Namanya "gosokan", menurut Fahmi, tak bisa dipisahkan juga dengan hoaks dan fake news. Di sini, ketika pilkada digelar bareng di 171 daerah dengan konstelasi pasangan calon yang tak bisa diseragamkan, upaya-upaya penggosokan tak mendapat cukup perhatian publik.
"Tanpa perhatian publik, hoaks tak punya daya. Karena ini soal persepsi yang butuh digerakkan keramaian," tegas Fahmi.
Bukannya Pilkada Serentak 2018 ini kerap dikomentari sebagai “pilkada rasa pilpres”? Butuh tulisan dan kajian lebih serius untuk mendudukkan komentar tersebut dalam konteks yang pas.
Namun, semoga kenyataan dari Pilkada 2018 memang menghadirkan hal melegakan tentang pemaknaan yang lebih substansial soal demokrasi dan ke-Indonesia-an.
Sekalipun baru hasil hitung cepat yang mencuat dari Pilkada Serentak 2018, optimisme yang membangun semacam ini boleh dilempar sejak dini, bukan?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.