Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kronologi Drama Kebohongan Ratna Sarumpaet

Kompas.com - 04/10/2018, 09:11 WIB
Ihsanuddin,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Aktivis Ratna Sarumpaet mengakui ia berbohong soal penganiayaan yang dialaminya. Faktanya, tidak pernah ada penganiayaan seperti kabar yang beredar.

Berikut fakta seputar kebohongan Ratna Sarumpaet yang dirangkum Kompas.com:

1. Tersebar lewat medsos

Kabar penganiayaan Ratna Sarumpaet pertama kali tersebar lewat media sosial.

Akun Facebook bernama Swary Utami Dewi mengunggah tangkapan layar WhatsApp pada Selasa (2/10/2018) sekitar pukul 09.00 pagi. Dalam foto itu, muka Ratna tampak bengkak. Matanya tidak bisa membuka lebar. Pada dahinya terlihat kerutan seperti bekas diperban.

Swary menulis dalam unggahan fotonya: "Apakah karena berbeda maka seseorang berhak dipukuli? Simpatiku buat Ratna Sarumpaet. Katakan tidak untuk segala bentuk kekerasan. #2019tetapwaras."

2. Dibenarkan pendukung Prabowo-Sandi

Kabar penganiayaan Ratna ramai-ramai dibenarkan oleh pendukung pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 2, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Ratna sendiri memang salah satu anggota baru Pemenangan Nasional Prabowo-Sandi.

Konfirmasi langsung pertama disampaikan oleh politisi Partai Gerindra Rachel Maryam pada pukul 10.51 WIB siang. Melalui akun Twitter-nya @cumarachel, ia menyebut bahwa kejadian penganiayaan itu benar adanya. 

Baca juga: Polemik Dugaan Penganiayaan Ratna Sarumpaet...

Namun, kejadian penganiayaan itu sudah terjadi sejak 21 September lalu.

"Berita tidak keluar karena permintaan bunda @Ratnaspaet pribadi, beliau ketakutan dan trauma. Mohon doa," tulis Rachel.

Belakangan, sejumlah tokoh lain di kubu oposisi seperti Fadli Zon dan Dahnil Anzar Simanjuntak juga membenarkan kabar penganiayaan itu. Bahkan Fadli sudah bertemu langsung dengan Ratna untuk mengonfirmasi terjadinya penganiayaan.

3. Prabowo tuding politis

Setelah kabar penganiayaan tersebut beredar, Prabowo langsung bertemu dengan Ratna. Lokasi pertemuan dirahasiakan sehingga tak bisa diliput oleh media. Baru pada malam harinya, Prabowo menggelar jumpa pers di kediamannya di Kertanegara.

Saat itu, Prabowo yakin ada motif politik di balik penganiayaan yang dialami Ratna. Keyakinan Prabowo tersebut muncul karena tidak ada barang berharga maupun uang Ratna yang hilang pasca-penganiayaan.

Baca juga: Prabowo Yakin Ada Motif Politik di Balik Dugaan Penganiayaan Ratna Sarumpaet

Selain itu, kata Prabowo, Ratna sempat mengaku ada kalimat ancaman yang dilontarkan oleh pelaku terkait sikap politiknya.

"Ya ternyata tidak ada barang yang dicuri, tidak ada uang yang hilang, apalagi kalau bukan proses untuk intimidasi. Saya tidak tanya secara detail tapi ada kata-kata ancaman itu," ujar Prabowo.

Selanjutnya: Temuan kejanggalan

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER NASIONAL] PDI-P Harap Putusan PTUN Buat Prabowo-Gibran Tak Bisa Dilantik | Menteri 'Triumvirat' Prabowo Diprediksi Bukan dari Parpol

[POPULER NASIONAL] PDI-P Harap Putusan PTUN Buat Prabowo-Gibran Tak Bisa Dilantik | Menteri "Triumvirat" Prabowo Diprediksi Bukan dari Parpol

Nasional
Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Nasional
PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

Nasional
Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Nasional
PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

Nasional
ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

Nasional
Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasional
PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

Nasional
Demokrat Tak Ingin Ada 'Musuh dalam Selimut' di Periode Prabowo-Gibran

Demokrat Tak Ingin Ada "Musuh dalam Selimut" di Periode Prabowo-Gibran

Nasional
Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Nasional
Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Nasional
Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Nasional
Gugat Dewas ke PTUN hingga 'Judicial Review' ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Gugat Dewas ke PTUN hingga "Judicial Review" ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Nasional
Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com