Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Muhamad Choirul Amri
Profesional IT & Aktivis Sosial

Profesional IT & Aktivis Sosial, Pendiri Perkumpulan Rumah Inspirasi Nusantara

Menimang Tokoh Nahdliyin sebagai Cawapres Jokowi

Kompas.com - 23/07/2018, 20:02 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini


Peran Nahdliyin

Kemenangan Jokowi dalam Pilpres 2014 tidak dapat dilepaskan dari peran kaum Nahdliyin di Jatim dan Jateng dalam meraih simpati pemilih Muslim. Dari lima partai pendukung Jokowi di 2014, hanya PKB yang secara kultural memiliki kedekatan dengan pemilih Islam sedangkan sisanya adalah Partai nasionalis yaitu PDI Perjuangan, Nasdem, Hanura, dan PKPI.

Tanpa mengecilkan kontribusi partai–partai lain dalam koalisi tersebut, kemenangan di wilayah Jatim dan Jateng tentunya tidak dapat dilepaskan dari kombinasi mesin PDI Perjuangan di basis nasionalis serta NU dan PKB untuk menggarap pemilih Islam.

Prabowo unggul di Jawa Barat meskipun PDI Perjuangan memenangi Pileg di wilayah tersebut. Perlu dicatat, bahwa PPP dan PKB yang hanya berada di urutan 6 dan 7 pada Pileg 2014 di Jabar. Artinya kekuatan mesin NU di Jabar tidak sekuat di Jatim dan Jateng untuk memenangkan Jokowi di 2014.

Kembali ke kontestasi Pilpres 2019, Jokowi boleh berlega hati karena pemenang Pilkada Jabar yaitu pasangan Kang Emil–Uu’ diusung oleh PPP dan PKB yang sudah menyatakan mendukung koalisi Jokowi.

Kemenangan pasangan Ganjar–Yasin di Jateng juga tidak dapat dilepaskan dari kehadiran Taj Yasin yang merupakan putra Kyai kharismatik NU mbah Maimoen. Posisi Yasin sebagai Cawagub menjadi pertahanan kuat untuk melawan isu sentimen agama yang sering menerpa PDI Perjuangan.

Sedangkan di Jatim, peranan Muslimat NU yang merupakan organisasi kaum wanita Nahdliyin turut berperan dominan dalam kemenangan Khofifah – Emil.

Jika Jokowi ingin memenangkan suara pemilih Islam di Jawa, maka memilih cawapres dari kalangan Nahdliyin menjadi opsi yang benar–benar harus dipertimbangkan. Media non-mainstream banyak didominasi narasi bahwa pemerintahan Jokowi kurang mengakomodasi kepentingan umat Islam.

Kecenderungan ini perlu mendapatkan perhatian serius, karena Jokowi adalah kader PDI Perjuangan yang dianggap lebih mewakili golongan nasionalis daripada golongan Islam.

Meskipun sebenarnya keislaman dan kebangsaan merupakan dua hal yang tidak perlu dipertentangkan, persepsi negatif tersebut terlanjur berkembang di sebagian golongan masyarakat terutama pada basis masa partai–partai oposisi.

Kemajuan teknologi informasi dan media sosial juga semakin memudahkan fabrikasi isu-isu negatif yang disebarkan baik untuk kepentingan politik maupun ekonomi. Membendung arus berita negatif di media sosial bukanlah pekerjaan mudah, namun jika Jokowi memilih cawapres dari tokoh yang dekat dengan umat Islam maka pekerjaan tersebut menjadi jauh lebih ringan.

Memilih cawapres dari tokoh yang dekat dengan kalangan Muslim berarti memberikan ruang dialog terhadap mayoritas pemilih di Indonesia. Katup komunikasi yang tersumbat dapat mengalir lebih lancar,sehingga peristiwa demonstrasi berlatar belakang sentimen agama tidak perlu terjadi lagi.

Tersedianya kanal komunikasi dan ruang dialog merupakan pra-kondisi untuk menjamin stabilitas sosial politik pada periode kedua pemerintahan jika Jokowi memenangi Pilpres 2019. Stabilitas tersebut sangat dibutuhkan agar Jokowi dapat bekerja dengan tenang pada periode 2019 – 2024.

Dengan strategi tersebut, maka kegaduhan dan polarisasi masyarakat dalam Pilpres 2019 dapat dihindari. Kerukunan dan keutuhan sesama anak bangsa terlalu berharga jika terpecah belah oleh isu–isu SARA selama kampanye.

Proses kontestasi Pilpres akan menjadi lebih sehat, di mana paslon yang berkompetisi akan mengutamakan adu program, gagasan, dan rekam jejak daripada sentimen SARA.

Kaum Nahdliyin merupakan bagian dari arus utama corak umat Islam di Indonesia. Kontribusi NU dalam perjuangan kemerdekaan dan keutuhan NKRI juga tidak perlu diragukan lagi.

Fatwa Jihad yang dikeluarkan oleh KH Hasyim Asy’ari pada 22 Oktober 1945 merupakan salah satu faktor dominan yang menggerakkan umat Islam untuk melawan agresi militer Belanda.

Kyai Hasyim mengeluarkan fatwa tersebut setelah Presiden Soekarno mengirimkan utusan ke Pesantren Tebuireng untuk meminta petunjuk dan dukungan. Keterkaitan emosi antara PDI Perjuangan sebagai pengusung Jokowi dan NU sebagai wadah kaum Nahdliyin sebenarnya sudah tidak perlu diragukan lagi.

Mengingat banyaknya alternatif tokoh dari kalangan Nahdliyin, siapa yang sebaiknya dipilih untuk mendampingi Jokowi?

Tokoh tersebut sebaiknya adalah pribadi yang dapat diterima semua kalangan, memiliki rekam jejak tidak tercela, tidak pernah tersangkut isu korupsi, dan memilki kapasitas intelektual yang tinggi.

Pilihlah seseorang yang dapat mengayomi berbagai kelompok baik golongan tradisional, moderat, intelektual, maupun kelompok garis keras. (Muhamad Choirul Amri, Profesional IT & Aktivis Sosial, Pendiri Perkumpulan Rumah Inspirasi Nusantara)

 

Catatan: Ilustrasi utama dalam artikel ini merupakan artwork karya Hari Prast berjudul "Jokowi di Bali", karya tersebut selengkapnya bisa dilihat di sini. 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Nasional
Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Nasional
Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Nasional
Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Nasional
Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Nasional
Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Nasional
Tak Dianggap Kader PDI-P, Jokowi dan Keluarga Diprediksi Gabung Golkar

Tak Dianggap Kader PDI-P, Jokowi dan Keluarga Diprediksi Gabung Golkar

Nasional
Prabowo Harap Semua Pihak Rukun meski Beda Pilihan Politik

Prabowo Harap Semua Pihak Rukun meski Beda Pilihan Politik

Nasional
Jokowi Sebut Penyusunan Kabinet Mendatang Hak Prerogatif Prabowo

Jokowi Sebut Penyusunan Kabinet Mendatang Hak Prerogatif Prabowo

Nasional
Temui Warga Aceh Usai Pilpres, Cak Imin Janji Lanjutkan Perjuangan

Temui Warga Aceh Usai Pilpres, Cak Imin Janji Lanjutkan Perjuangan

Nasional
Timnas Akan Hadapi Guinea untuk Bisa Lolos ke Olimpiade, Jokowi: Optimistis Menang

Timnas Akan Hadapi Guinea untuk Bisa Lolos ke Olimpiade, Jokowi: Optimistis Menang

Nasional
KPK Sebut Penyidik Bisa Jemput Paksa Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor

KPK Sebut Penyidik Bisa Jemput Paksa Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor

Nasional
TNI AD Mulai Tanam Padi di Merauke, KSAD: Selama Ini Hasilnya Kurang Baik

TNI AD Mulai Tanam Padi di Merauke, KSAD: Selama Ini Hasilnya Kurang Baik

Nasional
KPK Mengaku Bisa Tangkap Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Kapan Saja

KPK Mengaku Bisa Tangkap Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Kapan Saja

Nasional
Abaikan PDI-P, MPR: Tak Ada Alasan untuk Tidak Lantik Prabowo-Gibran

Abaikan PDI-P, MPR: Tak Ada Alasan untuk Tidak Lantik Prabowo-Gibran

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com