Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Airlangga Dinilai Paling Punya Modal jadi Cawapres Jokowi

Kompas.com - 16/03/2018, 20:58 WIB
Ihsanuddin,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Adi Prayitno menilai, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mempunyai modal paling besar untuk menjadi calon wakil presiden bagi Joko Widodo di Pilpres 2019. Modal pertama, kata Adi, adalah posisinya sebagai Ketua Umum Partai Golkar.

"Golkar merupakan pemenang kedua di Pemilu 2014 lalu, perolehan kursinya di DPR terbanyak kedua setelah PDI-P," kata Adi Prayitno kepada Kompas.com, Jumat (16/3/2018).

Adi mengatakan, modal kursi di DPR ini penting karena menjadi syarat bagi parpol untuk mengusung calon presiden dan wakil presiden. Parpol minimal harus mengantongi 20 persen kursi di DPR untuk memenuhi syarat ambang batas.

Baca juga : Masuk Bursa Cawapres Jokowi, Jimly Tak Mau GR

Selain itu, para pemilih Golkar yang jumlahnya cukup besar juga diharapkan menambah efek elektoral bagi Jokowi. Modal kedua bagi Airlangga, lanjut Adi, adalah chemistry dengan Jokowo yang sudah terbangun sejak lama.

"Bahkan statement pak Jokowi dalam banyak hal memuji Airlangga," kata dia.

Modal ketiga, lanjut Adi, adalah posisi Airlangga sebagai menteri perindustrian serta kemampuannya di bidang ekonomi dan industri. Menurut Adi, kemampuan tersebut bisa melengkapi dan membantu Jokowi dalam menjalankan pemerintahan nanti.

"Airlangga menteri yang dianggap punya prestasi dan mengerti soal ekonomi," kata dia.

Baca juga : Sempat Melirik, Gerindra Kini Hormati Mahfud yang Ingin Jadi Cawapres Jokowi

Adi mengatakan, sejauh ini Airlangga memang belum pernah bicara soal kemungkinannya menjadi cawapres Jokowi. Meski demikian, internal partai Golkar sendiri sudah memunculkan nama Airlangga.

"Cuma Pak Airlangga ini enggak genit dan enggak lebai. Tapi bukan berarti enggak mau. Pak Airlangga lebih hati-hati menunggu perkembangan, menunggu bola politik ke arah mana," kata dia.

Pada Februari lalu, Airlangga mengaku tak pernah memikirkan jika nantinya ditunjuk sebagai cawapres bagi Jokowi.

Airlangga pun tak mau berandai-andai ihwal penunjukan cawapres Jokowi dalam pemilu nanti.

"Kami enggak mau berandai-andai. Kami berdoa saja dulu," kata Airlangga di Kantor DPP Partai Golkar, Slipi, Jakarta, Rabu (28/2/2018).

Airlangga mengatakan, yang terpenting adalah cawapres pendamping Jokowi memiliki elektabilitas yang tinggi sehingga mampu mendongkrak elektabilitas mantan Gubernur DKI Jakarta itu.

Kompas TV Pertemuan AHY dan Airlangga Hartarto diinformasikan oleh wakil Sekjen Partai Demokrat, Rachland Nashidik.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Nasional
Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Nasional
Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Nasional
Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Nasional
Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Nasional
Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Nasional
Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com