Kompas menulis bahwa Soeharto baru membaca surat itu sekitar pukul 20.00 WIB. Sontak, pernyataan itu membuat Soeharto merasa terpukul. Dia merasa ide Komite Reformasi akan gagal. Soeharto tidak punya pilihan selain mundur.
Soeharto kemudian memanggil Wapres BJ Habibie untuk menginformasikan kemungkinan tersebut. Habibie diminta siap jika kekuasaan kepresidenan diserahkan Soeharto kepadanya.
Probosutedjo, adik Soeharto, yang berada di kediaman Jalan Cendana, malam itu, mengungkapkan, Soeharto pada malam itu terlihat gugup dan bimbang.
"Pak Harto gugup dan bimbang, apakah Habibie siap dan bisa menerima penyerahan itu. Suasana bimbang ini baru sirna setelah Habibie menyatakan diri siap menerima jabatan Presiden," ujarnya.
Baca juga: 21 Mei 1998, Saat Soeharto Dijatuhkan Gerakan Reformasi...
Selanjutnya, pada pukul 23.00 WIB, Soeharto pun memanggil ahli hukum tata negara Yusril Ihza Mahendra, Mensesneg Saadilah Mursjid, serta Panglima ABRI Wiranto. Soeharto berbulat hati menyerahkan kekuasaan kepada Habibie. Konsultasi mengenai prosesi pergantian kepemimpinan pun dilakukan.
Kemudian, sekitar pukul 23.20 WIB Yusril bertemu Amien Rais. Dalam pertemuan itu, Yusril menyampaikan rencana Soeharto untuk mundur pada 21 Mei 1998, sekitar pukul 09.00 WIB.
Dalam bahasa Amien, kata-kata yang disampaikan oleh Yusril itu, "The old man most probably has resigned" (Orang tua itu kemungkinan besar mundur).
Pada Kamis dini hari itu, pukul 01.30 WIB, Amien Rais menggelar jumpa pers. Saat itu, Ketua Umum PP Muhammadiyah itu menyampaikan informasi yang disampaikan Yusril.
"Selamat tinggal pemerintahan lama, dan selamat datang pemerintahan baru," ucap Amien.