JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Hariyono mengungkapkan sejumlah masalah mendasar terkait Pancasila yang menjadi tantangan bagi lembaganya.
Masalah tersebut misalnya adalah distorsi pemahaman terhadap Pancasila.
"Sejak 1998 Pancasila tidak lagi diajarkan, sehingga memori generasi muda tentang Pancasila cenderung kosong," kata Hariyono di kantor Kementerian Komunikasi dan Informatika, Jakarta, Rabu (30/5/2018).
Karena itu, menurut Hariyono, BPIP kini tengah menyusun garis-garis besar pembinaan Pancasila.
Baca juga: BPIP Pilih Fokus Kerja Ketimbang Urusi Polemik Gaji
Tantangan lain adalah masalah ekslusivisme. Menurut Hariyono, saat ini terjadi segregasi sosial atau pemisahan sebuah golongan dari golongan lainnya.
"Seharusnya inklusivitas dikembangkan di mana-mana. Sebab, sebuah peradaban hanya muncul di dalam kondisi inklusif," ujar dia.
Masalah selanjutnya terkait pendidikan. Sebab, kata Hariyono, pendidikan Pancasila tidak bisa dilakukan secara top down atau dari atas ke bawah.
"Pendidikan harus memasukkan nilai Pancasila dalam problem yang ada di masyarakat," kata dia.
Terakhir, kata Hariyono saat ini masyarakat kesulitan mencari teladan.
"BPIP tengah mengembangkan pola pendidikan dan pelatihan yang menjadikan Pancasila menjadi sumber kreasi dan prestasi," tuturnya.