Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 04/06/2018, 23:31 WIB
Fabian Januarius Kuwado,
Bayu Galih

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo pada Senin (4/6/2018) malam menggelar peringatan Nuzulul Quran di Istana Negara, Jakarta.

Acara dihadiri Wakil Presiden Jusuf Kalla beserta istri Mufidah Kalla, beberapa menteri Kabinet Kerja, pimpinan lembaga tinggi negara, dan duta besar dari negara sahabat.

Anak-anak dari pondok pesantren juga tampak hadir memeriahkan acara.

Acara yang dimulai sekitar pukul 20.00 WIB itu sendiri diisi dengan pembacaan ayat suci, ceramah agama oleh Muhammad Cholil Nafis dan pidato oleh Presiden Jokowi.

Dalam pidatonya, Jokowi menekankan bahwa malam Nuzulul Quran atau saat turunnya Al Quran ke dunia menandai babak baru dalam sejarah kehidupan peradaban umat Islam.

"Dengan turunnya Al Quran, orang-orang bertakwa mendapat hidayah, mendapat petunjuk untuk keluar dari fase penuh kegelapan, fase zhulumat menuju fase nur (cahaya), fase yang sangat terang," ujar Jokowi.

"Dengan turunnya Al Quran, kita jadi tahu bahwa Allah SWT memerintahkan kita untuk menjadikan sabar dari shalat sebagai penolong, bukan yang lain," kata dia.

Dalam perkembangannya, Al Quran pun bukan hanya menjadi pegangan umat Islam, namun juga umat manusia. Al Quran menjadi sumber inspirasi dan pedoman untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Jokowi melanjutkan bahwa Allah SWT memerintahkan kepada umatnya agar kemajuan harus terus dibangun. Upaya itu dapat dilakukan dengan berbagai hal, salah satunya dengan membaca.

"Dibangun dengan cara terus menerus mengembangkan dan memperkuat budaya membaca, baik itu membaca buku maupun membaca alam dan kehidupan sehari-hari. Dibangun dengan cara mengembangkan ilmu pengetahuan yang akan menghasilkan kebaikan dan kemajuan," ucap Jokowi.

Meskipun saat ini kehidupan manusia sudah diisi digitalisasi, Jokowi menekankan bahwa Al Quran tetap relevan menjadi sumber moral dan inspirasi manusia. Justru, Al Quran menjadi penyelamat di tengah mengarungi efek negatif gelombang digitalisasi.

Di pengujung pidato, Presiden pun mengajak umat Muslim untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.

"Maka, marilah kita membawa bangsa Indonesia untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, untuk membuktikan bahwa kita benar-benar mengemban perintah Allah SWT memakmurkan kehidupan dunia, untuk mencerdaskan masyarakat dan bangsa, untuk mewujudkan kemaslahatan umum," ujar Jokowi.

Kompas TV Seorang anggota TNI mengabdikan dirinya untuk mengajar warga desa di Gorontalo, membaca dan menulis huruf hijaiyah.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.



Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com