Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Aiman Witjaksono
Jurnalis

Jurnalis

#2019GantiPresiden, antara Persekusi dan Makar

Kompas.com - 03/09/2018, 08:40 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

TAYANGAN AIMAN di KompasTV, malam ini akan mengangkat topik soal tanda pagar (tagar) yang sepekan belakangan panas jadi pembicaraan.

Meski terdapat surat undangan yang saya terima, terkait aksi #2019TetapJokowi, di Karawang, Jawa Barat, tetapi tetap #2019GantiPresiden menjadi topik utama karena adanya berbagai kejadian.

Penolakan masif di 3 wilayah

Diawali pekan lalu, terjadi penolakan terhadap aktivitas #2019GantiPresiden secara serentak di beberapa kota. Setidaknya saya mencermati ada tiga wilayah yang menjadi berita utama: Riau, Surabaya, dan Pangkal Pinang.

Di Riau, rencananya ada aksi panggung massa #2019GantiPresiden yang akan dihadiri Neno Warisman, mantan penyanyi yang kini jadi ustazah.

Di Surabaya, Jawa Timur, juga ada aksi serupa yang dihadiri pesohor ternama Ahmad Dhani. Sementara di Pangkal Pinang, Provinsi Bangka Belitung, rencananya juga ada diskusi yang dihadiri aktivis Ratna Sarumpaet.

Namun, ada insiden penolakan di tiga acara itu. Neno dan Ratna dihadang massa sehingga tidak bisa keluar dari bandara. Keduanya kemudian diminta aparat untuk kembali ke Jakarta dengan alasan menghindari bentrok massa dari dua kubu berseberangan.

Ahmad Dhani juga dihadang massa di depan hotel tempatnya menginap di Surabaya. Dhani menyebut ia dipersekusi atas hal yang menurutnya tidak dilakukan yaitu mengeluarkan kata "idiot" yang menurutnya bukan ditujukan ke ormas Banser NU.

Ketiganya kami hubungi

Saya berupaya mewawancarai ketiganya. Neno tidak bisa dihubungi selama 3 hari. Pesan singkat tak berbalas dan telepon tidak diangkat.

Sementara, Ratna Sarumpaet membatalkan jadwal wawancara secara tiba-tiba. Sebelumnya, Tim AIMAN sudah dapat kesepakatan untuk wawancara pada Jumat pagi. Ratna mengatakan ia mendadak harus terbang keluar kota.

Saya kemudian mewawancarai Ahmad Dhani di rumahnya yang kabarnya akan dijual puluhan miliar rupiah untuk kampanye dirinya dan membantu kemenangan bakal Capres Prabowo Subianto.

"Idiot" menurut Dhani

Saya menanyakan apa yang Dhani sebut dengan "idiot" saat berorasi di Surabaya, Jawa Timur. Ia mengatakan, kata "idiot" yang menyebabkan ia dihadang puluhan orang di depan hotel tidak ditujukan kepada Ormas Banser NU.

Massa Tolak Deklarasi Ganti Presiden di Surabaya menghadang Ahmad Dhani di depan Hotel MajapahitKOMPAS.com/Achmad Faizal Massa Tolak Deklarasi Ganti Presiden di Surabaya menghadang Ahmad Dhani di depan Hotel Majapahit

Klarifikasi Dhani, kata idiot yang ia lontarkan ditujukan kepada situasi yang menurutnya janggal. Penjagaan begitu ketat sebelum hingga selama aksi berlangsung.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

Nasional
Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

Nasional
Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Nasional
Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk 'Presidential Club' | PDI-P Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo'

[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk "Presidential Club" | PDI-P Sebut Jokowi Kader "Mbalelo"

Nasional
Kualitas Menteri Syahrul...

Kualitas Menteri Syahrul...

Nasional
Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang 'Toxic' ke Pemerintahan

Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang "Toxic" ke Pemerintahan

Nasional
Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Nasional
Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Nasional
Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Nasional
Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Nasional
Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Nasional
Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com