JAKARTA, KOMPAS.com - Pendiri Museum Rekor Indonesia Jaya Suprana mengaku terkesan dengan sosok mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo.
Menurut Jaya Suprana, Gatot merupakan tokoh yang memiliki integritas dan tanggung jawab. Salah satunya diperlihatkan saat Gatot menolak permintaan pengusaha terkait impor beras.
Berdasarkan penuturannya pada 2015 silam, Gatot mengaku pernah ditawari uang Rp 500 miliar untuk membantu meloloskan izin impor beras. Namun, Gatot menolak.
"Saya tahu benar beliau ditawari suatu nilai uang," kata Jaya Suprana, saat menjadi pembicara dalam acara Urun Rembug Kebangsaan di Auditorium Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, Jakarta, Rabu (25/8/2018).
"Kalau saya, pasti saya ambil, tetapi beliau tidak dan tetap pada prinsipnya bahwa Indonesia harus swasembada beras," ucap Jaya Suprana.
(Baca juga: Respons Gatot Nurmantyo Saat Ditanya Penggunaan Politik Identitas)
Menurut Jaya Suprana, sikap Gatot itu memberi harapan kepada masyarakat Indonesia yang membutuhkan contoh keteladanan.
Dengan demikian, dia berharap masyarakat dapat menjadikan kisah itu sebagai contoh untuk lebih peduli terhadap Indonesia. Sebab, masa depan Indonesia merupakan tanggung jawab bersama.
"Anda (Gatot) sudah memberi harapan pada kami semua. Maka, adalah sebuah tanggung jawab bahwa harapan yang Anda berikan bukan hanya harapan yang membuat kami tidak peduli," kata Jaya Suprana.
Dalam acara tersebut, Jaya Suprana memberikan penghargaan terhadap tokoh Indonesia yang menjadi inspirasi di luar negeri.
Penghargaan diberikan kepada Shamsi Ali, orang Indonesia yang menjadi wajah Islam moderat New York, Amerika Serikat, serta pendiri pesantren pertama di Negara Abang Sam (AS) itu.
Menurut Jaya Suprana, Shamsi Ali adalah orang yang memberikan inspirasi bukan sekadar lewat kata-kata, tetapi juga contoh dan perbuatan.
Dalam penyerahan penghargaan tersebut, Jaya Suprana meminta Gatot Nurmantyo yang menyerahkan kepada Shamsi Ali.