Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ruang Tamu Cendana Malam Itu, Sehari Jelang Mundurnya Soeharto...

Kompas.com - 22/05/2018, 11:48 WIB
Yoga Sukmana,
Sandro Gatra

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com — "Saya terus memantau kondisi dan mondar-mandir ke Cendana," ungkap Probosutedjo, adik presiden RI ke-2 Soeharto dalam buku Memoar Romantika Probosutedjo: Saya dan Mas Harto.

Tak banyak yang tahu apa yang sesungguhnya terjadi di Cendana pada 20 Mei 1998 malam, sehari sebelum Soeharto menanggalkan kekuasaan yang ia genggam 32 tahun lamanya.

Namun, Probosutedjo yang punya akses keluar masuk Cendana menceritakan kondisi di kediaman Pak Harto 20 tahun silam tersebut.

Beberapa hari sebelum 20 Mei 1998, kawasan Cendana dan sekitarnya telah dilindungi oleh barikade pasukan penjaga. Tak sembarang orang bisa menembus masuk ke Cendana.

Baca juga: Cerita Wartawan "Kompas" Jelang Runtuhnya Kekuasaan Soeharto...

Namun, sebagai keluarga Cendana, Probosutedjo merupakan sedikit orang yang bisa melintas kawasan itu dengan mudah.

Beberapa hari jelang menyatakan mundur, Soeharto mengadakan berbagai pertemuan dengan akademisi dan tokoh politk di Cendana, termasuk pimpinan MPR saat itu, Harmoko.

Probosutedjo bahkan sempat menemui kakaknya itu dan berdialog mengenai situasi jelang reformasi.

"Mas, ini nampaknya kondisi sudah mengarah pada reformasi," kata dia.

Soeharto tetap tenang dan manggut-manggut.

"Boleh saja berpikir untuk reformasi. Tapi, jangan terpeleset menjadi revolusi," sahut Soeharto.

Baca juga: 21 Mei 1998, Saat Soeharto Dijatuhkan Gerakan Reformasi...

Dalam pengakuan Probosutedjo, ia bertanya kepada sang kakak apakah bersedia mundur?

Saat itu, ungkapnya, kakaknya itu mengatakan bahwa ia akan menurut mundur jika MPR menghendaki.

Di tengah kondisi yang kian tertekan, diungkapkan Probosutedjo, Soeharto tetap bisa tenang.

Ia tak heran sebab kakaknya itu cukup berpengalaman menghadapi gejolak politik yang diwarnai kekerasan.

Pada saat-saat sensitif itu pula, Probosutedjo melihat beberapa orang di Cendana berdialog.

Di antaranya cendikiawan islam Nurcholis Madjid dan Mensesneg Saadillah Mursyid.

20 Mei 1998 Malam

Malam sebelum Soeharto lengser, Probosutedjo kembali ke rumah kakaknya itu sekitar pukul 18.30 WIB.

Malam itu Cendana amat sepi. Namun, Probosutedjo memberanikan diri masuk dan melihat kakaknya bersama putrinya, Siti Hardijanti Rukmana atau biasa dipanggil Mbak Tutut, duduk di ruang tamu.

"Suasana hening dan nampak redup," kata dia.

Baca juga: Cerita dari Rumah Habibie Setelah Tahu Soeharto Ingin Mundur

Ia langsung duduk bergabung dan coba memberikan semangat untuk kakaknya. Namun, Tutut memintanya untuk tidak lagi berupaya meluruskan keadaan.

Tutut pula, kata dia, yang menyodorkan surat pengunduran diri 14 menteri ke hadapannya.

Saat itu, ungkap Probosutedjo, Tutut mengatakan bahwa ayahnya sudah bulat untuk mundur.

Soeharto begitu terkejut menerima surat pengunduran diri 14 menteri itu.

"Ia sangat kecewa, itu jelas. Ditinggalkan para menterinya adalah pukulan hebat bagi presiden mana pun," kata dia.

Malam itu pula keterkejutan Soeharto tak sampai di situ. Ia menuturkan, kakaknya itu mengungkapkan, Wakil Presiden BJ Habibie menyatakan bersedia menggantikannya sebagai presiden.

Soeharto mengeluhkan sikap Habibie. Ia tak habis pikir Habibie berubah dalam tempo singkat.

Baca juga: Patahnya Palu dan Firasat Harmoko Ihwal Kejatuhan Soeharto

Sebelumnya berdasarkan penuturan Probosutedjo, Habibie menyatakan tak sanggup menjadi presiden.

"Ini membuat kakak saya sangat kecewa. Hari itu juga dia memutuskan untuk tidak mau menegur atau bicara dengan Habibie," ungkapnya.

Malam itu, Habibie menelepon Soeharto. Namun, pemimpin Orde Baru itu enggan bicara.

Cerita Habibie menelepon Soeharto pada 20 Mei 1998 malam dikonfirmasi oleh mantan Ketua MK Jimly Asshiddiqie.

Malam itu, Jimly tengah ada di kediaman BJ Habibie.

Saat sejumlah menteri datang untuk menyatakan mundur dari Kabinet Pembangunan VII ke rumah Habibie, saat itu pula, wakil presiden meminta ajudannya menelepon ajudan Presiden Soeharto untuk meminta waktu bertemu.

Namun, kata Jimly, telepon itu justru diserahkan ajudan Pak Harto kepada Menteri Sekretaris Negara Saadillah Mursjid.

"Mensekab malam itu langsung bicara ke Pak Habibie intinya 'Bapak tidak perlu bertemu dengan Presiden malam ini. Besok Presiden akan mundur dari jabatan presiden'," kata Jimly dalam acara Refleksi 20 Tahun Reformasi, Senin (21/5/2018).

Bagi Probosutedjo, ruang tamu Cendana malam itu tak akan pernah ia lupakan.

Dengan wajah redup namun tenang, ungkapnya, Soeharto mengatakan dengan lirih, "Saya akan mengundurkan diri baik."

Probosutedjo sempat menanyakan siapa yang akan menjadi presiden setelah Soeharto lengser, dengan singkat Soeharto menyebut nama Habibie.

Pemimpin 32 tahun Orde Baru itu mengatakan, "Sudahlah saya ikhlas."

Keputusan Soeharto itu membuat Probosutedjo pilu. Ia tak menyangka kakaknya harus lengser oleh desakan rakyat, sementara di sisi lain para menteri yang notabene orang kepercayaan justru meninggalkannya.

"Saya memandang ruang tamu Cendana dan membatin. Puluhan tahun tempat ini jadi arena pertemuan Mas Harto dengan menteri-menteri dan orang kepercayaannya," kata dia.

"Mulai malam ini, ruang tamu Cendana akan menjadi sepi. Ia telah memutuskan sendiri, akan lengser," sambung dia.

Benar saja, pada tanggal 21 Mei 1998, Soeharto membacakan pidato pengunduran dirinya. Keputusan itu disebut sorak gembira rakyat, namun tidak bagi keluarga Cendana.

Kompas TV Saat itu, BJ Habibie menggantikan Presiden ke-2 RI Soeharto yang berkuasa selama 32 tahun.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Prabowo Diharap Tetapkan 2 Syarat Utama Sebelum Tambah Kementerian

Prabowo Diharap Tetapkan 2 Syarat Utama Sebelum Tambah Kementerian

Nasional
Ide Prabowo Tambah Kementerian Sebaiknya Pertimbangkan Urgensi

Ide Prabowo Tambah Kementerian Sebaiknya Pertimbangkan Urgensi

Nasional
Wacana Prabowo Tambah Kementerian Diyakini Bakal Picu Problem

Wacana Prabowo Tambah Kementerian Diyakini Bakal Picu Problem

Nasional
Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Nasional
Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Nasional
Pakar Ungkap 'Gerilya' Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Pakar Ungkap "Gerilya" Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Nasional
Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Nasional
Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Nasional
Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Nasional
'Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit'

"Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit"

Nasional
Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Nasional
PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

Nasional
Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Nasional
Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com