Perkembangan kereta api di Pulau Jawa tidak bisa lepas dari perusahaan swasta yaitu Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappj (NIS).
Setelah beroperasinya rute awal dari Semarang menuju Tanggung, pada 10 Februari 1870 dibukalah jalur sampai ke Solo.
Dari Solo, pembangunan rute kereta juga sampai ke Yogyakarta.
Pada 21 Mei 1873, jalur dari Semarang-Surakarta-Yogyakarta diresmikan. Tepat pada tahun itu pula selesai jalur Batavia-Buitenzorg.
Kesulitan dalam hal finansial untuk membangun jalur kereta api membuat pemerintah terpaksa turun tangan.
Pemerintah kemudian mendirikan perusahaan Staat Spoorwagen (SS).
Jalur utama yang didirikan SS melintang antara Surabaya-Pasuruan dengan panjang 115 kilometer yang diresmikan pada 16 Mei 1878.
Setelah NIS dan SS, muncullah perusahaan kereta api swasta lainnya.
Kemunculan perusahaan lain karena melihat keuntungan yang tinggi dalam bidang perkeretaapian.
Pada 1867, baru 25 kilometer rel yang dibuka. Kemudian, pada 1870 berkembang menjadi 110 kilometer. Sementara, pada 1900 tercatat 3.338 kilometer.
Perkembangan jalur kereta api di Sumatera
Selain perkembangan jalur kereta api di Jawa, di Sumatera juga mulai dikembangkan.
Rel kereta pertama kali di Sumatera Utara dibangun oleh Perusahaan Kereta Api Swasta Deli Spoorweg Maatschappij (DSM).
Pada 1883, berhasil menghubungkan Medan dengan Labuan dengan jarak 21 kilometer.
Jalur itu merupakan cikal bakal kereta api Medan-Belawan.
Sementara, di Sumatera Barat, pembangunan rel pertama kali adalah untuk akses pada jalur perkebunan.
Jalur ini digunakan untuk mendistribusikan kopi dari daerah pedalaman ke pusat perdagangan di Padang.
Setelah untuk akses perkebunan, Pemerintah Hindia Belanda juga menambah jalur tambang di daerah Sawah Lunto.
Namun, jalur ini akan menghabiskan biaya yang sangat besar untuk pembuatan sedikitnya 32 terowongan.