02 Prabowo Subianto.

Rully mengatakan, kehebohan isu penganiayaan Ratna yang kemudian diketahui tidak benar, merupakan isu yang diikuti publik.

"Kalau dampak elektabilitas ada dampak tersendiri karena isunya bukan yang segmented, tapi didengar seluruh publik di Indonesia," kata Rully, kepada Kompas.com, Jumat (5/10/2018).

Dampak itu salah satunya karena Ratna tercatat duduk di struktur Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandiaga, meski kini sudah diberhentikan.

Baca juga: Gamal Albinsaid Disebut Gantikan Ratna Sarumpaet di Timses Prabowo

Apalagi, ketika awal mencuat, para politisi yang berada di gerbong koalisi Prabowo-Sandiaga sudah bereaksi.

"Baik nanti di bulan ini atau bulan berikutnya Prabowo-Sandi punya cara untuk mengecoh persolaan ini ya itu lain hal. Tapi untuk sekarang ya pasti ada penurunan terhadap dukungan Prabowo-Sandi," kata Rully.

Seberapa besar dampaknya bagi Prabowo?

"Seberapa besarnya tergantung apa yang dilakukan tim Prabowo-Sandi untuk bisa mengcover masalah ini apakah dia hanya mengkotakan masalah ini di Ratna Sarumpaet atau jangan sampai melebar ke level tim," ujar dia.

Secara terpisah, Ketua DPP Partai Gerindra Ahmad Riza Patria yakin kasus informasi bohong atau hoaks penganiayaan Ratna Sarumpaet tak akan memengaruhi elektabilitas pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

"Menurut saya tidak berbanding lurus kasus Ratna Sarumpaet dengan elektabilitas pasangan Prabowo-Sandiaga. Kita tahu Prabowo-Sandi, kita bisa lihat track record dan latar belakang,” ujar Riza saat ditemui di Hotel Aryaduta, Jakarta Pusat, Jumat, (5/10/2018).

Baca juga: Ratna Sarumpaet Juga Tertipu

Riza mengatakan, kasus berita bohong tersebut bisa memberikan hikmah yang penting bagi pihaknya serta bangsa Indonesia.

Sementara itu, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon mengatakan, pendukung pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno sangat dirugikan dengan adanya penyebaran berita bohong soal penganiayaan Ratna Sarumpaet.

Ia menilai, ada dalang atau auktor intelektual di balik kasus Ratna. Selain itu, kata Fadli, ada pihak-pihak yang diuntungkan dengan adanya penyebaran berita bohong tersebut.

"Karena yang dirugikan adalah pihak kami, kami yang dirugikan. siapa dalangnya, kita juga ingin tahu," tutur Wakil Ketua DPR itu.

"Kita lihat siapa yang paling dirugikan. Nah, orang yang dirugikan itu berarti ada pihak lain yang diuntungkan," ucap Fadli.

Diberitakan sebelumnya, aktivis Ratna Sarumpaet mengakui berbohong soal penganiayaan yang disebut terjadi padanya. Faktanya, tidak pernah ada penganiayaan seperti kabar yang beredar.

"Jadi tidak ada penganiayaan. Itu hanya khayalan entah diberikan setan-setan mana dan berkembang seperti itu," ujar Ratna di rumahnya di kawasan Kampung Melayu Kecil V, Jakarta Selatan, Rabu (3/9/2018).

Setelah pengakuan Ratna tersebut, calon presiden Prabowo Subianto dan para politisi lainnya kemudian meminta maaf telah menyebarkan kebohongan

Ratna juga diberhentikan dari tim pemenangan Prabowo-Sandiaga.

.

.

.

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Drama Babak Belur Ratna Sarumpaet

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Mahfud Ungkap Jumlah Kementerian Sudah Diminta Dipangkas Sejak 2019

Mahfud Ungkap Jumlah Kementerian Sudah Diminta Dipangkas Sejak 2019

Nasional
Tanggapi Ide Tambah Kementerian, Mahfud: Kolusinya Meluas, Rusak Negara

Tanggapi Ide Tambah Kementerian, Mahfud: Kolusinya Meluas, Rusak Negara

Nasional
[POPULER NASIONAL] Perbandingan Jumlah Kementerian Masa Megawati sampai Jokowi | Indonesia Kecam Serangan Israel ke Rafah

[POPULER NASIONAL] Perbandingan Jumlah Kementerian Masa Megawati sampai Jokowi | Indonesia Kecam Serangan Israel ke Rafah

Nasional
Tanggal 12 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 12 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Tanggal 11 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 11 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Demokrat Anggap Rencana Prabowo Tambah Kementerian Sah Saja, asal...

Demokrat Anggap Rencana Prabowo Tambah Kementerian Sah Saja, asal...

Nasional
Indonesia Digital Test House Diresmikan, Jokowi: Super Modern dan Sangat Bagus

Indonesia Digital Test House Diresmikan, Jokowi: Super Modern dan Sangat Bagus

Nasional
Menko Polhukam Harap Perpres 'Publisher Rights' Bisa Wujudkan Jurnalisme Berkualitas

Menko Polhukam Harap Perpres "Publisher Rights" Bisa Wujudkan Jurnalisme Berkualitas

Nasional
Saksi Sebut Kementan Beri Rp 5 Miliar ke Auditor BPK untuk Status WTP

Saksi Sebut Kementan Beri Rp 5 Miliar ke Auditor BPK untuk Status WTP

Nasional
Kasus Dugaan Asusila Ketua KPU Jadi Prioritas DKPP, Sidang Digelar Bulan Ini

Kasus Dugaan Asusila Ketua KPU Jadi Prioritas DKPP, Sidang Digelar Bulan Ini

Nasional
Gubernur Maluku Utara Nonaktif Diduga Cuci Uang Sampai Rp 100 Miliar Lebih

Gubernur Maluku Utara Nonaktif Diduga Cuci Uang Sampai Rp 100 Miliar Lebih

Nasional
Cycling de Jabar Segera Digelar di Rute Anyar 213 Km, Total Hadiah Capai Rp 240 Juta

Cycling de Jabar Segera Digelar di Rute Anyar 213 Km, Total Hadiah Capai Rp 240 Juta

Nasional
Hindari Konflik TNI-Polri, Sekjen Kemenhan Sarankan Kegiatan Integratif

Hindari Konflik TNI-Polri, Sekjen Kemenhan Sarankan Kegiatan Integratif

Nasional
KPK Tetapkan Gubernur Nonaktif Maluku Utara Tersangka TPPU

KPK Tetapkan Gubernur Nonaktif Maluku Utara Tersangka TPPU

Nasional
Soal Kemungkinan Duduki Jabatan di DPP PDI-P, Ganjar: Itu Urusan Ketua Umum

Soal Kemungkinan Duduki Jabatan di DPP PDI-P, Ganjar: Itu Urusan Ketua Umum

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com