Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lawan Terberat Jokowi Bukan Penantangnya, tetapi "Asal Bukan Jokowi"

Kompas.com - 13/04/2018, 19:37 WIB
Kristian Erdianto,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pertarungan Pilpres 2014 diprediksi akan kembali terulang pada Pilpres 2019. Joko Widodo, yang sudah mendapatkan dukungan sejumlah partai politik, kemungkinan besar akan berhadapan dengan lawan yang sama, Prabowo Subianto.

Setelah pelaksanaan Rakornas Gerindra, Rabu (11/4/2018), Prabowo menyatakan kesiapannya untuk maju sebagai capres. 

Bagaimana langkah Jokowi setelah mengetahui calon lawan yang akan dihadapinya?

Baca juga : Fahri Hamzah Sarankan Prabowo Gandeng Anis Matta sebagai Cawapres

Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia Yunarto Wijaya menilai, kini Presiden Jokowi tengah mengamati posisi lawan sebelum menentukan figur cawapresnya.

Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia Yunarto Wijaya saat ditemui di Rakernas Partai Golkar, Hotel Sultan, Jakarta, Jumat (23/3/2018).KOMPAS.com/KRISTIAN ERDIANTO Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia Yunarto Wijaya saat ditemui di Rakernas Partai Golkar, Hotel Sultan, Jakarta, Jumat (23/3/2018).
Selain itu, kata Yunarto, Jokowi masih mengamati karakter kelompok-kelompok masyarakat yang selama ini kontra pemerintah.

"Fenomena incumbent yang menarik itu lawan terberatnya adalah bukan nama-nama penantangnya tapi fenomena seberapa besar 'asal bukan Jokowi'," ujar Yunarto saat dihubungi, Kamis (12/4/2018).

"Jadi lawan Jokowi itu adalah 'asal bukan Jokowi'. Di sini saya pikir Jokowi juga akan berhitung lebih dulu seberapa besar dan bagaimana karakter dari masyarakat yang tergabung dalam 'Asal Bukan Jokowi'," lanjut dia.

Baca juga : Prabowo Siap Jadi Capres, Ini Kata Jokowi

Menurut Yunarto, Jokowi masih melihat isu yang berkembang di masyarakat sebelum memutuskan siapa yang akan mendampinginya di 2019.

Jika isu yang banyak menyerang didasarkan pada kebencian dan sentimen SARA, maka Jokowi akan mempertimbangkan figur cawapres dari kelompok agama.

Bukan tidak mungkin, kata Yunarto, Jokowi akan memilih sosok berlatar belakang militer atau mantan tentara yang dianggap dekat dengan kelompok agama.

"Itu bisa muncul sosok Moeldoko, di situ bisa muncul juga sosok cak imin (Muhaimin Iskandar)," kata Yunarto.

Namun, jika isu yang muncul didasarkan pada ketidaksukaan atas kebijakan dan situasi ekonomi, Yunarto memprediksi Jokowi akan memilih sosok teknokrat dari kalangan partai politik.

Baca juga : Soal Video Prabowo Diarak, Sandiaga Bilang Jangan Gagal Fokus

Sosok teknokrat tersebut memiliki kemampuan membangun secara ekonomi.

"Di situ bisa muncul sosok Airlangga (Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto)," tuturnya.

"Jadi bukan berkisar pada angka lagi atau elektabilitas, tapi faktor kualitatif yang coba ditutupi dengan membaca langkah lawan lebih dulu," ujar Yunarto.

Berdasarkan hasil survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, nama Moeldoko disebut berpeluang mendampingi Presiden Joko Widodo.

Meskipun popularitasnya masih rendah, namun masuknya Moeldoko dalam kabinet Jokowi membuka peluang untuk menjadi cawapres.

Baca juga : Jokowi Vs Prabowo di Pilpres 2019, PSI Berharap Tak Ada Hoaks dan Fitnah

Dari latar belakang Islam ada dua nama yakni Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar dan Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Tuan Guru Bajang (TGB) Zainul.

Popularitas Cak Imin sapaan akrab Muhaimin Iskandar berada pada angka 32.4 persen. Sedangkan TGB Zainul berada di angka 13.9 persen.

Sementara dari latar belakang partai politik muncul nama Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto dan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Budi Gunawan (BG) muncul. Nama BG muncul tak lain karena kedekatannya dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P).

Kompas TV Publik masih perlu menunggu hingga tenggat pendaftaran Pilpres pada Agustus 2018 nanti.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Orang Dekat Prabowo-Jokowi Diprediksi Isi Kabinet: Sjafrie Sjamsoeddin, Dasco, dan Maruarar Sirait

Orang Dekat Prabowo-Jokowi Diprediksi Isi Kabinet: Sjafrie Sjamsoeddin, Dasco, dan Maruarar Sirait

Nasional
Prabowo Diisukan Akan Nikahi Mertua Kaesang, Jubir Bilang 'Hoaks'

Prabowo Diisukan Akan Nikahi Mertua Kaesang, Jubir Bilang "Hoaks"

Nasional
Momen Jokowi dan Menteri Basuki Santap Mie Gacoan, Mentok 'Kepedasan' di Level 2

Momen Jokowi dan Menteri Basuki Santap Mie Gacoan, Mentok "Kepedasan" di Level 2

Nasional
Ditolak Partai Gelora Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Jangan Terprovokasi

Ditolak Partai Gelora Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Jangan Terprovokasi

Nasional
Kapolri Bentuk Unit Khusus Tindak Pidana Ketenagakerjaan, Tangani Masalah Sengketa Buruh

Kapolri Bentuk Unit Khusus Tindak Pidana Ketenagakerjaan, Tangani Masalah Sengketa Buruh

Nasional
Kapolri Buka Peluang Kasus Tewasnya Brigadir RAT Dibuka Kembali

Kapolri Buka Peluang Kasus Tewasnya Brigadir RAT Dibuka Kembali

Nasional
May Day 2024, Kapolri Tunjuk Andi Gani Jadi Staf Khusus Ketenagakerjaan

May Day 2024, Kapolri Tunjuk Andi Gani Jadi Staf Khusus Ketenagakerjaan

Nasional
Jumlah Menteri dari Partai di Kabinet Prabowo-Gibran Diprediksi Lebih Banyak Dibanding Jokowi

Jumlah Menteri dari Partai di Kabinet Prabowo-Gibran Diprediksi Lebih Banyak Dibanding Jokowi

Nasional
Menparekraf Ikut Kaji Pemblokiran 'Game Online' Mengandung Kekerasan

Menparekraf Ikut Kaji Pemblokiran "Game Online" Mengandung Kekerasan

Nasional
Jokowi di NTB Saat Buruh Aksi 'May Day', Istana: Kunker Dirancang Jauh-jauh Hari

Jokowi di NTB Saat Buruh Aksi "May Day", Istana: Kunker Dirancang Jauh-jauh Hari

Nasional
Jokowi di NTB Saat Massa Buruh Aksi 'May Day' di Istana

Jokowi di NTB Saat Massa Buruh Aksi "May Day" di Istana

Nasional
Seorang WNI Meninggal Dunia Saat Mendaki Gunung Everest

Seorang WNI Meninggal Dunia Saat Mendaki Gunung Everest

Nasional
Kasus Korupsi SYL Rp 44,5 Miliar, Bukti Tumpulnya Pengawasan Kementerian

Kasus Korupsi SYL Rp 44,5 Miliar, Bukti Tumpulnya Pengawasan Kementerian

Nasional
Keterangan Istri Brigadir RAT Beda dari Polisi, Kompolnas Tagih Penjelasan ke Polda Sulut

Keterangan Istri Brigadir RAT Beda dari Polisi, Kompolnas Tagih Penjelasan ke Polda Sulut

Nasional
Jokowi: Selamat Hari Buruh, Setiap Pekerja adalah Pahlawan

Jokowi: Selamat Hari Buruh, Setiap Pekerja adalah Pahlawan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com