Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat KPK Kelelahan dan Merasa Sendirian, Tanpa Teman..

Kompas.com - 18/05/2018, 19:32 WIB
Yoga Sukmana,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Upaya KPK memberantas korupsi terus dilakukan tanpa henti. Tak jarang, penyidik atau para pegawai KPK diserang balik oleh pihak-pihak yang terusik.

Wakil Ketua KPK Laode M Syarif mengakui, upaya pemberantasan korupsi yang intens membuat KPK kelelahan. Apalagi banyak pihak yang kerap menyudutkan KPK.

"Mengapa lelah? Lihat saja seakan-akan KPK itu sendiri saja enggak ada temannya," ujarnya dalam diskusi Refleksi Gerakan Anti-Korupsi, Menjawab Tantangan 20 Tahun Reformasi, Jakarta, Jumat (18/5/2018).

Baca juga: KPK Apresiasi Pelunasan Uang Pengganti Rp 169,4 Miliar oleh Samadikun

"Lihat saja ketika kami diperlakukan di Komisi III DPR, ketika Rapat Dengar Pendapat (RDP)," sambung dia tanpa menyebut lebih rinci kapan rapat itu digelar.

Di tengah dukungan yang dinilai minim, KPK merasa para koruptor juga seakan tak pernah berhenti meski KPK sudah banyak menjerat pejabat hingga pengusaha sebagai tersangka korupsi.

Di sisi lain, Laode menilai ada anomali dukungan terhadap gerakan antikorupsi. Saat kampanye tiba, kata dia, calon pemimpin dari tingkat pusat hingga daerah selalu menjadikan agenda antikorupsi jadi agenda nomor 1.

Baca juga: TII: Diperlukan Peningkatan Reformasi Antikorupsi di Lembaga Hukum dan Politik

Namun setelah terpilih, pejabat tersebut ingkar janji dan justru ikut serta dalam tindak pidana korupsi.

"Itulah kadang-kadang aneh. Agenda anti korupsi jadi nomor satu (saat kampanye), tetapi kenyataannya seperti itu (tetap korupsi)," kata dia.

Saat dukungan dari pejabat dan lembaga negara minim, KPK, ucap Laode, bersandar kepada publik, mulai dari NU, Muhammadiyah, hingga lembaga swadaya masyarakat yang anti korupsi. KPK mengharapkan suntikan moral rakyat yang lebih besar.

"Pergi ke civil society, selalu diliputi oleh semua tekanan-tekanan seperti itu," kata Laode.

Baca juga: Libatkan Pelaku Usaha, KPK Bentuk Komite Advokasi Daerah Antikorupsi

Meski lelah, bukan berarti KPK menyerah. Kini KPK kata Laode justru berupaya menjerat korporasi yang terikat dengan tindak pidana pencucian uang hasil korupsi.

Teranyar, KPK menetapkan PT Tradha sebagai tersangka dalam dugaan tindak pidana pencucian uang (TPPU).

Kasus ini merupakan hasil pengembangan penyidikan dari kasus Bupati Kebumen Mohammad Yahya Fuad dalam dugaan penerimaan suap dan gratifikasi terkait sejumlah proyek yang menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) tahun 2016.

Kompas TV Komisi Pemberantasan Korupsi menyiapkan penyambutan untuk kehadiran Novel Baswedan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Nasional
Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Nasional
Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Nasional
Ganjar Bubarkan TPN

Ganjar Bubarkan TPN

Nasional
BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

Nasional
TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

Nasional
Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong 'Presidential Club'

Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong "Presidential Club"

Nasional
Ide 'Presidential Club' Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Ide "Presidential Club" Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Nasional
Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Nasional
Pro-Kontra 'Presidential Club', Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Pro-Kontra "Presidential Club", Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Nasional
Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Nasional
Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Nasional
SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com