Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Utak-atik Peta Koalisi Jokowi dan Prabowo, Mungkinkah Ada Poros Ketiga?

Kompas.com - 08/08/2018, 10:17 WIB
Ihsanuddin,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com — Pendaftaran calon presiden dan wakil presiden akan ditutup dua hari lagi atau pada Jumat (10/8/2018). Namun, hingga Rabu ini, belum ada satu pun pasangan calon yang mendaftar ke Komisi Pemilihan Umum.

Peta koalisi boleh jadi sudah cukup jelas. Partai politik peserta pemilu hanya terbelah menjadi dua kubu, yakni kelompok yang mendukung petahana Joko Widodo dan kelompok oposisi yang mendukung Prabowo Subianto.

Ini mengingatkan pada pertarungan Pilpres 2014 lalu. Bedanya, Jokowi kali ini membawa gerbong koalisi yang lebih besar. Mantan Gubernur DKI Jakarta itu disokong dukungan enam parpol parlemen, yakni PDI Perjuangan, Golkar, Nasdem, Hanura, PPP, dan PKB.

Selain itu, juga ada tiga parpol nonparlemen, yakni PKPI, PSI, dan Perindo.

Baca juga: Zulkifli Hasan Bertemu Jokowi, PAN Batal Dukung Prabowo?

Sebaliknya, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto saat ini masih terus berupaya membentuk koalisi dari parpol yang belum merapat ke Jokowi.

Parpol yang belakangan terus melakukan komunikasi intensif adalah Partai Demokrat, PKS, dan PAN. Sedangkan parpol nonparlemen yang juga belum merapat ke Jokowi adalah Partai Berkarya dan PBB.

Jika tak ada partai yang membelot, Jokowi akan didukung oleh kekuatan enam parpol. Sementara kubu Prabowo akan didukung oleh enam parpol jika berhasil meyakinkan kekuatan di luar Jokowi untuk bergabung.

Koalisi Masih Dinamis

Kendati demikian, pengamat politik dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Adi Prayitno menilai, peta politik sampai akhir pendaftaran capres dan cawapres masih akan sangat dinamis. Ia menilai, tarik-menarik soal cawapres dapat menjadi pemicu pecahnya kongsi koalisi yang telah dibangun.

"Baik kubu Jokowi maupun Prabowo masih galau menentukan posisi cawapres. Ini bisa memungkinkan terjadinya pecah kongsi," kata Adi saat dihubungi, Rabu (8/8/2018).

Di kubu Jokowi, Adi menilai PKB menjadi parpol yang paling mungkin untuk menarik dukungan. Sebab, PKB sejak awal ngotot meminta ketua umumnya Muhaimin Iskandar alias Cak Imin untuk menjadi cawapres Jokowi.

Baca juga: Sekjen PDI-P Sebut Koalisi Pendukung Jokowi Bisa Berisi 10 Partai

"PKB sangat terbuka untuk lompat pagar karena Cak Imin ngotot dengan opsi cawapres," ujarnya.

Sementara di kubu Prabowo, PKS dan PAN juga dinilai berpeluang hengkang dari koalisi. Kedua parpol yang sudah lama menjalin komunikasi dengan Gerindra, menurut Adi, mulai merasa terganggu dengan kehadiran Demokrat. Apalagi, jika nantinya Prabowo lebih memilih cawapres dari Demokrat ketimbang PAN atau PKS.

"PKS dan PAN masih belum menentukan sikap apa pun ke Prabowo. Bahkan, PKS ekstrem mengintimidasi Gerindra andai cawapres bukan dari mereka," ujar Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia ini.

Poros Ketiga

Adi pun menilai, PKB, PAN, dan PKS belum pasti akan menyeberang ke kubu sebelah apabila hengkang dari koalisinya saat ini. Sebab, apabila hengkang ke kubu sebelah, posisi calon wakil presiden yang diincar juga sulit untuk didapat.

Adi menilai, ketiga parpol berbasis massa Islam ini justru bisa saja membuat poros ketiga di luar koalisi Jokowi dan Prabowo.

"Jadi ini koalisi parpol Islam," kata dia.

Baca juga: Poros Ketiga Mungkin Terjadi, Begini Petanya

Jika bergabung, ketiga parpol ini mengantongi 24,1 persen kursi DPR. Jumlah itu lebih dari ambang batas untuk mengusung pasangan capres dan cawapres, yakni sebesar 20 persen kursi DPR.

Poros baru ini juga bisa membuat masyarakat semakin mempunyai banyak pilihan pada Pilpres 2019.

"Tentu menarik poros ini karena menyatukan kekuatan NU, Muhammadiyah, dan basis PKS yang irisan keislamannya kerap berbeda," kata Adi.

Kompas TV PAN masih mempertimbangkan beberapa hal sebelum menentukan arah koalisi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Nasional
Pakar Ungkap 'Gerilya' Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Pakar Ungkap "Gerilya" Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Nasional
Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Nasional
Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Nasional
Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Nasional
'Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit'

"Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit"

Nasional
Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Nasional
PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

Nasional
Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Nasional
Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Nasional
Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Nasional
Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Nasional
KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

Nasional
TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com