JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto memuji pergelaran seni teater yang melibatkan lebih dari 400 narapidana, termasuk 152 napi sebagai pemain, di Teater Besar, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta Pusat.
"Malam hari ini kita melakukan suatu acara yang sangat istimewa ya," ujar Wiranto di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Senin (24/4/2018).
Menurut Wiranto, dunia sudah mengenal Indonesia sebagai negara yang kaya budaya dan seni. Bahkan, banyak budaya Indonesia diakui sebagai warisan budaya dunia.
Di tengah kekayaan budaya dan seni itu, pergelaran teater dengan para seniman di dalamnya adalah hal biasa. Namun, menurut mantan Panglima ABRI itu, bila teater drama itu diperankan oleh narapidana, maka menjadi sangat istimewa.
(Baca juga: Pertama Kali di Dunia, Ratusan Napi Gelar Pentas Seni di TIM)
Bagi Wiranto, pergelaran teater dengan tema "Kami Berkarya, Maka Kami Ada", membuka mata bahwa kehidupan narapidana tidak hanya sebatas terkungkung dalam lembaga permasyarakatan.
"Seni itu olah-rasa, seni itu adalah luapan perasaan yang paling dalam dari manusia. Dan itu hanya dilakukan oleh orang-orang yang bebas. Orang-orang yang tenang. Tapi kali ini yang olah-rasa itu para napi," kata Wiranto.
"Dengan demikian dapat kita pastikan bahwa pembinaan di lapas itu benar adanya. Bahwa lapas bukan tempat untuk penghukuman, bukan tempat penyiksaan tapi tempat untuk mendidik para residivis para napi itu untuk bisa kembali ke masyarakat," ujar dia.
(Baca juga: Pentas Seni 450 Napi di TIM Akan Pecahkan Rekor MURI)
Wiranto memuji Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly dan Ditjen Pemasyarakatan Kemenkumham yang telah berupaya membangunkan rasa yang paling dalam pada manusia, yakni seni para narapidana.
Ia berharap pergelaran serupa bisa terus digelar, tidak hanya di dalam negeri namun juga ke luar negeri.