Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pencalonan Amien Rais Dinilai Sinyal Keraguan terhadap Elektabilitas Prabowo

Kompas.com - 11/06/2018, 18:46 WIB
Dylan Aprialdo Rachman,
Krisiandi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Lingkar Madani Indonesia Ray Rangkuti melihat masuknya nama Amien Rais dalam bursa capres di internal Partai Amanat Nasional (PAN) menjadi sinyal tekanan terhadap Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto untuk mendorong munculnya figur baru. Ray menilai Amien Rais tak serius maju sebagai capres.

"Tapi ini semacam sinyal bahwa ketidakpercayaan pada elektabilitas Prabowo yang makin sulit mengejar Jokowi hari demi hari makin menggumpal," papar Ray kepada Kompas.com, Senin (11/6/2018).

Ray memandang elektabilitas Prabowo cenderung stagnan, dan ditinggalkan sebagian barisan pendukungnya. Selain itu, Gerindra juga dinilainya tak mampu menghadirkan pemimpin-pemimpin alternatif.

Baca juga: Elektabilitas Rendah, Amien Rais Lebih Baik Jadi Bapak Kritis Nasional

"Nama Prabowo stagnan, malah sekarang berpotensi ditinggalkan. Pernyataan Amien yang siap jadi capres 2019 tak luput dari situasi ini. Elektabilitas Prabowo stagnan karena publik butuh isu dan tentu saja figur lain. Dua hal inilah yang tak tersedia di Gerindra," kata dia.

Ia juga melihat pencalonan Amien membuktikan kelompok oposisi tak punya kepercayaan diri dan solidaritas yang kuat. Kelompok oposisi dinilainya semakin kehilangan pijakan dalam menentukan sikap bersama.

"Berlanjut pada tak ditetapkannya cawapres Prabowo yang berjalan seiring dengan enggannya PKS menyatakan dengan tegas bahwa capres yang mereka usung adalah Prabowo. Tagar ganti presiden justru sinyal tidak solid itu," ungkap dia.

Selain itu, tagar #2019GantiPresiden yang dicetuskan kader PKS juga tak spesifik menyebut Prabowo adalah sosok yang pantas menggantikan Jokowi.

Situasi itu, kata dia, membuat PAN yang diharapkan bergabung dengan PKS dan Gerindra justru semakin menjaga jarak.

"Bahkan ketika Gerindra membentuk struktur pengurus posko bersama, PAN menyatakan keberatannya logo dan nama partainya dilibatkan. Begitulah sampai ada rilis capres dari ulama-ulama yang tergabung dalam 212. Rilis itu hanya menempatkan Prabowo sebagai capres nomor dua," kata dia.

Ia juga menilai kelompok oposisi cenderung terpecah ketika ada barisan lain dari oposisi yang menggaungkan calon lain, seperti Amien Rais, Zulkifli Hasan, hingga Anies Baswedan.

Sebelumnya Wakil Ketua Umum PAN Viva Yoga Mauladi mengatakan, partainya serius mewacanakan Ketua Dewan Kehormatan PAN Amien Rais maju pemilu presiden 2019.

Namun, ide pencapresan Amien tidak tunggal. Ada tokoh PAN lainnya yang hendak diusung seperti Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan, mantan Ketua Umum PAN Hatta Rajasa, dan Ketua Dewan Penasehat PAN Sutrisno Bachir.

Baca juga: PAN Serius Wacanakan Amien Rais Jadi Capres 2019

Viva mengatakan, partainya serius memasukan nama Amien ke dalam bursa capres lantaran mantan Ketua MPR itu memiliki integritas untuk memimpin Indonesia.

"Pak Amien memiliki integritas sebagai pemimpin nasional, cinta NKRI dan cinta rakyat Indonesia," kata Viva melalui keterangan tertulis, Minggu (10/6/2018).

Ia menambahkan, sosok penting dalam reformasi 1998 itu juga memiliki konsep yang jelas untuk membawa Indonesia menuju cita-cita kemerdekaan. Selain itu, meskipun sudah berusia 74 tahun, ia menilai, Amien masih memiliki fisik yang prima.

Kompas TV PAN menurut Eddy akan membahas nama calon presiden pada rakernas mendatang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

KPU DKI Jakarta Mulai Tahapan Pilkada Juni 2024

KPU DKI Jakarta Mulai Tahapan Pilkada Juni 2024

Nasional
2 Hari Absen Rakernas V PDI-P, Prananda Prabowo Diklaim Sedang Urus Wisuda Anak

2 Hari Absen Rakernas V PDI-P, Prananda Prabowo Diklaim Sedang Urus Wisuda Anak

Nasional
Covid-19 di Singapura Tinggi, Kemenkes: Situasi di Indonesia Masih Terkendali

Covid-19 di Singapura Tinggi, Kemenkes: Situasi di Indonesia Masih Terkendali

Nasional
Ganjar Ungkap Jawa, Bali, hingga Sumut jadi Fokus Pemenangan PDI-P pada Pilkada Serentak

Ganjar Ungkap Jawa, Bali, hingga Sumut jadi Fokus Pemenangan PDI-P pada Pilkada Serentak

Nasional
Kemenkes Minta Masyarakat Waspada Lonjakan Covid-19 di Singapura, Tetap Terapkan Protokol Kesehatan

Kemenkes Minta Masyarakat Waspada Lonjakan Covid-19 di Singapura, Tetap Terapkan Protokol Kesehatan

Nasional
Pastikan Isi Gas LPG Sesuai Takaran, Mendag Bersama Pertamina Patra Niaga Kunjungi SPBE di Tanjung Priok

Pastikan Isi Gas LPG Sesuai Takaran, Mendag Bersama Pertamina Patra Niaga Kunjungi SPBE di Tanjung Priok

Nasional
Disindir Megawati soal RUU Kontroversial, Puan: Sudah Sepengetahuan Saya

Disindir Megawati soal RUU Kontroversial, Puan: Sudah Sepengetahuan Saya

Nasional
Diledek Megawati soal Jadi Ketum PDI-P, Puan: Berdoa Saja, 'Insya Allah'

Diledek Megawati soal Jadi Ketum PDI-P, Puan: Berdoa Saja, "Insya Allah"

Nasional
Kemenko Polhukam: Kampus Rawan Jadi Sarang Radikalisme dan Lahirkan Teroris

Kemenko Polhukam: Kampus Rawan Jadi Sarang Radikalisme dan Lahirkan Teroris

Nasional
BPIP Siapkan Paskibraka Nasional untuk Harlah Pancasila 1 Juni

BPIP Siapkan Paskibraka Nasional untuk Harlah Pancasila 1 Juni

Nasional
Jaksa Agung Mutasi 78 Eselon II, Ada Kapuspenkum dan 16 Kajati

Jaksa Agung Mutasi 78 Eselon II, Ada Kapuspenkum dan 16 Kajati

Nasional
Hari Ke-14 Haji 2024: Sebanyak 90.132 Jemaah Tiba di Saudi, 11 Orang Wafat

Hari Ke-14 Haji 2024: Sebanyak 90.132 Jemaah Tiba di Saudi, 11 Orang Wafat

Nasional
Di Tengah Rakernas PDI-P, Jokowi Liburan ke Borobudur Bareng Anak-Cucu

Di Tengah Rakernas PDI-P, Jokowi Liburan ke Borobudur Bareng Anak-Cucu

Nasional
DPR Sampaikan Poin Penting dalam World Water Forum ke-10 di Bali

DPR Sampaikan Poin Penting dalam World Water Forum ke-10 di Bali

Nasional
Ahok Mengaku Ditawari PDI-P Maju Pilgub Sumut

Ahok Mengaku Ditawari PDI-P Maju Pilgub Sumut

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com