Menurut Direktur Indicator Politik Burhanuddin Muhtadi, Jokowi relatif tidak punya "masalah" dan punya nilai jual di basis warga NU. Jika lawan Jokowi memilih NU sebagai Cawapres, barulah representasi NU dibutuhkan untuk memperkuat elektabilitas Jokowi.
Dengan kata lain, secara elektoral Muhaimin sebenarnya lebih pas untuk menjadi pendamping Prabowo.
Pasca-Pilkada Jakarta 2017, politik identitas berdasar agama menjadi persoalan penting dalam politik Indonesia. Ia menjadi semacam pertimbangan elektoral elit dalam memutuskan capres/ cawapres.
Pada pemilu-pemilu sebelumnya isu agama ini juga jadi isu. Tapi kali ini, meminjam bahasa Burhanudin Muhtadi, sentimen agama tengah mengalami inflasi.
Catatan penting lain bagi Muhaimin untuk menggapai cita-citanya menjadi pendamping Jokowi adalah menaklukkan 5 partai koalisi yaitu Golkar PDI-P, Nasdem, Hanura, dan PPP. Apakah kelima partai itu rela memberi restu?
Memberikan tiket pada Muhaimin sama dengan memberi gerbong kereta bagi PKB di Pemilu 2024.
Sekarang mungkin Cak Imin baru bisa dikasih gelar “cawapres spanduk”, tapi rejeki dan keberuntungan, siapa tahu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.